SEKOLAH sebagai salah satu lembaga pendidikan berperan dalam pembentukan karakter generasi bangsa yang unggul. Untuk membentuk karakter siswa dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur akan tercipta kedisiplinan. Namun, karakter tersebut harus ditanamkan sejak kecil melalui pembiasaan dan keteladanan. Misal kebiasaan senyum dan ucap salam oleh guru saat menyambut kedatangan siswa di pintu gerbang sekolah, tentu menjadi contoh bagi siswa-siswa agar datang lebih awal. Menjadikan siswa datang tepat waktu, supaya tidak telat dan selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran setiap hari.

PPM MBS Yogyakarta adalah salah satu bagian yang berperan dalam pembentukan karakter generasi anak bangsa yang unggul dalam prestasi dilandasi akhlakul karimah memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik yaitu, kegiatan salam pagi, senyum, salam, sapa, dan berjabat tangan.

Senyum dan mengucap salam para guru ini juga untuk menumbuhkan rasa hormat terhadap orang lain, terutama terhadap yang lebih tua, sehingga tercipta suasana yang harmonis antara warga sekolah baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Kebiasaan ucap salam di depan pintu gerbang menyambut peserta didik dan senyum guru terhadap peserta didik merupakan salah satu contoh atau keteladanan dari para guru untuk para peserta didiknya, agar selalu murah senyum dan mengucap salam dengan siapapun baik dengan guru, teman, maupun warga masyarakat lainnya.

Kepala Sekolah SMP MBS, ustadz Fauzan Yakhsya, S. Hum mengatakan kebiasaan bersalaman atau berjabat tangan antara santri dan asatidz mencerminkan rasa kekeluargaan. “Budaya bersalaman antara santri dan asatidz, serta warga sekolah mampu membentuk karakter, adab dan perilaku yang baik antara anak dengan guru ketika di sekolah, anak dengan orangtuanya ketika berada di rumah, dan bekal santri di masa mendatang, kata ustadz Fauzan.

Berjabat tangan kaya akan manfaatnya, sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad saw,”Jika dua orang bertemu kemudian saling berjabat tangan dan memuji Allah serta meminta ampunan kepada-Nya, maka akan diberi ampunan.”(HR. Abu Dawud No.4535)

Membentuk karakter dan menumbuhkan budi pekerti serta perilaku yang baik butuh pembiasaan. Apalagi saat berjabat tangan mereka saling mendoakan dan menjaga silaturahmi. Dengan kasih sayang, maka kepedulian dan empati antara guru dan siswa pun tumbuh.

“Sambut santri pagi hari adalah momentum santri memuliakan guru. Dan sebaliknya, guru juga akan memiliki rasa tanggung jawab kepada anak didiknya, apalagi saat berjabat tangan mereka saling mendoakan dan memberikan ungkapan kasih sayang selaku anak dan orang tua di sekolah,”ungkap ustadz Sidik selaku Waka Kesiswaan Putra.

Di MBS, setiap hari ada sekitar 14 guru dan karyawan yang ditugaskan untuk menyambut peserta didik di depan asrama. Dengan pembagian 7 ustadz di kompleks putra dan 7 ustadzah di kompleks putri. Kegiatan tersebut dimulai sekitar pukul 06.30 sampai pukul 07.00. Santri yang datang, biasanya langsung menghampiri ustadz atau ustadzahnya untuk bersalaman dan menjawab salam dari asatidznya dengan senyuman.

Di MBS juga selalu mengingatkan peserta didik tentang kerapian, baik kerapian rambut maupun kerapian berpakaian. Jika ada peserta didik yang pakaiannya kurang rapi, guru harus menasehati agar rapi. Begitu juga jika ada peserta didik yang berangkat ke sekolah, namun belum merapikan rambutnya, maka guru harus selalu mengingatkan agar peserta didik itu merapikan rambutnya dulu di hari esoknya sebelum berangkat sekolah.

Kini hasilnya patut disyukuri, Alhamdulillah. Ternyata menyambut dengan senyuman dan salam di depan asrama yang sudah menjadi rutinitas guru dan karyawan MBS setiap pagi, memiliki efek positif. Semoga para guru selalu diberikan kemudahan dan kesehatan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, untuk mencetak generasi penerus perjuangan bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia.(ElMoedarries)