Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Ke-13 dan Aisyiyah Ke-12 Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi wadah bagi salah satu alumni ke-4 MBS, Puji Fauziah Sophiakusumah Hakim, Lc.

Kader Muhammadiyah yang belum lama ini menamatkan pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo ini, didaulat sebagai pembicara dalam Musywil. Acara dilaksanakan di Gedung Siti Moendjiah Lt 1, Kampus Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Sabtu (18/2).

Sophia, sapaan akrab guru dan pembina di PPM MBS Yogyakarta ini bercerita awal mula ia masuk MBS. Ia juga membagikan pengalamannya dalam bermuhammadiyah di MBS dan di Mesir. Lebih lanjut, Sophia juga membeberkan bagaimana ia bisa diterima di Al Azhar.

Hal itu senada dengan tema yang digaungkan Muhammadiyah dan Aisyah dalam Muswil ke-13 dan ke-12 DIY. Musywil Muhammadiyah bertajuk “Membumikan Risalah Islam Berkemajuan, Mencerahkan Jogja”, sementara tema untuk Aisyiyah “Perempuan Berkemajuan Mewujudkan D.I.Yogyakarta Berkeadaban”.

Di hadapan tak kurang dari 30 kepala SD, SMP, dan SMA/SMK Muhammadiyah se-DIY, Shopia mengungkapkan bahwa, memilih Universitas Al-Azhar Kairo ialah salah satu bentuk baktinya kepada orangtua.

“Baik melanjutkan ke MBS ataupun ke Al Azhar, keduanya adalah permintaan orangtua saya. Tapi saya percaya, di mana restu orangtua saya berada, di sana akan terdapat banyak kemudahan. Alhamdulillah di MBS bisa jadi lulusan terbaik, meskipun mulainya terseok-seok,” kata wanita kelahiran Cirebon, 24 tahun lalu.

Begitu pun saat menempuh pendidikan Akidah Filsafat di Al Azhar, Sophia lulus dengan predikat Mumtaz Ma’a Martabah Asy-Syaraf, meskipun bukan atas keinginan sendiri. Kesuksesan ini tak lain karena ia selalu melewati hari-harinya dengan penuh kesadaran, bahwa menuntut ilmu adalah jalan yang harus ditempuh oleh setiap mukmin.

Sekembalinya di almamater tercinta, MBS, Sophia kini mengajar kelas persiapan untuk santriwati yang ingin melanjutkan studi di Timur Tengah. Selain itu ia juga mengajar kelas-kelas lain di SMA, dan menjadi pembimbing tahsin bagi kelas 7 yang belum lancar membaca Alquran.

Shopia berharap, melalui Musywil DIY, Sabtu (18/2) kemarin, akan semakin banyak kader-kader yang menebar karya nyata. (ft)

 

Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta kembali diharumkan namanya oleh pencapaian prestasi yang diperoleh oleh Zulfa Khuriyatul Farah. Ustadzah Farah, sapaan akrab pengampu mapel bahasa arab itu berhasil memperoleh medali silver atau perak pada Olimpiade Bahasa Arab (OBA) ke-5 dan berhak menyandang predikat sebagai guru bahasa arab terbaik nomor dua, yang diselenggarakan oleh Forum Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab se-Indonesia.

Peserta pada ajang ini diikuti oleh guru pembimbing dari jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK negeri atau swasta se-Indonesia yang digelar pada 4-6 November 2022 di gedung PPPTK Kemendikbud, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Peserta kategori guru pembimbing hanya diikuti oleh pembimbing yang siswanya lolos ke tahap nasional, ujar ustadzah Farah. Dirinya mengaku tidak melakukan persiapan apa-apa sebelumnya dalam mengikuti lomba ini. Soal terdiri dari 100 butir, bentuk soalnya melalui google form dengan durasi waktu satu jam. Materinya meliputi balaghah, nahwu dan shorof, paparnya.

Ustadzah Farah menyebut sempat ada sedikit kendala pada sinyal karena pihak panitia tidak menyediakan fasilitas wifi. Namun demikian, hal tersebut tidak menjadi kendala yang berarti untuk bisa mengerjakan dengan maksimal dan menjadi 5 terbaik untuk kemudian menyegel posisi runner up.

“Tahun pelajaran 2022/2023 ini, alhamdulillah perkembangan pesantren kami pesat dan sesuai yang diharapkan. Setelah santri kami kemarin dapat meraih medali, sekarang disusul guru kami dapat meraih juara tingkat nasional. Ini hal yang sangat membanggakan sekali, ucap Direktur MBS, ustadz Fajar Shadik.

Ustadz Fajar berharap, prestasi tersebut dapat terus ditingkatkan. Sehingga nama baik pesantren semakin harum di nusantara ini. “Sudah jelas pesantren memang garda terdepan dalam mencerdaskan bangsa, mencetak generasi unggul dan dapat diandalkan dimanapun mereka berada. Dedikasi  kepada negeri ini jelas terbukti kenyataannya,” pungkas ustadz Fajar.(ElMoedarries)

 

Kisah pahlawan tanpa tanda jasa bernama Roid Umami, Lc ini patut menjadi teladan. Demi mencerdaskan kehidupan bangsa, Ustadz Roid, biasa ia dipanggil, pengampu bahasa arab MBS ini rela hampir empat tahun pulang pergi tempuh puluhan kilo meter lintas provinsi demi berbagi ilmu dengan santri.

Setiap hari ustadz Roid harus menempuh perjalanan puluhan kilometer menembus dinginnya pagi untuk sampai ke MBS yang letaknya di dusun Marangan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Jika hujan turun, maka perjuangannya bertambah berat lagi.

Setiap pagi selesai subuh, beliau sudah mempersiapkan diri dengan sepeda motornya yang setia menemani untuk mengantarkannya ke pondok pesantren pioneer kebanggaan warga Muhammadiyah. Hujan petir tidak menghalanginya untuk pergi mengajar. Menyusuri sepanjang jalan Solo-Jogja yang berjarak 43 km dengan kecepatan 80 km/jam sudah menjadi rutinitas hariannya. Itu artinya 86 km per hari jarak yang harus ia tempuh untuk bisa bersua dengan para santrinya.

Pengampu mapel bahasa arab ini menjadi guru di MBS sejak tahun 2018 yang lalu. Sudah empat tahun, lulusan Bahasa dan Sastra Arab Al Azhar Kairo tersebut menikmati perjalanan puluhan kilo meter untuk tetap bisa mengajar. Berbagai pengalaman ia dapatkan mulai dari ban bocor sehingga harus menuntun sepeda motornya cukup jauh. Pengalaman paling membekas di hatinya adalah ketika pulang dalam keadaan larut dalam kondisi hujan lebat dan listrik mati.

“Terkadang saya harus nginep di pondok kalau situsasi tidak memungkinkan untuk pulang, tambah ayah dari Reiva Syazia Nisnina. Meskipun jauh dan terkadang berat, ustadz yang pernah belajar khot dengan syeikh Belaid Hamidi, khattath arab muslim pertama yang mendapatkan tiga ijazah pada lima cabang utama seni kaligrafi ini mencoba menikmatinya. Ia mengaku sangat mencintai anak didiknya dan ingin melihat mereka berhasil suatu hari nanti. “Sampai di sekolah sebenarnya lelah. Kalau sudah liat santri, lelah saya hilang. Sampai rumah jam 17.00 WIB. Dinikmati saja, katanya sembari tersenyum.

Pernah suatu hari karena musim hujan, ustadz Roid hampir tidak dapat mengajar karena kondisi jalan yang tidak bersahabat. Tetapi karena keinginannya yang sangat kuat untuk mengajar, demi memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada santrinya, ia rela menerjang hujan deras dengan menggunakan jas hujan.

Sepatu serta buku ia masukkan dalam plastik kresek agar tidak terkena air hujan. Kemudian ia masukkan lagi ke dalam plastik yang lebih tebal agar air hujan tidak membasahi buku dan sepatu yang akan ia pakai untuk mengajar. Kemudian ia berangkat mengendarai motor dengan doa dan harapan agar hujan segera berhenti. Inilah yang disebut dengan perjuangan.

Karena dedikasi, kedisiplinan, serta kapabilitas yang dimilikinya, alumnus pondok pesantren Gontor ini mendapatkan amanah untuk menggawangi kurikulum syar’i. Beserta rekan-rekannya, ustadz Roid berjibaku membuat rumusan serta beberapa buku pegangan atau muqarrar santri.

Yang terbaru, pria asli Ponorogo ini mendapatkan kepercayaan untuk menjadi kordinator dauroh timur tengah. Dimana dauroh timteng ini menjadi tumpuan para santri MBS yang akan melanjutkan jenjang studinya ke timteng.

Sebuah kisah yang menginspirasi untuk lebih banyak berbuat kebaikan dengan memberikan manfaat bagi orang lain. Karena sebuah kebaikan tak akan pernah sia-sia. Semoga ustadz Roid selalu diberikan rahmat dan keberkahan dalam hidupnya dan selalu menyebarkan virus kebaikan kepada orang banyak. Amin.(ElMoedarries)

 

 

Dua pengampu mata pelajaran Matematika SMP MBS, ustadz Wahyu Hidayat, S.Pd.Si dan ustadzah Nurul Hidayah, S. Pd mendapatkan kesempatan bergabung bersama para guru pegiat ilmu pengetahuan bidang sains dalam kegiatan STEM CAMP. STEM CAMP, sebuah ajang pelatihan yang digagas oleh SEAMEO Regional Center for QITEP in Mathematics ini berlangsung dari tanggal 18-22 Februari 2019.

Acara yang digelar di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini diikuti sedikitnya 30 peserta guru mata pelajaran MIPA SMP se-Indonesia. Jumlah peserta STEM CAMP ini memang sengaja dibatasi. Pihak panitia sebelumnya telah melakukan proses seleksi hingga akhirnya terjaring sebanyak 30 peserta setelah dinyatakan lolos wawancara dan TOEFL.

Keikutsertaan dua pengajar MIPA MBS dalam ajang ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi civitas akademika. Pasalnya, dengan bergabungnya ustadz Wahyu dan Ustadzah Nurul dalam ajang STEM CAMP ini, diharapkan bisa menambah wawasan dan pengalaman baru yang nantinya bisa ditularkan kepada rekan seprofesinya di MBS yang tergabung dalam wadah MGMP, terkhusus bidang MIPA.

Menurut ustadz Wahyu STEM yang secara harfiah berarti bidang ilmu yang mencakup Sains, Teknologi, Engineering (Teknik Rekayasa) dan Matematika membuka banyak jalan bagi inovasi-inovasi baru yang semuanya bertujuan untuk mempermudah hajat hidup manusia. Selain itu ustadz yang gemar jajan cilok ini menambahkan, pendekatan ini mampu menciptakan sebuah sistem pembelajaran secara kohesif dan pembelajaran aktif karena keempat aspek dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan masalah. Solusi yang diberikan menunjukkan bahwa peserta didik mampu untuk menyatukan konsep abstrak dari setiap aspek, demikian tuturnya.

Di tempat terpisah, ustadzah Nurul yang juga menjadi duta MBS mengatakan, ini kegiatan yang sangat menarik, pengalaman baru, ilmu baru dan tentunya dapat teman baru disini. Ditambah, pemateri yang hadir disini didatangkan langsung dari negeri sakura. Itu berarti kita akan belajar STEM ala Jepang, kilahnya.

Benar apa yang dikatakan ustadzah Nurul, dalam ajang STEM CAMP kali ini, panitia sengaja menghadirkan pakar STEM asal Jepang. Prof. Kumano Yoshisuke, Ph.D. Prof. Kumano yang merupakan pengajar di Shizouka University akan membersamai peserta STEM CAMP menularkan virus positifnya selama empat hari kedepan.

Para peserta akan diajak berkenalan dengan pembahasan STEM, aktivitas STEM serta yang tidak kalah menariknya adalah merangsang kreatifitas peserta untuk berinovasi menciptakan produk baru. Hasil dari kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kompetensi para peserta. Endingnya bisa diterapkan di sekolah menyesuiakan dengan kondisi sekolah masing-masing.(ElMoedarries)

Siapa yang tak kenal dengan tayangan liga champion, acara sportaintment yang menyuguhkan seniman kulit bundar dengan klub-klub sepak bola terbaik benua biru. Siapa pula yang tidak familiar dengan Valentino Rossi, juara dunia moto GP asal negeri pizza yang terkenal dengan sebutan ‘The Doctor’, pemilik nomor 46 yang melegenda dengan tunggangan pabrikan Yamaha Movistar. Dan siapa pula yang tidak tahu sepak terjang Usain Bolt, penguasa lintasan atletik asal Jamaika yang menahbiskan diri sebagai manusia tercepat di dunia pemegang rekor lari 100 meter dengan waktu 9,58 detik. Jawabannya adalah memang tidak semua orang tahu dan wajib tahu atas prestasi mereka yang terukir abadi di pentas sejarah olahraga dunia. Namun demikian tidak kemudian tayangan tersebut bisa dilupakan begitu saja. Bagi sebagian kecil orang, termasuk salah satu diantaranya Ustadz Arifin, tayangan olahraga ternyata bisa memberikan inspirasi bagi dirinya. Pemilik nama lengkap Muhammad Arifin, S.Pd.Si, guru pengampu mata pelajaran matematika MBS ini mendapatkan nutrisi positif dari tayangan olahraga, khususnya liga champion eropa.

Hal itu dibuktikan dengan keikutsertaan Ustadz Arifin dalam program pemerintah melalui program The Southeast Asian Minister of Education Organization ( SEAMEO ). Berkumpul dengan pegiat matematika se-Asia Tenggara dengan visi dan misi yang sama, membuat Ustadz Arifin bisa berbagi pengetahuan dengan peserta dari 11 negara tetangga. Berbekal video inovasi pembelajaran matematika yang diadopsi dari tayangan liga champions, pria asli temanggung penggemar klub la liga yang terkenal dengan sebutan ‘madridista’ ini berhasil memberikan sumbangsihnya dalam memberikan kemudahan ber-matematika. Hasil karyanya sekarang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika kreatif bagi guru pengampu matematika se-Asia Tenggara.

Ustadz Arifin bersama peserta SEAMEO QITEP in Math dari Malaysia

Selain SEAMEO, Ustadz yang punya motto ‘sedikit bicara banyak bekerja’ ini juga baru saja menerima kabar baik dari Ikatan Guru Indonesia (IGI). Masuk nominasi 20 deretan guru hebat yang punya ide kreatif, unik dan menyenangkan dalam pembelajaran Matematika dan Fisika, Ustadz Arifin kembali terpilih menjadi salah satu kontestan. Setelah melalui tahap seleksi yang cukup panjang, diantaranya seleksi administrasi, wawancara secara marathon dengan menggunakan hangout untuk tatap muka online, akhirnya tulisan inovasi pembelajaran matematika ‘Sport Game Tournament’ hasil karya Ustadz Arifin berhasil membawanya terbang ke Makassar. Kembali mengadopsi dari tayangan liga champion yang sering dilihatnya, dikembangkan dengan materi berbasis Team Game Tournament (TGT) membuatnya harus meninggalkan sang istri tercintanya untuk mengikuti Training of Coach (ToC) Nasional Mat Fis yang akan di helat di Samsung Smart Learning Class-IGI di Makassar 13-15 April 2018.

Ditemui di meja kerjanya Ustadz Arifin secara sederhana mendefinisikan Sport Game Tournament (SGT) dalam pembelajaran Matematika, menurutnya SGT adalah pengembangan dari metode Team Game Tournament (TGT), dimana dalam TGT sebelum memulai pembelajaran guru menyampaikan tujuan, motivasi dan materi apa yang akan dipelajari. Dalam pemberian motivasi, guru menyampaikan bahwa dalam pembelajaran nanti akan ada permainan berupa turnamen. Siswa sudah sadar ketika diadakan permainan mereka harus paham materi jika ingin memenangkannya. Hal ini akan membuat siswa tertarik untuk belajar. Pembelajaran akan lebih menyenangkan dan menarik ketika permainan atau turnamen yang akan dilakukan familiar di telinga mereka. Turnamen itu diantaranya adalah Liga Champion, Moto GP, Kora-kora, Lari Estafet dan lain sebagainya. Sebagian besar turnamen yang terkenal adalah dalam bidang olahraga (sport), itulah mengapa metode pembelajaran ini diberi nama Sport Game Tournament (SGT), urainya.

Beberapa metode pembelajaran SGT yang digunakan Ustadz Arifin disertai langkah-langkahnya :

  1. SGT ‘Liga Champion’

SGT Liga Champion adalah pembelajaran yang dikemas dalam permainan yang diadaptasi dari pertandingan sepak bola antar klub juara di eropa. Liga Champion dihelat setahun sekali dan menjadi acara paling ditunggu untuk penggemar sepak bola. Siswa akan lebih tertarik belajar ketika disampaikan bahwa pembelajaran akan menggunakan metode drawing liga champion. Untuk bagian yang diadaptasi terletak pada fase gugur liga champion, dimana nanti kelas akan dibagi menjadi 8 kelompok untuk kemudian dimulai babak perempat final. Masing-masing akan mengerjakan paket soal, dimana jumlah benarnya nanti akan dihitung sebagai ‘goal’.

  1. SGT ‘Moto GP’

SGT Moto GP adalah pembelajaran ‘peer teaching’ yang dikemas dalam permainan yang diadaptasi dari ajang motor balap Moto GP. Untuk bagian yang diadaptasi yaitu pada penskoran, dimana setiap pebalap punya skor sendiri dan begitu juga dengan tim nya. Setiap pebalap akan dilatih dan di briefing oleh tim nya sebelum mulai perlombaan. Agar pembelajaran bisa menyeluruh di kelas, pebalap dipilih dari siswa yang motivasi belajarnya kurang (kurang menguasai materi)

  1. SGT Lari Estafet

SGT Lari Estafet adalah metode pembelajaran berbasis permainan yang diadaptasi dari perlombaan lari estafet. Dalam lari estafet, biasanya satu tim terdiri dari empat pelari, dimana pelari kedua akan berlari setelah mendapat tongkat dari pelari pertama dan seterusnya sampai mencapai garis finish. Yang diadaptasi dalam pembelajaran adalah tongkatnya diganti menjadi kartu soal.

Menurut pengakuannya, tidak ada target khusus mengikuti seleksi ToC ini. Akan tetapi setelah mengetahui dirinya lolos seleksi administrasi kebimbangan dan keraguan mulai menghinggapinya, antara maju dan tidak. Akhirnya di puncak kegalauannya, muncul secercah harapan yang datang dari sosok wanita bernama Dewi Endrawati, S. Pd yang tak lain adalah belahan jiwa Ustadz Arifin. Dialah yang memberikan energi positif bagi saya, yang selalu menemani saya untuk menuangkan ide gagasan serta memotivasi saya ketika lelah dan memutuskan untuk menyerah. Tidak ada perjuangan yang sia-sia, kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil. Melalui ‘Sport Game Tournament’ buah karya dari tangan dinginnya, Ustadz Arifin ‘mengajak’ liga champions, moto gp dan lari estafet untuk bergabung bersama ‘club matematika’ yang hampir terdegradasi dari hati peserta didik. Menjadikan matematika yang sering diplesetkan anak-anak MAkin TEkun MAkin TIdak Karuan menjadi MATEMATIKA yang lezat berasa cokelat silverqueen.

Di tangan seniman, setumpuk sampah disihir menjadi ‘rupiah’, di tangan seniman jualah ‘liga champions’ disulap menjadi metode pembelajaran matematika kreatif dan inovatif  ala coach Arifin. Ustadz Arifin, seniman matematika yang dengan sentuhan magisnya kembali menciptakan karya monumental, dengan ‘gocekan’ dikombinasi ‘dribbling’ dan umpan ‘tiki-taka’ menghasilkan goal indah bernama ‘matematika asyik’. Siapa menyusul jadi seniman selanjutnya…??

 

 

Ustadz Muhammad Taufik, ustadz yang ramah dan murah senyum ini juga pemain sepakbola yang handal. Lahir di Sleman tahun 1982. Setelah lulus dari sekolah dasar negeri beliau melanjutkan studi ke pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki untuk mengambil jenjang Tsanawiyah dan Aliyah. Aktif di kepengurusan organisasi santri dan aktif di SAPALA (Santri Pecinta Alam).

Pada tahun 2000 beliau melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar Mesir. Selain mengambil jurusan Syariah wal Qonun beliau juga aktif diberbagai kajian di masjid masjid sekitaran Cairo.Kapasitas keilmuan dan kemampuan bahasa arabnya sudah tidak diragukan lagi. Ustadz Taufik pulang ke Indonesia pada tahun 2010, untuk kembali menuntut ilmu melanjutkan sekolah diprogram pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.

Beliau mengabdikan dirinya di PPM MBS Pusat mulai dari tahun 2011, dan ikut terlibat dalam pembentukan MBS 2. Dan mulai tahun 2014 beliau diamanahi untuk memegang MBS
2.

Generasi yang unggul dan sholeh berawal dari orangtua dan guru. Apabila orangtua berhasil mencetak lembaran santri yang putih dan bersih maka Guru yang shalih mampu memberi warna pada lembaran tersebut. Warna itulah yang pada akhirnya akan menjadi blueprint seorang santri. Guru Yang penuh dengan keikhlasan dalam membimbing akan menghasilkan generasi santri yang shalih.

PPM MBS selalu berusaha merekrut guru guru berkarakter islami yang kuat. Penuh dedikasi terhadap santrinya dan Ikhlas dalam memberikan ilmunya.

Ustadz fajar Shadik  ikut mengelola PPM MBS Jogja sejak awal 2009. Ketika itu, MBS Baru memiliki 3 ruangan. Dua ruang untuk asrama santri putra dan kamar untuk pembina dan satu ruang kelas dan tempat sholat. Kanan kirinya hanyalah hamparan luas sawah yang menghijau.

Ustadz Fajar mengawali pengabdian sebagai pembina. Tugas berat yang dipegang sejak awal mula berdirinya PPM MBS membentuk karakter ustadz yang selalu tersenyum ini. Tugas tugas selanjutnya pun dijalani dengan penuh amanah dan disiplin.

Ustadz kelahiran Wonosobo ini bertekad agar PPM MBS yang kini dibawah pimpinanya mampu mencetak calon calon ulama yang intelek, juga memiliki Staf pengajar yang penuh dengan keikhlasan dan berdedikasi tinggi. Karena hanya dengan keikhlasanlah santri santri yang berkarakter islami dan intelek bisa dihadirkan.