Penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, berdampak cukup signifikan terhadap kebersihan di kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Karena penutupan TPST Piyungan, kebersihan di 3 lokasi yang biasa membuang sampahnya di TPST Piyungan itu jadi berantakan. MBS, salah satu pondok pesantren Muhammadiyah terbesar di kabupaten Sleman tidak luput terkena imbas akibat dari penutupan tersebut.

Problem sampah ini memang menjadi masalah bersama dan penyelesaiannya juga seharusnya melibatkan semua pihak. Menanggapi kondisi ini, MBS Sleman bertindak cepat dengan melakukan silaturahmi dan studi banding ke salah satu pegiat sampah di Kasihan, Bantul.

Sebanyak enam orang dari divisi kebersihan dan perwakilan pimpinan MBS melakukan studi banding di kediaman sekaligus pemilik depot pengolahan sampah milik Bapak Bayu yang disinyalir mampu menyerap tenaga kerja dan dari sampah dapat diproduksi menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis, Jum’at, 3/5.

Rombongan yang dipimpin langsung oleh wakil direktur IV bidang Kerumah Tanggaan MBS, ustadz Didik Riyanta, S. Sos.I datang ke Bantul karena mengetahui bahwa Pak Bayu merupakan aktivis pegiat sampah di Baznas. Selain itu, beliau juga memproduksi sendiri alat pengurai sampah yang bisa memisahkan sampah organik dan anorganik.

Sementara itu, Kepala bagian Kebersihan dan Pertamanan MBS, Pak Kardiyono mengatakan bahwa kedatangannya ke Bantul ini karena imbas dari ditutupnya TPST Piyungan. “Saat ini kebanyakan dari lembaga pesantren belum melakukan pengelolaan sampahnya secara mandiri. Untuk itu, bismillah kami bertekad memiliki depot pengolahan sampah sendiri. Karena permasalahan sampah di wilayah kami belum dapat ditangani dengan baik, bahkan selama ini hanya dibuang begitu saja di TPST,”kata Pak Kardi.

“Untuk itu, katanya lagi, kami sangat berharap, bahwa kedatangan kami disini dapat melihat dari dekat pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Pak Bayu agar nantinya hal tersebut bisa kami adopsi dan terapkan di MBS,”kata Pak Kardi.

Dengan melibatkan pesantren diharapkan civitas akademika dan santri menjadi agen perubahan yang secara berkelanjutan bisa merubah sampah dari masalah menjadi peluang ekonomi dan sumber energi. Semoga.(ElMoedarries)