Pada hari Sabtu (19/8/2023) ada yang berbeda di Masjid At-Tanwir PPM MBS Yogyakarta. Pagi hari pukul 08.00 Wib para santri sudah berkumpul di masjid putera MBS. Ratusan santri berkumpul untuk melaksanakan kegiatan P-5. Kegiatan Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini digelar untuk mewujudkan pelajar yang memiliki karakter pelajar Pancasila.

Dalam sambutannya, Ustaz Roiq, Lc selaku kepala sekolah SMA MBS mengatakan “santri harus memiliki integritas. Ada yang tahu apa arti p-5?, santri pun menjawab sembari tersenyum “Pulang,pulang,pulang,pulang, pulang”. Bukan, Ustaz Roiq pun menjelaskan pengertian P-5.” Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah, santri harus memiliki karakter 6 Profil Pelajar Pancasila. Pertama, beriman bertaqwa kepada Tuhan. Kedua, berpikir kritis. Ketiga, gotong royong. Kelima mandiri dan terakhir kreatif.

Kegiatan kali ini mengangkat tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” dan mengangkat sub tema “Stop Bullying”.  Ustaz Roiq juga mengingatkan dalam sambutannya mengenai pentingnya kita menghindari 3 dosa besar sekolah. Pertama, bullying. Kedua, kekerasan sexual. Ketiga, intoleransi.

Dalam kegiatan Seminar Anti Bullying ini, menghadirkan ustazah Esti Rosiana, M.Psi, Psikolog dari bagian At-Tanwir MBS. Dalam paparannya, Ustazah Esti menukil laporan Unicef bahwa dua dari tiga anak Indonesia usia 13-17 tahun pernah mengalami kekerasan salah satunya adalah bullying.

Ustazah Esti mengingatkan kepada santri bahwa bahaya bully bisa menimbulkan dampak secara fisik maupun psikologis kepada anak (korban) bully. Anak-anak terlihat sangat antusias menyimak paparan dari Ustazah Esti.

Mereka tertarik saat melihat contoh video yang diputar di layar LCD tentang kasus anak yang dibully secara kelompok dan dipukul secara bergantian. Dalam materinya, Ustazah Esti juga memberi peringatan bahwa bullying ada 4 macam bentuk yang sama-sama bahaya diantaranya adalah pertama, bullying verbal. Kedua, bullying secara fisik seperti pemukulan, penamparan, penendangan dan lain sebagainya. Ketiga, adalah bullying secara kelompok seperti pengabaian, pengucilan, membeda-bedakan antar teman, sampai pada mendiamkan dan mengasingkan orang. Keempat adalah cyber bullying. Contoh cyber bullying diantaranya adalah menyebar hoax, mengedit dan menyebar foto tanpa izin, memperdaya untuk melakukan sesuatu yang memalukan, dan segala tindakan yang menyakiti orang lain.

Kampanye dan gerakan anti perundungan ini penting dilakukan agar kita semua bisa tumbuh belajar, berkembang dengan nyaman. Ini seperti yang ada pada pasal 28 ayat 2, tutup Ustazah Esti.

Sebelum menutup materi, Ustazah Esti juga mengajak kepada santri dengan yel-yel. “Siap menjadi agen anti perundungan?”, anak-anak pun menjawab dengan kompak “siap!”.

Peserta seminar, Raja dari kelas XG mengungkapkan kesan dari materi ini. “Saya jadi lebih paham tentang bullying. Ia pun siap melawan bila ada teman yang membullynya dengan tindakan pencegahan dan menindaklanjuti bully tersebut.” Disinggung mengenai harapan dari acara ini, Raja mengungkapkan “Semoga di MBS  tidak ada bullying.

Ditemui secara terpisah, Ustazah Esti, dan Ustaz Imam Wahyu, S.Sos dari At Tanwir kita terus mengadakan “seminar edukasi dan kampanye preventif untuk mencegah bullying terjadi di MBS. Kita juga melakukan kegiatan kuratif seperti pendampingan dan konseling.”

Selepas acara seminar dan tanya jawab usai, anak-anak diajak untuk membubuhkan cap tangan dan pesan sebagai komitmen dukungan dan kampanye anti perundungan. Acara berakhir sampai pukul 14.00 Wib dengan kegiatan tindak lanjut proyek penguatan pelajar pancasila seperti membuat esai dan video.(Arif Yudistira)