Prestasi terus diukir para santri Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Sleman Yogyakarta di tengah carut marut pendidikan Indonesia di masa Pandemi Covid-19 ini. Prestasi kali ini diraih dalam ajang Asean Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEF) 2021. Sedikitnya 450 tim dari 16 negara di kawasan Asia ikut ambil bagian dalam ajang yang dihelat oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) ini.

proses pengukuran uji bahan dengan alat ukur

proses percobaan hasil riset, menggunakan hp sebagai media

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kepala Sekolah SMP MBS, Ustadz Fauzan Yakhsya, S. Hum mengatakan, medali yang diperoleh santri tersebut merupakan prestasi yang membanggakan, sehingga Indonesia bisa diperhitungkan oleh negara lain. Yang kedua, prestasi ini juga jadi pembuktian bahwa sekolah berbasis pesantren pun bisa bicara di level internasional. Sebuah kebanggaan. Kemudian yang ketiga,  kami sangat mengapresiasi kemampuan anak untuk belajar sendiri, hanya dengan didampingi tanpa program khusus. Ternyata kami bisa membentuk anak menjadi generasi pembelajar, jadi mau menggali sendiri, kita yang benar-benar hanya fasilitator, sehingga anak juga bisa bersaing,” bebernya.

Wali kelas 9F ustadzah Okta Ariyanti, S. Pd mengungkapkan hal senada, “Alhamdulillah saya merasa senang dan bangga dengan anak-anak. Walaupun masih masa pandemi seperti sekarang ini, jauh dari bimbingan pembimbing mata pelajaran, tetapi mereka tidak patah semangat, dan tetap terus berjuang hingga bisa sampai di titik ini,”ungkapnya.

produk hasil uji riset, berupa papan dengan bahan dasar alas dinding biji rambutan

zat radio aktif, salah satu zat yang digunakan dalam uji riset

 

Nasywa Zahlia Ramadhani dan Fatia Nurafifa Emawati, dua santriwati SMP MBS Sleman mengaku tidak menyangka bisa mendapat medali emas dari hasil penelitiannya dinding biji rambutan yang bisa digunakan untuk mengurangi radiasi elektro magnetik. Menurut Nasywa, santriwati yang masih duduk di kelas 9 ini mengaku sempat pesimis melawan negara saingannya karena memiliki alat yang lebih modern dan canggih. “Saya sempat minder, karena persiapan yang sangat mepet, ditambah sekarang kelas 9 juga sedang ujian praktek. Tapi tidak disangka, kami bisa menang. Ternyata yang dinilai bukan soal kecanggihannya, tapi soal metodologi yang simpel. Ini semua berkat dukungan pembina dan orang tua saya, ujarnya”.

Sementara itu, Fatia, teman satu kelas Nasywa yang menjadi rekan satu tim riset menjelaskan alasannya tertarik meneliti dinding biji rambutan. Dia menjelaskan, riset dinding biji rambutan tersebut baru dia teliti satu bulan yang lalu. Menurutnya, sekarang sedang musim rambutan, hampir tiap daerah panen rambutan. Penyuka rambutan juga cukup banyak, sangat disayangkan jika biji rambutan hanya menjadi sampah dan dibuang begitu saja. Atas dasar itulah, kami berinovasi dengan memanfaatkan biji rambutan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat dan berdayaguna daripada dibuang, “katanya.

Kejuaraan untuk siswa jenjang SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi ini melombakan sejumlah macam sub-bidang. Pertama Innovation Science, Environmental dan Entrepreneur Fair. Berlangsung sejak tanggal 17 hingga 23 Februari 2021, ajang AISEF tahun ini diikuti oleh siswa-siswa dari 16 negara termasuk Korea, Iran, Mexico, Sudan, Philipina, Singapura, Brazil, Malaysia, Turki, Thailand, China, Vietnam, Nepal, Yaman dan Amerika Serikat. (ElMoedarries)

.

1 reply

Comments are closed.