Bismillah, rasanya masih tidak pantas jika harus membuat tulisan ini dan dibaca oleh banyak orang, tetapi Insya Allah semoga dari tulisan ini, bisa menjadi refleksi untuk pembaca maupun penulis sendiri khususnya mengenai apa yang sudah terjadi hingga dapat berdiri saat ini.

Melanjutkan pendidikan di pulau Bali, sama sekali tidak terbayang dan terencana saat itu, tetap dengan rencana dan mimpi kecil, yaitu melanjutkan dunia perkuliahan di Jogja atau di tempat asal dan kembali di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, karena rasanya tidak perlu harus khawatir, untuk nanti singgah, diskusi dan makan apa. Tetapi ternyata, doa saya untuk ditempatkan di tempat terbaik menurut-Nya, di tempat yang dapat menjadikan saya lebih baik, dan lebih ikhlas dalam berproses di ijabah. Dan di Bali lah tempat tersebut.

Ingat sekali, memulai masa orientasi studi dan pengenalan kampus saat itu dengan tangisan. Bagaimana tidak, perbedaan kultur, dan perubahan lingkungan yang drastis harus dilalui sendiri, karena saat itu tidak ada teman-teman SMA yang mendaftar di kampus yang sama. Sempat putus asa, dan berniat untuk pulang dan memulai perkuliahan di tempat lain. Tetapi bukannya Allah tidak akan membebani hambanya lebih dari kemampuannya? Saat itu, saya berfikir harus mencari “rumah”, untuk menjadi tempat saya pulang agar lebih tenang dan merasa aman. Alhamdulillah, menjadi kader Muhammadiyah secara “biologis” tidak membuat saya bingung harus mencari “rumah” yang bagaimana dan seperti apa.

Pencarian “rumah” dimulai dari mengunjungi kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Badung, tetapi ternyata nihil, tidak ada orang satupun di sana. Pencarian terus berlanjut, sampai akhirnya saya ditemukan dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Denpasar di instagram. Sedikit saya gambarkan, saat itu tidak ada poster penerimaan kader baru, tidak ada hiruk piruk panitia membuat Masta atau Masa Ta’ruf (masa perkenalan di IMM), dan postingan di instagram nya juga masih terhitung jari, sangat berbeda jika dilihat dan dibandingkan dengan IMM lainnya. Apalagi saat itu, teman-teman seangkatan saat SMA juga sedang berlomba lomba untuk menunjukkan twibbon Mastanya.

“Assalamu’alaikum kak, apa boleh gabung di IMM?” seperti itu kurang lebih kalimat yang saya awali untuk membuka percakapan lewat Direct Message di instagram IMM kota Denpasar. Setelah beberapa hari menunggu untuk mendapat balasan, alhamdulillah pesan saya terjawab dan dijadwalkan untuk langsung ke kantor PDM Kota Denpasar katanya. Setelah sampai di sana, ternyata hanya ada 4 orang kakak-kakak IMM dan dikenalkan bahwa mereka merupakan anggota Pimpinan Cabang IMM Kota Denpasar. Dan ternyata memang hanya ada 5 orang di IMM tersebut, beda jauh ya jika dibandingkan dengan jumlah yang ada di komisariat umumya.

Beberapa bulan setelah pertemuan tersebut, alhamdulillah kegiatan pertama saya saat itu dengan IMM adalah Masta. Lokasinya saat itu di Pantai Nyang-Nyang Bukit Jimbaran. Saat tiba di sana, ternyata yang datang hanya 4 kakak IMM yang kemarin, dan 3 kader baru termasuk saya, iya hanya 7 orang. Masya Allah, benar-benar dikasih tempat yang saya bisa belajar ikhlas di setiap prosesnya. Mulai saat itu, saya dan kader baru lainnya diperkenalkan, jika kami berada di bawah naungan Pimpinan Cabang IMM Kota Denpasar, kenapa bukan di bawah naungan komisariat seperti pada umumnya? Jawabannya simpel, karena tidak ada orang.

Lambat laun kami berproses dan berjuang bersama, alhamdulillah di tahun pertama ber-IMM saya resmi dilantik menjadi Sekretaris Bidang Tabligh dan Keislaman. Saat teman-teman seangkatan SMA masih berkecimpung di ranah komisariat, saya dengan cepatnya sudah duduk di bangku Pimpinan Cabang. Lagi-lagi ya memang karena belum ada komisariat, belum ada orangnya lebih tepatnya. Sebelum penerimaan mahasiswa baru, ternyata kakak-kakak IMM memiliki rencana untuk membuat komisariat berdasarkan geografi kampus di Denpasar saat itu. Terdapat 4 kampus besar di daerah Denpasar, antara lain yaitu kampus Udayana Bukit Jimbaran, kampus Udayana Denpasar, STIKOM Bali, dan kampus Saraswati. Berangkat dari semangat ber-fastabiqul khairat, alhamdulillah terbentuklah 3 komisariat untuk menaungi ke-4 kampus tersebut.

Pimpinan Komisariat Al-Khawarizmi menaungi kampus Udayana bukit Jimbaran, Pimpinan Komisariat As-Shaff menaungi kampus Udayana Denpasar dan kampus Saraswati, dan Pimpinan Komisariat Pandawa menaungi kampus STIKOM Bali. IMM Kota Denpasar saat itu menjadi salah satu organisasi eksternal di kalangan kampus, sehingga bisa dikatakan untuk mencari kader perlu perjuangan dan tentunya sabar yang luas. Berbagai strategi dan cara saat itu dirancang agar penerimaan kader mahasiswa baru bisa di gelar di halaman rektorat kampus saat mahasiswa baru datang, namun perizinan dan pengurusan birokrasi kampus lah yang membuat kami sulit untuk melangkah, belum lagi kata terakhir (Muhammadiyah) di belakang organisasi ini kesannya menjadi lebih “berat” jika dibandingkan dengan organisasi mahasiswa islam lainnya.

Mulai dari ikut bazar jualan di kampus, titip poster untuk ditempel di setiap fakultas dan berbagai cara lainnya kami jalani untuk mendapatkan kader baru. Usaha tidak mengkhianati hasil, alhamdulillah, walaupun tidak terlalu banyak yang mendaftar, di tahun 2019 IMM Kota Denpasar berhasil mendapat sekitar 20 orang kader. Dari 20 kader tersebut kemudian masuk ke masing-masing komisariat berdasarkan asal kampusnya. Alhamdulillah, saat itu saya diamanahi menjadi ketua umum Pimpinan Komisariat Al-Khawarizmi Bukit Jimbaran. Menjadi ketua bukanlah hal yang mudah, rasanya baru kemarin saya menangisi dan putus asa dengan ini semua, kemudian mencari “rumah” untuk pulang, sampai akhirnya sekarang saya harus menyediakan “rumah” tersebut bagi adik-adik kader baru.

Berbagai kegiatan di komisariat saya rancang agar kader baru tidak merasa bosan dan menyesal setelah gabung di IMM. Ide pertama yang ingin saya buat yaitu membangun pelatihan Tapak Suci di daerah Bukit Jimbaran. Ide ini berangkat dari keresahan saya pribadi, yang sebenarya saya lahir dan besar juga berawal dari Tapak Suci. Awalnya, saya mulai mencari tempat latihan Tapak Suci di Denpasar, mendapatkan informasi bahwa terdapat 2 tempat latihan. Namun tempat latihan pertama ternyata mereka hanya fokus latihan untuk ekstrakulikuler di sekolah Muhammadiyah saja, dan tempat latihan kedua memiliki jarak yang cukup jauh dengan tempat saya tinggal, serta waktu latihan yang tidak cocok dengan jadwal.

Akhirnya saya putuskan untuk coba membuka tempat latihan sendiri di daerah Bukit Jimbaran. Memiliki bekal sabuk biru dan jurus-jurus yang didapatkan selama di Pondok Pesantren, membuat saya percaya diri bahwa saya mampu mengambil langkah tersebut. Teman-teman PC IMM Denpasar juga sangat mendukung untuk diadakan latihan tersebut, hitung-hitung juga menjadi tempat latihan awal untuk teman-teman IMM. Namun ternyata latihan Tapak Suci yang diadakan tidak berjalan lama, kurangnya SDM serta tempat latihan yang cocok menjadi kendala utama. Akhirnya saya berusaha masuk dan bekerjasama dengan beberapa UKM pencak silat yang ada di kampus untuk proses perizinan dan latihan bersama, tapi ternyata proses ini tidak dapat berjalan lama, karena beberapa kendala yang terjadi baik itu di internal teman-teman juga hal lainnya.

Sempat merasa kecewa dan gagal, karena saya tidak dapat membangun dan mengajak teman-teman untuk latihan Tapak Suci bersama, namun bukan berarti saya sudah berhenti untuk ber amar ma’ruf, karena masih ada jalan dakwah di IMM yang terbuka luas. Perjalanan di IMM semakin berwarna dan banyak pelajaran yang dapat saya ambil, organisasi yang memiliki tagline Cendikiwan Berpribadi ini harapannya memiliki tujuan mulia yaitu setiap kadernya dapat memperbaiki dan membangun masyarakat di sekitarnya, dengan melahirkan produk gagasan dan ide keilmuan yang tentunya memiliki kepribadian seorang muslim yang tinggi .

Usaha yang terus dilakukan dari kaderisasi serta menguatkan dan menyatukan ideologi bersama dalam menjadi kader Muhammadiyah ternyata tidak-sia-sia, alhamdulillah sampai saat ini anggota IMM di seluruh kota Denpasar terus bertambah. Pembentukan Pimpinan Cabang IMM baru juga terus direalisasikan, hingga alhamdulillah sampai saat ini di Bali memilki 4 Pimpinan Cabang IMM antara lain yaitu Pimpinan Cabang IMM Denpasar, Pimpinan Cabang IMM Buleleng, Pimpinan Cabang IMM Tabanan, dan Pimpinan Cabang IMM Badung. Sebagai penutup, semoga pembaca dapat merasakan kebahagiaan dari apa yang penulis tuliskan, termasuk banyaknya kekurangan dalam penulisan ini yang sangat jauh dari kata sempurna, penulis memohon maaf sebesar-besarnya.

 

Nuun wal qalami wamayasturuun, billahi fii sabililhaq fastabiqul Khairat

5 replies

Comments are closed.