Malam Jum’at itu, tampak puluhan santri bahu-membahu membangun panggung. Latar panggung dipakaikan beberapa triplek yang membentuk gambar sebuah masjid. para santri pun bahu- membahu denga naik ke belakang panggung background. Berlomba dengan waktu dari kamis siang (9/2), panitia khitobah akbar dari angkatan 8 PPM MBS Sleman Yogyakarta mengkoordinasi agar santri-santri angkatan 8 bisa bekerja cepat dan efisien.
Menurut Arif Misbahudin (9B) selaku ketua panitia, pekerjaan memotong, mengecat, dan menghias triplek background telah dimulai dua pekan sebelum hari H khitobah berlangsung, “Kami sudah mulai bekerja dua pekan sebelum tanggal 8 Februari, untuk mengecat dan menggambar baru kami mulai dari tanggal 4 Februari”, tutup santri asal Pekalongan itu.
Sebelum acara dimulai, panggung beserta pelataran taman dan kursi penonton sempat dibasuh hujan gerimis selama beberapa menit. Beruntung, cuaca dan kondisi masih bersahabat ketika acara dimulai. Dar pembukaan hingga tali muncul kembali hujan gerimis terkecuali ketika memasuki acara hiburan berakhir.
Acara akhirnya dimulai. Pembukaan dibimbing oleh para MC dengan lafadz ‘Basmalah’, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran. Kemudian sambutan dari Ketua Panitia, Perwakilan IPM, dan Asatidz. Ada yang menarik dari sambutan oleh Ustadz Fakihuddin selaku Wakil Direktur 2 Bidang Kema’hadan. “Sebisa mungkin ketika ada acara khitobah yang disitu terdapat ayat- ayat Al Quran dan Hadits, jangan campur adukkan denga kebathilan seperti musik- musik, dan segala hal yang berbau jahiliyah.” Tandas ustadz lulusan LIPIA Jakarta itu saat diberi kesempatan sambutan asatidz. Menanggapi masukan tersebut, Ketua Panitia memberikan respon positif dan berjanji jika ada acara khitobah di kesempatan yang akan datang, musik- musik dan hal yang beraroma negatif akan diminimalisir. “ In Syaa Allah, jika kami mengadakan acara lagi di kesempatan lain, akan kami kurangi segala konten yang berbau negatif.” Ungkapnya.
Khitobah di awali dengan khitobah Bahasa Arab yang dibawakan oleh Hamzah Himawan, santri kelas Sembilan asal Purbalingga itu memberikan ceramahnya perihal nilai dan kemuliaan seorang muslim. Hamim, nama sapaan Hamzah Himawan memang piawai berpidato dan kerap kali diikutsertakan dalam berbagai lomba.
Untuk mengusir kepenatan para santri selaku penonton, diadakan acara berupa ‘Miniband’ yang didandani layaknya badut mini dan membawakan berbagai lagu yang lucu di panggung. Sesi selanjutnya kembali ke acara inti yaitu khitobah bahsa Indonesia yang dibawakan oleh Hamka, yang berceramah tentang penyakit anak uda zaman now berupa pergaulan dan cara hidup. Selain itu, khitobah dilanjutkan dengan khitobah Bahasa inggris. Khitobah Bahasa inggris merupakan rangkaian terakhir dalam rangkaian acara khitobah akbar.
Sebelum acara ditutup, diadakan acara hiburan terkahir berupa Drama Komedi. Acara ini sempat disusupi oleh hujan gerimis, walau demikian, acara drama diatas panggung tetap berjalan lancar. Selepas drama usai acara pun ditutup dengan tahmid dan doa kafaratul majlis.
Comments are closed.