Salah satu bentuk dzikir kepada Allah swt adalah merenungkan tanda-tanda kebesaran-Nya yang terdapat di alam semesta dan diri sendiri. Perenungan ini bertujuan untuk mengenal Allah dan memuliakan-Nya dengan sebenar-benarnya. Allah berfirman “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sissia, Mahasuci Engkau, dan lindungilah kami dari azab neraka’.” (QS. Ali Imran: 190-191).

Di antara tanda-tanda kebesaran Allah yang disebarkan-Nya di antariksa adalah matahari, bintang, bulan, dan planet-planet. Semua benda-benda antariksa tersebut beredar atau berjalan menurut garis edar yang sudah ditetapkan Allah swt kepadanya. Bulan berjalan dengan kecepatan 17 km/detik, bumi berjalan 15 km/detik, dan matahari berjalan 12 km/detik.

Allah swt berfirman, “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin: 28-40).

“Dan (Dia) menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.” (QS. Az-Zumar: 5).

Sains telah menetapkan bahwa bulan berputar pada porosnya, dan pada saat yang sama ia juga berputar mengelilingi bumi. Bumi pun berputar pada porosnya sekali dalam 24 jam, dan pada saat yang bersamaan, bulan dan bumi yang sedang berputar pada porosnya tersebut berputar mengelilingi matahari. Matahari pun berputar pada porosnya, dan pada saat yang sama seluruh anggota tata surya berputar mengelilingi pusat galaksi yang juga sedang berputar pada porosnya.

Para ilmuwan pun telah menemukan bahwa bulan beredar dalam lintasan yang melengkung/elips bukan dalam garis lurus, sehingga senantiasa dapat berada dalam tempat-tempat persinggahan yang sama. Coba sejenak kita bayangkan bahwa matahari, bumi, bulan, dan bintang-bintang bergerak dengan kecepatan yang tidak sama. Pada saat tiba hari kedua, “Di manakah matahari?” Matahari tertinggal dari kita sejauh dua masa. Kemudian setelah satu tahun berlalu, “Di manakan matahari?” Matahari telah hilang dia tertinggal jauh.

Siapakah yang menggerakkan semua benda-benda langit itu? Allah berfirman, “Masingmasing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin: 40). Semua benda-benda langit itu beredar dan senantiasa berada pada orbitnya. Semuanya menjaga kecepatan agar stabil dan tetap pada posisi masing-masing di angkasa. Perbuatan siapakah ini? “Yang demikian itu adalah ketetapan (Allah) yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 38). Semuanya itu merupakan kehendak dari yang Maha Berkehendak, yang berasal dari yang Maha Kuat dan Maha Kuasa. Allah swt telah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menjalankannya pada tempattempanya pula.

Pada saat-saat tertentu matahari, bumi, dan bulan terletak pada satu garis lurus yang sama yang mengakibatkan cahaya matahari terhalang oleh bumi. Pada saat inilah terjadi yang peristiwa yang disebut sebagai gerhana bulan. Gerhana bulan yang terjadi pada hari rabu 31 Januari 2018 merupakan gerhana bulan yang istimewa yang disebut sebagai fenomena super blue blood moon karena mengombinasikan tiga fenomena alam secara bersamaan yaitu blue moon (bulan biru), super moon ( bulan super besar), dan total lunar eclipse (gerhana bulan total). Disamping itu gerhana bulan yang terjadi kali ini adalah gerhana bulan yang langka yang akan terjadi kembali pada kurun waktu 152 tahun yang akan datang.

Pada puncak peristiwa gerhana bulan total ini kita dapat melihat bulan secara langsung tanpa menggunakan alat bantu atau filter cahaya seperti saat terjadi gerhana matahari karena bulan tidak membahayakan bagi kesehatan mata, hanya saja ketika terjadi gerhana bulan akan mengakibatkan air laut pasang. Permukaan air laut akan mengalami kenaikan karena adanya gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan. Dalam pandangan spiritual peristiwa gerhana bulan maupun gerhana matahari merupakan isyarat dari Allah swt akan nikmat-Nya yang berupa matahari dan bulan. Keduanya merupakan bukti kebesaran Allah swt yang difirmankan-Nya dalam surah Fushshilat : 37, “Dan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”

Di sisi lain Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Gerhana matahari dan bulan tidak akan terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana matahari atau gerhana bulan maka bersegeralah  mengingat Allah, bertakbir, dan bersedekah.” (HR. Al-Bukhari nomor hadist 994 dan 997; dan diriwayatkan juga oleh Imam Muslim nomor hadist 914). Hadist ini menjelaskan bahwa matahari dan bulan adalah dua dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah swt.

Gerhana matahari atau gerhana bulan tidak terjadi karena kelahiran atau kematian seseorang. Artinya, gerhana matahari atau bulan merupakan fenomena alam biasa yang tidak ada hubungannya dengan kelahiran atau kematian seseorang. Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab dan masyarakat dunia lainnya percaya bahwa terjadinya gerhana matahari atau bulan ada hubungannya dengan kematian atau kelahiran seseorang. Dengan adanya hadist ini Rasulullah saw ingin mementahkan khurafat tersebut dan sekaligus menegaskan bahwa peristiwa gerhana matahari atau bulan hanyalah siklus peristiwa alam biasa.

 

Penulis:

Zanuar Rahmat Hadi, S.Pd.

Posisi : kepala Laboratorium dan Pengajar Mata Pelajaran Fisika di Kelas VII, X, dan XII Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

 

Sumber referensi:

Al-Quran

Buku Pintar Sains dalam Hadits Mengerti Mukjizat Ilmiah Sabda Rasulullah saw, karya Prof. Dr. Zaghlul Raghib Al-Najjar

Buku Pintar Sains dalam Al-Quran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah swt, karya Dr. Nadiah Thayyarah

2 replies

Comments are closed.