Santri MBS Yogyakarta kembali memperoleh prestasi di ajang kompetisi Internasional. Kabar prestasi santri kali ini datang dari ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) tahun 2024. Lomba ini digelar secara daring dan luring yang berpusat di ITS, bulan Desember kemaren 2024.  

Dalam ajang I2ASPO ini, diikuti oleh berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia, Turkey dan berbagai negara lainnya.  

Para santri ini mendapatkan sertifikat dan medali dari kejuaraan ini. Santri merasa senang karena mendapatkan hasil yang maksimal setelah proses perjuangan yang tidak mudah. 

Ustaz Eko Sugiarto, S.Pd selaku kesiswaan PPM MBS Yogyakarta berharap “semoga makin banyak muncul prestasi di bidang lain selain sains yang akan berjaya di ajang internasional”. 

Ketiga santri yang memperoleh medali emas di ajang I2ASPO tersebut diantaranya, Gilar Ircham Wibisono kelas XII MIPA I, Anggit Afkari Winayaka, kelas XI MIPA II, dan Nail Zufar Arrijal kelas XII MIPA I.  

Semoga prestasi tersebut membawa keberkahan dan manfaat bagi PPM MBS Yogyakarta. Selamat. [A.Y]  

 

PPM MBS Yogyakarta masih berusia muda. Namun, perkembangan dan percepatan gerakannya begitu cepat. Untuk menopang dan mendorong kemajuan pesantren, MBS terbuka bekerjasama dengan pemerintah dan institusi swasta lainnya untuk kemajuan dan perkembangan pesantren.

Senin (6/1/2024), PPM MBS Yogyakarta bersama dengan Himpinan Pengasuh Pesantren Indonesia (P2I) menjalin kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan ini dilaksanakan di ruang senat IPB. Dalam kerjasama tersebut, P2I termasuk MBS Yogyakarta sepakat melakukan kerjasama di berbagai bidang.Kerjasama tersebut adalah bidang pengembangan SDM dan pangan.

Dalam bidang pengembangan SDM, IPB sepakat memberikan beasiswa bagi kader pesantren. Rektor IPB sebagaimana dilansir Republika (6/1/2025), Prof Arif Satria mengatakan, “IPB sudah sering kerjasama dengan pesantren, tetapi baru kali ini MoU program beasiswa.”

Pimpinan PPM MBS Yogyakarta, Ustaz Faqihudin, Lc turut hadir dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan IPB.

Ustaz Faqih juga berharap, MoU ini semakin membawa kemajuan dan bermanfaat bagi santri PPM MBS Yogyakarta nantinya.  Sementara itu, Rektor IPB Prof. Arif Satria berharap, kader pesantren yang memperoleh beasiswa nanti, diharapkan kembali ke pesantren dan mengembangkan almamaternya [A.Y]

PPM MBS Yogyakarta dikenal sebagai pondok modern yang dimiliki Muhammadiyah. Selain mendidik karakter dan juga penguatan ruhiyah Islamiyah, PPM MBS Yogyakarta juga tidak berhenti mendidik santrinya untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

Melalui dari pencarian bibit unggul, hingga pembinaan santri yang tiada henti, MBS berhasil memperoleh ratusan medali baik di tingkat SMP maupun SMA.

Di tahun ajaran 2024/2025, pada semester gasal kali ini, PPM MBS Yogyakarta di tingkat SMP, telah memperoleh total 76 medali. Sementara itu, di tingkat SMA, sudah terkumpul 110 medali.

Ketika disinggung, resep atau rahasia apa yang dilakukan MBS bisa mencapai prestasi sedemikian banyak, Ustaz  Eko Sugiarto, S.Pd selaku kesiswaan PPM MBS mengatakan, pertama, kita melakukan kurasi minat dan bakat yang dimiliki santri. Kedua, kita melakukan pembinaan kepada santri agar bisa mencapai prestasi yang maksimal.

Medali itu berasal dari aneka lomba seperti; MTQ, sains, olahraga, pencaksilat, atletik, penelitian, dan banyak jenis lainnya.

Total medali itu diperoleh semenjak bulan juli- Desember 2024.

Ustaz Eko Sugiarto juga berharap, di tahun 2025, akan mendapat medali yang lebih banyak lagi dari tahun sebelumnya. Perolehan medali ini menjadi bukti kualitas pendidikan pesantren khususnya di bidang akademik.

Semoga perolehan medali ini bisa menambah kesyukuran dan berkah bagi PPM MBS Yogkarta [AY]

 

 

Diantara serba serbi kegiatan pimpinan pesantren MBS selama lawatannya di Mesir, selain resmi ke beberapa instansi, beliau memanfaatkan waktu mengunjungi beberapa masayikh serta tokoh-tokoh penting di Mesir.

Dr. Nahla Al-Saeedi termasuk salah satu tokoh yang disowani pimpinan MBS. Dr. Nahla adalah putri dari ulama Al Azhar Syeikh Sabry Qutb El Saidy. Beliau adalah penasihat Syeikh Al Azhar untuk urusan ekspatriat. Dr. Nahla menjadi wanita pertama yang memegang peran penasihat dalam sejarah 1000 tahun Al Azhar.

Dia sebelumnya memegang dua posisi di Al Azhar, sebagai otoritas agama tertinggi dalam islam sunni, Dekan Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan Islam untuk Ekspatriat dan kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Mahasiswa Internasional. Ia juga pernah diangkat sebagai Wakil Dekan Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab untuk Perempuan di Kairo dan Dekan Fakultas Ilmu Islam untuk Pelajar Asing di Nasr City pada januari 2019.

Demikian pula dengan Syaikh Aiman Abdul Ghani. Kepala Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Al Azhar. Di Majelis Qitho’ Ma’ahid Al Azhariyah pimpinan MBS melakukan silaturahmi dan beberapa penawaran kerjasama lanjutan. Diantaranya program penerapan kurikulum Al Azhar (termasuk diktat) dan pengiriman tenaga pengajar dari Al Azhar ke pondok serta program-program lainnya.

Delegasi MBS juga melakukan pertemuan dengan para intelektual Mesir. Diantaranya: Prof. Dr. Muhammad Sayyid Biebers, Direktur Eksekutif Pusat Studi Ekonomi Islam Sholeh Kamil Al-Azhar University.

Demikianlah sekelumit serba-serbi kunjungan delegasi MBS kepada para ulama dan tokoh penting di Mesir. Semoga membawa manfaat bagi dunia pesantren dan umat secara keseluruhan.(ElMoedarries)

Keberhasilan Kurniawan Fariel Ramadhan pada Pra Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) Zona II dan III di Surakarta, Jawa Tengah dengan menjadi runner up, membuat santri MBS yang tengah duduk di kelas 11 MIPA 4 asal Bantul itu memperoleh tiket untuk melaju ke POPNAS 2025 mendatang di Sumatera Utara dan Aceh.

Pendamping lomba MBS, ustadz Fatkhul Amri Kemalsyah menuturkan, pada pra POPNAS kemarin, atlet yang berhasil lolos melaju ke babak final baik itu meraih juara satu maupun juara dua, dipastikan untuk meraih tiket ke POPNAS.

“Dan untuk atlet kami berhasil naik podium dengan membawa pulang medali perak sekaligus meraih tiket ke POPNAS, ujarnya.

Ustadz Amri mengaku, prestasi atletnya itu membawa kebanggaan tersendiri bagi dirinya khususnya bagi pondok pesantren MBS. Karena tidak mudah untuk bisa bertahan hingga babak final di Pra POPNAS.

“Semoga prestasi ini terus membawa atlet kami meraih prestasi. Dan tentu yang kami harapkan di POPNAS nanti bisa meraih hasil yang maksimal,”terangnya.(Elmoedarries)

Pria dengan balutan pakaian dinas militer itu tampak gagah. Badannya tinggi dan kekar. Gayanya santai sembari menggandeng tangan ibunya. Pandangannya tajam, penuh optimisme. Sebuah foto yang mengundang kagum.

Dia adalah Faisal Ihkam Zaki. Alumni Ponpes Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta Angkatan ke-7. Saat ini dirinya telah menyelesaikan pendidikan Bintara di Rindam II Sriwijaya.

Putra asli Tulang Bawang Barat, kelahiran Metro, 31 januari 2001 itu menjadi satu dari 408 siswa Bintara TNI. Selama pendidikan, ia ditempa dan dididik menjadi prajurit TNI yang berani dan tangguh.

Kini, Faisal Ihkam Zaki, putra pertama pasangan Bapak Slamet, S. Pd dan Ibu Ayunda Wulansari telah berhasil menggapai citanya dengan sukses menjadi Prajurit TNI berpangkat Sersan Dua (Serda) di Batalyon Infanteri 144 Jaya Yudha, Sumatera Selatan.

Dengan menyandang jabatan Danru Radio Tonkom Yonif 144 Jaya Yudha, dirinya mendapat kepercayaan untuk mengemban misi mulia dengan bertugas di daerah konflik Pegunungan Bintang, basis OPM terbesar di Papua.

Faisal mengakui menjadi seorang pasukan yang ditugaskan di daerah konflik menjadi kebanggan tersendiri baginya. Pria yang tergabung di corp Perhubungan/Elektronika dan Cyber tersebut baru dapat mengaplikasikan kemampuannya saat bertugas di daerah konflik.

Keberhasilan santri itu menjadi abdi negara tidak terlepas dari jasa dan gemblengan di MBS. Faisal dan santri lainnya sudah dididik dengan kedisiplinan tinggi sejak mondok.

“Selama mondok, kami selalu dididik dengan disiplin. Tidak hanya disiplin waktu, tapi juga disiplin ilmu atau akademik serta yang paling penting katanya disiplin ibadah,” ungkap Faisal.

Dari didikan itu, mantan qismu nadhofah (bagian kebersihan) IPM Putra MBS itu bahkan mengaku tidak terlalu terkendala ketika mengikuti tes masuk TNI. Apalagi, ia juga santri yang aktif dalam berbagai kegiatan olahraga selama di MBS.

Bekal yang dibawa Faisal dari MBS juga sangat berguna ketika pendidikan. Latihan dan didikan yang berat terasa sedikit ringan. Hal itu buah dari didikan disiplin nyantri di MBS.

“Di MBS kan pernah merasa beratnya proses pendidikan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, semuanya diatur dan serba disiplin. Dari tempaan itu saya merasa proses pendidikan ini agak lebih ringan jika dibandingkan dengan teman-teman yang tidak berasal dari Pondok Pesantren,” kisahnya.

Pendidikan di Ponpes MBS memang meninggalkan bekas bagi prajurit yang punya motto “man jadda wajada” itu. Selama menempuh pendidikan, Ia dibentuk menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, kuat dan disiplin.

Nyaris sama dengan santri lainnya ketika mondok, awalnya Faisal mengaku juga cukup berat. Waktu itu ia merasa terkungkung dalam lingkungan pondok dengan seabreak rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan.

“Awal-awalnya memang berat menjadi santri, namun lama kelamaan terasa manfaatnya. Apalagi motivasi-motivasi dari asatidz luar biasa. Dari terpaksa, kemudian terbiasa dan akhirnya bisa,” tutur pria 24 tahun yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya tersebut penuh semangat.

“Terimakasih MBS, tanpa didikan MBS maka saya tidak akan menjadi pribadi yang seperti ini. Semoga Ponpes MBS kian maju dan menjadi harapan untuk pendidikan bagi generasi muda,” ujarnya.

Semasa mondok, Faisal dikenal sebagai santri yang biasa saja. Ia tak terlalu menonjol, namun semua kegiatan dan agenda selalu diikuti. Tapi, ia sosok yang amat senang dengan dunia otomotif. Bongkar pasang mesin motor kerap ia lakukan ketika menghabiskan waktu liburannya di rumah.

Setidaknya, kerja keras dan jalan hidup Faisal mematahkan paradigma banyak orang. Alumni pondok pesantren bisa berkiprah di mana saja, termasuk mengabdi di dunia militer dan di bidang lainnya.(ElMoedarries)

 

Jadi seorang polisi memang menjadi cita-cita banyak orang. Namun, tidak semua lulusan dari SMA sederajat ingin menggantungkan impian mereka menjadi seorang pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat itu.

Berbeda dengan sosok Andi Ananda Herdian Azis, yang memilih mengabdi kepada negara di Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di Polsek Sebatik Barat subsektor Sebatik Tengah di perbatasan Indonesia – Malaysia setelah lulus dari pesantren. Pasalnya, di kalangan masyarakat tidak sedikit yang beranggapan bahwa masa depan santri setelah lulus paling hanya menjadi ustadz, kyai dan pemuka agama.

Tapi, saat ini asumsi itu telah terbantahkan dengan banyaknya alumni pesantren yang menjadi pengusaha, polisi, pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta profesi lainnya, bahkan ada yang menjadi presiden.

Nanda, alumni MBS Angkatan ke-7 tertarik untuk masuk polisi dikarenakan tugas kepolisian yang mulia yaitu melindungi mengayomi dan melayani masyarakat. Selain itu ia juga mendapatkan motivasi dan didukung langsung oleh orang tua dan orang-orang terdekat.

“Sejak kecil saya sudah tertarik untuk masuk polisi, dikarenakan tugas kepolisian yang mulia yaitu melindungi mengayomi dan melayani masyarakat. Juga dukungan dari orang tua dan orang-orang terdekat,” ungkap Nanda.

“Santri biasanya tidak memikirkan kelak akan jadi apa, yang penting bagi santri adalah belajar dan belajar serta ikhlas, menjaga akhlakul karimah dan patuh terhadap asatidz, dengan begitu ia akan mendapatkan ilmu dan juga keberkahan,” ujarnya.

Mengenai hal ini, pria kelahiran Tarakan, 10 Februari 2001 itu mengungkapkan perjalanan seorang alumni pesantren PPM MBS Yogyakarta, tahun 2013, menjadi seorang polisi penjaga perbatasan.

Selama menjalankan tugas, banyak suka dan duka yang dirasakan putra sulung pasangan Bapak Andi Azis dan Ibu Diana. Polisi berpangkat Bripda itu mengaku sempat jenuh dengan tugas yang baru ditekuninya selama satu bulan itu.
Namun, jenuh bisa diusir oleh suasana harmonis dari warga sekitar. “Kayak ada jenuh, tapi di sini ramai enggak kayak pos-pos yang lain. Masyarakat pun di sini kayak keluarga,” ujar mantan bagian sarpras IPM MBS Putra tersebut terharu.

Dibekali senjata laras panjang, Nanda dan beberapa rekannya menjadi salah satu pilar di perbatasan Indonesia. Setiap orang yang masuk ke wilayah Indonesia diperiksa dengan ketat. Tak jarang, Nanda mendapati warga Indonesia maupun Malaysia yang ingin melintas membawa narkoba.

Kisah Nanda menjadi bukti bahwa santri mampu berprestasi di berbagai bidang, termasuk di dunia militer dan dakwah. Menjadi  seorang aparatur negara tak menghalangi Nanda untuk terus menyebarkan nilai-nilai agama dan menjadi contoh bagi generasi muda lainnya.(ElMoedarries)

 

 

Lolos seleksi pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) merupakan prestasi dan impian yang sangat luar biasa bagi sebagian siswa – siswi tingkat SMA. Rasa senang dan bangga inilah yang dirasakan santri berprestasi SMA MBS.

Bersaing dengan puluhan pelajar dari sekolah lain untuk mendapatkan posisi paskibraka tingkat kabupaten, membuat M. Bakas Dwi Dafitra, santri kelas 10 G yang tahun ini naik kelas 11 tidak henti-hentinya bersyukur. “Saya sangat senang sekali telah terpilih karena mendapat pengalaman serta belajar bagaimana cara bekerja sama dengan baik,” katanya saat ditemui di kantor kesiswaan putra, Sabtu (13/7/2024).

Bakas beserta anggota paskibraka terpilih pada tanggal 2 Juli 2024 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman Nomor 427/0989 tanggal 28 Juni 2024 sebagai anggota paskibraka kabupaten Sleman tahun 2024.

Waka kesiswaan putra, ustadz Sidik Nugroho, S. Pd menjelaskan, PPM MBS Yogyakarta mengirimkan santri terbaiknya, alhamdulillah Bakas Dwi Dafitra berhasil mewakili Prambanan di Tingkat Kabupaten.

Ia berharap, perwakilan yang lolos ini dapat mengikuti seluruh kegiatan Paskibraka dengan maksimal. “Semoga Bakas bisa mengikuti tahapan demi tahapan, sampai selesai bertugas,” ujar ustadz Sidik.(ElMoedarries)

Dibalik kesuksesan anak-anak yang kerap panen medali dan kejuaraan ada guru hebat di dalamnya. PPM MBS Yogya memiliki guru-guru hebat sesuai dengan kompetensi di bidangnya.
Orangnya supel, murah senyum dan amat penyayang dengan anak didiknya. Ustaz Wahyu Hidayat, S.Pd.
Selain menjadi Ketua Admisi dengan kesibukannya yang luar biasa, ia masih sempat mengajar dan membina anak-anaknya menjadi peraih medali dan sertifikat kejuaraan.
Pada kesempatan kali ini, Ustaz Wahyu mendapat kesempatan menjadi pembicara dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ia menjadi pembicara dalam Webinar nasional. Webinar tersebut mengangkat tema “Mathematics and Religion as the M and R in STREAM Education”. Webinar ini akan diselenggarakan pada Selasa, 28 November 2023 pada pukul 07.00 wib sampai selesai.

Dirinya mengaku senang bisa berbagi ilmu tentang STREAM. “Alhamdulillah senang sekali bisa berbagi dan mewakili MBS Yogya.”
Ustaz Wahyu akan mempresentasikan metode STEM yang sudah dipraktikkan di PPM MBS.

Ustaz Wahyu Hidayat, S.Pd, Pengajar di PPM MBS Yogya

Selamat Ustaz Wahyu, Sukses Selalu. Semoga maslahah dan membawa berkah [Arif Yudistira].

 

 

Menteri BUMN yang sekaligus menjadi Koordinator Presidium Ikatan Alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia (IAPPI) Erick Thohir bersama sejumlah tokoh nasional lainnya melantik pengurus harian Ikatan Alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia (IAPPI) periode 2023-2027.

Pengurus Harian Ikatan Alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia (IAPPI) resmi dikukuhkan pada Kamis, 12 Oktober 2023 di Smesco Convention Hall Jakarta.

Bertindak selaku Koordinator Dewan Presidium IAPPI, Bapak Erick Thohir melantik pengurus harian IAPPI dengan harapan para anggota IAPPI dapat menjadi penggerak masa depan bangsa.

Dalam acara tersebut, Pak Erick meminta kepada Pengurus Harian IAPPI untuk berkontribusi menyiapkan blueprint Indonesia Emas 2045. “Kepada para mahasiswa dan alumni di depan saya, saya menantang mana blueprint Indonesia 2045 dari perspektif kalian? Bukan dari perspektif pemerintah, tapi dari perspektif kalian masa depan Indonesia,” tantang Pak Erick. Ketua PSSI itu berharap pelantikan ini menjadi keseriusan, bukan hanya wacana yang lagi dibicarakan. Ia juga berharap, pengurus IAPPI dapat memberikan cakrawala terkait arah masa depan Indonesia.

Anggota dewan presidium IAPPI lain yang turut hadir dalam pengukuhan koordinator presidium dan pengurus IAPPI yaitu Founder Narasi TV Najwa Syihab, Wali Kota Bogor Bima Arya, Rektor UII Yogyakarta Fathul Wahid, Rektor Brawijaya Malang Widodo, Dekan FT UI Heri Hermansyah, Wakil Direktur Pascasarjana UIKA Bogor Hendri Tanjung, Kepala LPMP Sulut Febry Dien, dan Wakil Rektor ITSI Medan Zulham Effendi.

Sementara itu, Farrel Izham Prayitno, alumni MBS Yogyakarta yang turut hadir dan menjadi bagian dari keluarga besar mewakili alumni PPI Sudan resmi menjadi pengurus pusat Ikatan Alumni PPI Dunia.

“Alhamdulillah, hari ini saya dilantik menjadi anggota Divisi Kerjasama Pemerintah Daerah, dibawah Direktorat Kerjasama Antar Lembaga yang digawangi oleh Bapak Billy Mambrasar, ST.,M.Sc.,MBA dan Bapak Khasan Ashari, MIR. Dikukuhkan oleh Pak Erick Thohir selaku Koordinator Presidium IAPPI. Ini tentu menjadi amanah baru. Amanah menuju kebaikan, menuju kemajuan Indonesia di mata global,” ungkap Farrel kepada tim LPP MBS usai pelantikan.

Dalam menjalankan tugasnya, alumni MBS angkatan ke-6 mengatakan akan mengikuti arahan dari para atasannya. Pasca pelantikan, dirinya mengaku semakin ingin serius dalam belajar mengembangkan dan berjejaring untuk memberi aspirasi-aspirasi terbaik pada isu pembangunan nasional. Sesuai dengan ketertarikan Farrel pada isu-isu kebijakan publik, ujarnya.

“Saat ini diperkirakan ada lebih dari 1 juta alumni pelajar Indonesia dari beragam kampus luar negeri di seluruh dunia. Dengan jumlah alumni sebanyak itu, kami yakin dapat membangun sinergi dan solidaritas untuk berkontribusi bagi bangsa,” ujar pria asli Bantul itu.

Farrel berharap, pelajar Indonesia yang mengemban ilmu di luar negeri, dapat kembali pada waktunya dan solid membantu Indonesia agar bisa semakin mendunia.

“Saya tentu banyak berharap kepada pelajar-pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri. Hidup merantau ke negeri orang, tentu tidak mudah. Jadi pasti sudah terbukti mental-mental scholars-nya sangat kuat. Jika kita persatukan, kita solidkan, InsyaAllah akan sangat membantu Indonesia semakin mendunia,” kata mahasiswa International University of Africa, Sudan yang pernah menjabat Ketua IPM MBS Putra periode 2017/2018.(ElMoedarries)