Ketika bicara tentang kemandirian ekonomi muslim, tentu banyak tantangan yang harus kita hadapi. Mulai dari penguasaan aset oleh warga asing yang terlalu dominan, harga yang tidak stabil, hingga mind set muslim sendiri yang cenderung lebih nyaman menjadi pegawai kantoran dibanding menjadi wirausaha.

Saat ini mau tidak mau, suka atau tidak suka perdagangan bebas sudah berlangsung di Indonesia. Begitu banyak produk asing yang masuk ke pasar Indonesia. Dalam kondisi ini, kita tidak bisa hanya berdiam diri menjadi penonton saja tetapi harus juga menjadi pemain dalam era perdagangan bebas ini. Kita tidak bisa hanya terus menyalahkan banyak pihak, tetapi yang lebih penting dan paling utama adalah mulai bergerak menemukan solusi dari masalah ini.

Solusi kunci dari masalah ini “usaha berjama’ah”. Belajar dari shalat berjama’ah, semua orang baik imam maupun makmum punya satu tujuan yaitu beribadah. Setiap orang menempati posisi masing-masing, ada yang berperan sebagai imam, makmum, muadzin, dan khatib. Shaf dalam shalat harus lurus dan rapat. Ada banyak makna yang bisa kita jadikan pelajaran dalam shalat berjamaah tersebut, yang bisa kita kaitkan dalam kehidupan ekonomi juga. Untuk mengatasi masalah ekonomi, hendaknya setiap muslim harus punya satu tujuan yaitu kemandirian ummat. Setiap muslim harus memegang peran masing-masing, ada yang berlaku sebagai produsen, konsumen, distributor, dan peran lainnya. Aplikasinya adalah, setiap muslim hendaknya mulai membangun usaha yang dimiliki oleh muslim, mendukung kelancaran produk muslim, karyawan yang dipekerjakan juga muslim, dan dibeli oleh muslim. Dengan kata lain usaha yang dibangun berasal dari muslim, dikelola oleh muslim, dan ditujukan untuk muslim juga dengan tidak mengesampingkan non muslim sebagi konsumen/ pelanggan.

Konsep tersebut Alhamdulillah sudah banyak disampaikan dan diperjuangkan oleh para Ulama dan aktivis muslim baik perorangan maupun kelembagaan. Termasuk salah satu yang memperjuangkan hal tersebut adalah Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Sleman Yogyakarta (PPM MBS Sleman Yogyakarta). Perjuangan tersebut diupayakan melalui banyak unit usaha yang dibangun, yang sebagian besar menggunakan nama Hasbuna. Kemudian disebut Hasbuna Group.

Perjuangan Hasbuna Group dilakukan secara bertahap. Usaha Muslim sudah mulai dibangun dimulai dengan memaksimalkan potensi di dalam Pondok. 3 Unit Hasbuna Mart, 3 Unit TokoMu, Hasbuna Laundry, Hasbuna Catering, Hasbuna Bakery, Unit Buku dan Seragam, Hasbuna Bengkel Las, Hasbuna Farm dibangun untuk memenuhi kebutuhan pondok dan tetap berusaha melebarkan pasar ke masyarakat luas. Untuk usaha yang berada di luar pondok ada Hasbuna Toko Bangunan dan Hasbuna Grosir.

Dengan dibukanya banyak usaha baik yang di dalam pondok maupun di luar pondok, ada banyak manfaat yang bisa kita terima, antara lain :

  • Kepemilikan aset produktif oleh muslim berangsur mulai membesar
  • Masyarakat muslim memiliki pilihan yang lebih banyak untuk belanja di toko muslim
  • Penyerapan tenaga kerja untuk kalangan muslim semakin luas, karena semua karyawan yang direkrut 100% muslim
  • Laba yang diperoleh In Syaa Allah digunakan untuk keperluan pondok pada khususnya serta perjuangan dakwah ke masyarakat pada umumnya
  • Kehalalan produk menjadi lebih terjamin karena dimiliki dan dikelola oleh muslim
  • Semua perjuangan yang telah dilakukan Hasbuna Group tentunya berujung pada satu tujuan mulia yaitu kemandirian pondok pada khususnya dan kemandirian muslim pada umumnya.

    Terakhir, harapan penulis adalah agar setiap pembaca mulai sadar dan membangun usaha muslim untuk kemandirian muslim. Semakin banyak usaha muslim yang dibangun maka akan mempercepat pencapaian tujuan kita Bersama yang tidak lain adalah kemandirian muslim

    Jazakumullah Khairan Katsiran

    Ditulis oleh : Ustadz Muhammad Kharis, Manager Koperasi PPM MBS Sleman-Yogyakarta