Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh para santri SMP MBS Yogyakarta. Empat wakil MBS yang turun di cabang Pidato Putri, Cerdas Cermat Agama (CCA), Pidato Putra dan Cabang Khutbah berhasil meraih juara pertama dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kecamatan Korwil Sleman Timur yang digelar pada tanggal 20 Agustus 2024 di SMP Diponegoro, Depok, Sleman.

Keempat wakil SMP MBS juara MTQ tersebut, yaitu:

  • Aisyah Ramadhany Anshori (Kelas 8L) – Juara 1 Cabang Pidato Putri
  • Annaura Hawa Abidah (Kelas 8G), Raina Trea Tsurayya (Kelas 8G), Tanzela Pastika (Kelas 9J) – Juara 1 Cabang CCA
  • Faiz Farabby (Kelas 8C) – Juara 2 Cabang Pidato Putra
  • Faiq Emirsani Aljaen (Kelas 8D) – Juara 3 Cabang Khutbah

Berkat prestasi tersebut, mereka berhak mewakili Kecamatan Korwil Sleman Timur dalam MTQ tingkat Kabupaten Tahun 2024 pada bulan September mendatang.

“Alhamdulillah, kami bersyukur para santri kami berhasil mendapatkan peluang untuk meraih prestasi tingkat kabupaten,” terang Ustaz Eko Sugiarto, S. Pd selaku kordinator lomba.

Ustaz Eko menuturkan walaupun capaian ini belum maksimal dan masih jauh dari harapan, namun prestasi ini tentu menjadi kebanggaan bagi para guru dan juga motivasi bagi para santri lainnya untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca dan menghafal Al Quran.

“Kami berharap para santri dapat terus berlatih dan mempersiapkan diri dengan maksimal untuk MTQ tingkat kabupaten. Kami yakin mereka dapat memberikan hasil terbaik dan mengharumkan nama MBS di tingkat kabupaten,” imbuh Ustaz Eko.(ElMoedarries)

Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta memang tidak pernah habis stok atlet pencaksilat. Terbukti, pada seleksi Pra Popnas dua pesilat asal Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah tersebut berhasil lolos mewakili Provinsi DIY bulan November 2024 mendatang di Surakarta, Jawa Tengah.

Jika dulu ada sederet nama pesilat langganan juara seperti Zulfa Jihad Akbar, M. Ainul Yaqin, Javid Novean Noorcha, Imam Wahyudi, Syarif, dan beberapa pesilat muda lainnya. Kini Fiitauhidillah Javier Elsierazy dan Kurniawan Fariel Ramadhan menjadi bintang baru dari MBS yang akan mewakili Provinsi DIY di ajang Pra Popnas nanti.

“Saya bersyukur atas kerja keras mereka hasil terbaik ini dapat terwujud, dan semoga dengan lolosnya Javier dan Fariel dapat memotivasi pesilat-pesilat muda di MBS untuk terus giat berlatih demi prestasi nasional ke depan,” kata pelatih pencaksilat MBS, ustadz Bagus Dzaky Handy, Senin (19/08/2024).

Tambah ustadz Bagus, didampingi ustadz Eko Sugiarto, Javier yang tampil di kelas H putera dan Fariel di kelas I putera mampu membuktikan bahwa pembinaan prestasi pencaksilat MBS digarap secara serius.

“Lolosnya kedua atlet kami ini sekaligus membuktikan bahwa pembinaan prestasi olahraga pencaksilat kami melalui ekstrakurikuler Tapak Suci siap bersaing baik di level provinsi maupun nasional,” pungkas ustadz Bagus yang juga alumni MBS.

“Mohon doanya agar duta Pra Popnas DIY bisa meraih hasil terbaik dan lolos ke Popnas tahun depan,” tambah ustadz Eko.

Pra Popnas tahun 2024 di Kota Surakarta, Jawa Tengah ini merupakan ajang kualifikasi Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 2025 yang akan dilaksanakan di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.(ElMoedarries)

 

Pendiri PPM MBS Yogyakarta, ustadz K.H. M. Nashirul Ahsan, Lc memberikan pesan tentang pentingnya bersyukur. Hal tersebut dikatakan saat memberikan tausiyah perdana dan pembekalan di hadapan guru karyawan wali santri PPM MBS Yogyakarta di masjid ARF, Jamusan, Ahad (18/8).

 Beliau menyampaikan pentingnya pertemuan wali santri untuk kemajuan santri dalam mencari ilmu di pondok pesantren. “Pertemuan wali santri ini sangatlah penting karena selain untuk membangun hubungan silaturrahim yang baik juga untuk memberikan solusi pemikiran-pemikiran dalam kemajuan santri yang sedang mencari ilmu’’ jelas ustadz Nashir.

Direktur pertama MBS yang saat ini menjadi anggota Badan Pembina Pesantren (BPP) itu menambahkan, adanya pertemuan wali santri tersebut agar bisa menjadi wasilah perantara dalam mensinkronkan pendapat untuk kemajuan sebuah lembaga. Dan untuk mendapatkan apa yang pondok cita-citakan harus ada yang namanya persepsi yang sama antara guru, wali santri dan juga pengurus.

Ustadz Nashir menginginkan wali santri PPM MBS Yogyakarta bisa menjadi wali santri yang mendukung dan mensupport program pondok. “Wali santri harus bisa belajar dari latar belakang sejarah, dimana dalam sejarahnya pesantren ini bisa tetap eksis bertahan jika seluruh elemen bersinergi. Demikian juga sebaliknya, sebuah lembaga pesantren akan mati dan hancur jika stakeholder nir kontribusi untuk kemaslahatan dan perkembangan pesantren, apalagi sampai menggerogoti dari dalam,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ustadz Nashir mengajak seluruh walisantri agar senantiasa bersyukur bisa menjadi keluarga besar MBS. Acara ini juga dihadiri oleh ketua BPP MBS, ustadz H. Amir Fauzi, S. Ag, pimpinan MBS serta wakil pimpinan.

Semoga pertemuan perdana guru, karyawan wali santri PPM MBS Yogyakarta ini bisa menjadi pertemuan yang bermanfaat dan penuh barokah. Aamiin…(ElMoedarries)

 

 

Ahad, [18 Agustus 2024], pagi hari, PPM MBS Yogyakarta menggelar kegiatan bertajuk “Edukasi Pesantren Nyaman dan Aman”. Kegiatan ini diikuti oleh santri PPM MBS Yogya baik putera maupun puteri. Kegiatan ini mengangkat tema “Jadilah Asyik Tanpa Mengusik, Jadi Kuat Makanlah Sehat”. Kegiatan digelar di Masjid At-tanwir putera dan Masjid Putri Kompleks PPM MBS Yogyakarta.

Dalam sambutannya pimpinan PPM MBS Yogyakarta, Ustaz Didik Riyanta, S.Sos.I menyampaikan, “Pondok ingin agar santrinya sehat jiwanya, sehat pikirannya, serta berharap agar santrinya menjadi santri yang unggul dan Islami. Dengan kegiatan ini, semoga anak-anak nantinya menjadi santri yang sehat jiwa dan pikirannya, raganya dan menjadi santri yang berprestasi tanpa mengusik teman-temannya.” Ia juga berharap MBS Yogyakarta menjadi pelopor gerakan “Anti Bullying” yang saat ini marak di dunia pendidikan.

Kegiatan Edukasi ini menghadirkan pembicara, Dr. Hardi Santosa, M.Pd dan Nor Eka Noviani, S.Gz, MPH.

Dalam penyampaiannya, Dr. Hardi Santosa, M.Pd menyampaikan, di pondok memang penuh dengan tantangan, masalah. Namun bila kita sebagai santri mampu melepaskan dan mengatasi masalah kita, kita akan sukses. Ia pun mengibaratkan masalah kita seperti bullpen yang dipegang sebentar tidak akan terasa berat, tetapi kalau dipegang sampai sepuluh bulan, akan semakin berat. Sama seperti masalahmu bila tidak dielpaskan akan semakin berat.

Dr. Hardi Santosa menyampaikan materi pada Edukasi Pesantren Nyaman dan Aman [18.8.2024] di PPM MBS Yogyakarta

Pembicara juga mencontohkan kisah-kisah orang terdahulu yang juga di bully. Bilal misalnya, bahkan hingga Rasulullah pun pernah di bully. Kondisi ini tidak menjadikan mereka lemah, tetapi semakin kuat. Karena mereka orang-orang terdahulu punya visi. Kita pun mesti demikian harus punya visi dan juga kuat mentalnya untuk visi kita ke depan. Tetapi ini bukan alasan kita untuk menjadi pembully.

Ustaz Hardi Santosa juga mencontohkan bahaya-bahaya bully yang terjadi di Indonesia sampai saat ini. Penyakit dan tekanan mental yang terus menerus dan bertubi-tubi bisa membahayakan mental dan Kesehatan kita di masa mendatang. Kegiatan ini berakhir sebelum salat zuhur tiba [A.Y]

 

 

 

 

Apel HUT RI ke 79 tahun 2024 sukses dilaksanakan di Lapangan Candi Siwa Kompleks Candi Prambanan (17/8/2024). Dalam suksesnya kegiatan ini ada turut andil 20 orang santri MBS yang ditunjuk Sebagai Pasukan Pengibaran Bendera (PASKIBRAKA).  Adapun nama – nama Paskibraka yang ditunjuk sebagai Petugas Pengibar Bendera Yaitu :

  1. Firstan Desta Syifa Ramadhan (10 A)
  2. Brian Ramadhan Filbert Krista (10 A)
  3. Faris Hamid Thufail (10 C)
  4. Dwi Fadlan Asona (10 D)
  5. Fathan Abida Muhammad (10 E)
  6. Dimas Pandu Pratama (11 Sosial 2)
  7. Fachri Cahya Roseno (11 Sosial 2)
  8. Wiwit Ramadhan (11 Sosial 2)
  9. Muhammad Rafan Setya Pratama (11 Sosial 2)
  10. Muhammad Faizi Hibban (11 Sains 1)
  11. Muhammad Attha Alvatar Putra Utama (11 Sains 2)
  12. Gustaf Wahyu Saputra (11 Sains 2)
  13. Muhammad Gustav Dhafa (11 Sains 2)
  14. Ibnu Rasya Ramadhan (11 Sains 3)
  15. Muhammad Fadli Al Faruq (11 Sains 3)
  16. Muhammad Amir Latif (11 Sains 3)
  17. Bukhari Fadhlurrohman (11 Sains 4)
  18. Faris Athar Kaysa (11 Sains 4)
  19. Hendy Al Maulana (11 Sains 4)
  20. Muhammad Pugar Wicaksono (11 Sains 4)

Keduapuluh santri-santri hebat ini telah sukses dalam mengibarkan Sang saka Merah Putih. Kerutinan dan kegigihan mereka dalam melakukan latihan dari awal seleksi sampai pada Hari Upacara, dengan kerja keras dan disiplin tinggi akhirnya  membuahkan hasil yang memuaskan.

Selain itu turut andil juga bapak-bapak TNI dari Koramil yang melatih dan membina anggota Paskib sehingga bisa sukses menjalankan tugas yang diberikan. Dengan sabarnya mereka melatih dari Tahap Dasar, Gerakan, Mental, Kekuatan Fisiki, Formasi dan Lainnya. Dengan kemampuan dan pengalaman yang mereka punya, mereka dengan tidak ragunya membina sampai suksesnya pengibaran dan penurunan Sang Saka Merah Putih.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada antum yang sudah menjalankan tugas dengan baik, dan perjuangan antum bukan hanya sampai disini saja, masih panjang perjalanan yang harus antum tempuh. Ingtlah bagaimana susahnya para pahlawan kita yang berjuang untuk memerdekaan negara kita, sekarang tugas antum adalah melanjutkan tongkat estafet dengan mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi, ucap ustadz Marwadin selaku kordinator paskibra MBS.

Pemerintah Kapanewon Prambanan juga memberikan pelayanan dan persiapan baik konsumsi, perlengkapan kepada PASKIBRAKA untuk membantu proses suksesnya tugas yang akan diberikan ketika melaksanakan Apel HUT RI Ke 79.(ElMoedarries)

Rasa bahagia begitu dirasakan Ibu Fitnarita Lanin orang tua salah satu Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) HUT RI ke-79 di Kabupaten Sleman.

Ibu Fitnarita tidak mampu membendung air matanya. Ia segera mendekap Bakas Dwi Dafitra sesaat menunaikan tugas mengibarkan bendera di lapangan Denggung, Kompleks Pemda Sleman, Sabtu (17/8).

Bakas merupakan siswa kelas XI SMA MBS. Dalam pasukan, Bakas bertindak sebagai tim 17.

Kepada tim, Ibu Fitnarita bercerita bahwa perjuangannya hingga sampai ke lapangan Denggung, Sleman cukup berat. Demi menyaksikan sang buah hati  tampil menjadi pasukan paskibra, ia rela terbang dari Lampung ke Yogyakarta.

“Betapa tidak haru, saya dari Lampung ke sini, tapi Alhamdulillah pengibarannya sukses,” katanya.

Di balik terpilihnya Bakas sebagai salah satu Paskibra, Ibu Fitnarita mengaku bangga anaknya bisa terpilih sebagai salah satu pasukan dari ribuan pelajar lainnya.

“Bahagia sekali rasanya anak kami bisa menjadi salah satu pasukan pengibar bendera,” tuturnya.

Ibu Fitnarita, seorang aktivis dan kader Aisyiyah Bakauheni, Lampung tersebut mengungkapkan, menjadi Paskibra merupakan salah satu upaya anaknya untuk mengabdi kepada negara. Ia menyebut, Bakas bercita-cita masuk di Akademi Kepolisian (Akpol).

“Bakas bercita-cita masuk Akpol. Semoga cita-cita ini terwujud, kami akan selalu mendukung,” katanya.

Diketahui, prosesi pengibaran bendera di lapangan Denggung, Sleman berlangsung sukses dan khidmat.(ElMoedarries)

Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia di Kabupaten Sleman telah usai. Upacara sakral tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Usai berhasil mengibarkan sang merah putih tepat pukul 08.30, para anggota Paskibraka diselimuti rasa haru dan bangga, setelah berhasil mengibarkan sang Merah Putih di lapangan Denggung komplek Pemda Sleman, Sabtu (17/8/2024).

Termasuk salah satunya adalah M. Bakas Dwi Dafitra, santri MBS kelas XI yang ditunjuk menjadi salah satu pasukan pengibar bendera, mengungkapkan rasa haru dan bangganya, hingga meneteskan air mata dan kesulitan untuk merangkai kata-kata.

“Saya sangat bangga, ini merupakan kesempatan berharga untuk saya dapat berkontribusi dalam perayaan HUT RI, ini merupakan titik puncak bagi saya,” ujar Bakas dengan haru.

Putra asli Lampung tersebut juga menyampaikan terima kasih kepada pelatih, purna paskibraka, dan rekan-rekan paskibraka yang telah sama-sama berjuang dalam mensukseskan kegiatan tersebut.

“Dengan kerja sama yang baik, akhirnya kami dapat melaksanakan tugas ini dengan sukses. Saya bangga dengan diri saya,” ucapnya.

Disampaikan Bakas, meskipun terdapat beberapa kekurangan saat latihan, namun hari ini mereka berhasil memberikan persembahan terbaik dalam upacara sakral tersebut.

Dan semoga, ujar Bakas, di HUT RI ke – 79 ini, Kabupaten Sleman semakin unggul serta berprestasi. Bakas juga menyampaikan harapannya, agar Indonesia semakin maju dan jaya ditahun-tahun yang akan datang.(ElMoedarries)

 

 

 

 

Santri kelas 12 PPM MBS Yogyakarta menggelar tirakatan dalam rangka menumbuhkan semangat kemerdekaan dengan mengadakan kegiatan membaca Al-Qur’an bersama di Masjid At-Tanwir malam 17 Agustus. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79, di mana para santri dengan penuh kekhusyukan melantunkan ayat-ayat suci sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia.

Acara dimulai setelah shalat Isya, diawali dengan sambutan dari pembina yang mengingatkan pentingnya mengenang perjuangan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an pun mengalun merdu di dalam masjid, menambah kekhidmatan suasana malam yang penuh makna ini. Para santri mengikuti kegiatan ini dengan semangat, menyadari bahwa membaca Al-Qur’an tidak hanya sebagai ibadah, tetapi juga sebagai refleksi diri untuk menjadi generasi yang berakhlak mulia dan cinta tanah air.

Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini, menekankan pentingnya momentum seperti ini untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang berakar pada spiritualitas. “Membaca Al-Qur’an bersama dalam suasana tirakatan bukan hanya untuk memperkuat iman, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa kemerdekaan ini adalah berkah yang harus disyukuri dan dijaga. Kita sebagai generasi penerus harus selalu ingat bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga dengan doa dan tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai keislaman,” tuturnya. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini dapat mempererat solidaritas di antara para santri, mengajarkan pentingnya saling mendukung satu sama lain dalam perjalanan menuntut ilmu dan beribadah, sehingga mereka dapat tetap istiqomah hingga lulus dan seterusnya.

Senada dengan itu, pembina kegiatan, mengungkapkan bahwa tirakatan ini diharapkan dapat menjadi tradisi yang melekat di hati para santri, sebagai sarana untuk menghayati nilai-nilai kemerdekaan dalam perspektif spiritual. “Tirakatan ini mengajarkan kepada para santri bahwa kemerdekaan adalah anugerah yang harus disyukuri melalui penguatan iman dan takwa. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momen refleksi bagi kita semua, untuk terus memperjuangkan kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari dengan berpegang teguh pada ajaran agama. Semangat kebersamaan dan solidaritas yang terjalin di antara santri dalam kegiatan ini diharapkan dapat menjadi modal berharga bagi mereka untuk tetap istiqomah, baik dalam belajar maupun dalam kehidupan setelah lulus nanti,” ujarnya. Dengan kegiatan ini, diharapkan para santri dapat tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam spiritualitas, solidaritas, dan cinta tanah air.

Kegiatan tirakatan ini kemudian dilanjutkan dengan doa bersama, memohon agar bangsa Indonesia senantiasa diberikan kedamaian, persatuan, dan kesejahteraan. Suasana yang penuh kehangatan dan kekeluargaan tampak jelas saat para santri bersama-sama berdoa dan merenung, menghayati makna kemerdekaan yang sesungguhnya.

Acara ini diakhiri dengan pesan-pesan moral dari para ustadz yang mengingatkan para santri untuk terus menjaga semangat kemerdekaan, tidak hanya dalam bentuk peringatan, tetapi juga dalam tindakan nyata sehari-hari. Dengan demikian, kegiatan tirakatan ini bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat iman, ilmu, dan semangat kebangsaan terutama di kalangan santri baik dalam kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat kelak.(IPMpa)

PPM MBS Yogyakarta menggelar peringatan hari kemerdekaan RI yang ke-79. MBS Yogyakarta menggelar peringatan upacara di beberapa tempat berbeda seperti ; Kompleks putera, kompleks puteri, Program Khusus AR Fachruddin. Sementara itu santri SMP PPM MBS Yogyakarta turut mewakili MBS dalam upacara HUT RI se-kecamatan Prambanan, di Lapangan Siwa Prambanan.

Sudah sejak pukul 07.00 Wib, upacara dimulai. Para santri putera sudah siap mengikuti upacara bendera. Ada yang menarik saat melihat kostum santri pada upacara kali ini. Santri memakai kostum cukup variative. Ada yang memakai kostum seragam MBS, ada yang memakai kostum ala santri berpakaian muslim berjubah dan memakai surban. Ada juga yang memakai baju adat. Selain menyimbolkan tentang perjuangan para santri, kostum ini juga mencerminkan Indonesia yang beraneka ragam adat dan budayanya.

 

Hadir sebagai Inspektur Upacara Bapak M. Mustofa dari Koramil Prambanan. Dalam upacara kali ini juga dihadiri segenap pimpinan PPM MBS Yogyakarta; Ustaz Fakih Udin, Lc, Ustaz Didik Riyanta, S.Sos.I, serta Ustaz Fauzan Yakhsya,S. Hum dan jajaran guru PPM MBS Yogyakarta.

Dalam amanatnya, Inspektur Upacara mengingatkan bahwa kemerdekaan yang kita raih saat ini tidak terlepas dari perjuangan para pahlawan bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Usai upacara, para santri menampilkan pertunjukan atraktif dari beberap perwakilan santri.

Sementara itu, di kompleks putri hadir sebagai pembina upacara Condro Sasmito dari Polsek Prambanan. Di kompleks putri para santri juga menampilkan pertunjukan angklung dan aneka pertunjukan lain usai upacara bendera [A.Y]

 

Pria dengan balutan pakaian dinas militer itu tampak gagah. Badannya tinggi dan kekar. Gayanya santai sembari menggandeng tangan ibunya. Pandangannya tajam, penuh optimisme. Sebuah foto yang mengundang kagum.

Dia adalah Faisal Ihkam Zaki. Alumni Ponpes Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta Angkatan ke-7. Saat ini dirinya telah menyelesaikan pendidikan Bintara di Rindam II Sriwijaya.

Putra asli Tulang Bawang Barat, kelahiran Metro, 31 januari 2001 itu menjadi satu dari 408 siswa Bintara TNI. Selama pendidikan, ia ditempa dan dididik menjadi prajurit TNI yang berani dan tangguh.

Kini, Faisal Ihkam Zaki, putra pertama pasangan Bapak Slamet, S. Pd dan Ibu Ayunda Wulansari telah berhasil menggapai citanya dengan sukses menjadi Prajurit TNI berpangkat Sersan Dua (Serda) di Batalyon Infanteri 144 Jaya Yudha, Sumatera Selatan.

Dengan menyandang jabatan Danru Radio Tonkom Yonif 144 Jaya Yudha, dirinya mendapat kepercayaan untuk mengemban misi mulia dengan bertugas di daerah konflik Pegunungan Bintang, basis OPM terbesar di Papua.

Faisal mengakui menjadi seorang pasukan yang ditugaskan di daerah konflik menjadi kebanggan tersendiri baginya. Pria yang tergabung di corp Perhubungan/Elektronika dan Cyber tersebut baru dapat mengaplikasikan kemampuannya saat bertugas di daerah konflik.

Keberhasilan santri itu menjadi abdi negara tidak terlepas dari jasa dan gemblengan di MBS. Faisal dan santri lainnya sudah dididik dengan kedisiplinan tinggi sejak mondok.

“Selama mondok, kami selalu dididik dengan disiplin. Tidak hanya disiplin waktu, tapi juga disiplin ilmu atau akademik serta yang paling penting katanya disiplin ibadah,” ungkap Faisal.

Dari didikan itu, mantan qismu nadhofah (bagian kebersihan) IPM Putra MBS itu bahkan mengaku tidak terlalu terkendala ketika mengikuti tes masuk TNI. Apalagi, ia juga santri yang aktif dalam berbagai kegiatan olahraga selama di MBS.

Bekal yang dibawa Faisal dari MBS juga sangat berguna ketika pendidikan. Latihan dan didikan yang berat terasa sedikit ringan. Hal itu buah dari didikan disiplin nyantri di MBS.

“Di MBS kan pernah merasa beratnya proses pendidikan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, semuanya diatur dan serba disiplin. Dari tempaan itu saya merasa proses pendidikan ini agak lebih ringan jika dibandingkan dengan teman-teman yang tidak berasal dari Pondok Pesantren,” kisahnya.

Pendidikan di Ponpes MBS memang meninggalkan bekas bagi prajurit yang punya motto “man jadda wajada” itu. Selama menempuh pendidikan, Ia dibentuk menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, kuat dan disiplin.

Nyaris sama dengan santri lainnya ketika mondok, awalnya Faisal mengaku juga cukup berat. Waktu itu ia merasa terkungkung dalam lingkungan pondok dengan seabreak rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan.

“Awal-awalnya memang berat menjadi santri, namun lama kelamaan terasa manfaatnya. Apalagi motivasi-motivasi dari asatidz luar biasa. Dari terpaksa, kemudian terbiasa dan akhirnya bisa,” tutur pria 24 tahun yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya tersebut penuh semangat.

“Terimakasih MBS, tanpa didikan MBS maka saya tidak akan menjadi pribadi yang seperti ini. Semoga Ponpes MBS kian maju dan menjadi harapan untuk pendidikan bagi generasi muda,” ujarnya.

Semasa mondok, Faisal dikenal sebagai santri yang biasa saja. Ia tak terlalu menonjol, namun semua kegiatan dan agenda selalu diikuti. Tapi, ia sosok yang amat senang dengan dunia otomotif. Bongkar pasang mesin motor kerap ia lakukan ketika menghabiskan waktu liburannya di rumah.

Setidaknya, kerja keras dan jalan hidup Faisal mematahkan paradigma banyak orang. Alumni pondok pesantren bisa berkiprah di mana saja, termasuk mengabdi di dunia militer dan di bidang lainnya.(ElMoedarries)