Anak yang sholeh dan sholehah merupakan dambaan dan cita-cita setiap orang tua, tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang durhaka. Itulah keinginan mendasar pada orang tua. Demi mencapai tujuan tersebut orang tua melakukan berbagai macam upaya, ada yang mempersiapkan sebelum menikah dalam hal memilih pendamping hidup. Dalam pendidikan anak para orang tua juga sangat selektif memilih bentuk pola asuh dirumah dan juga dalam memilih lembaga pendidikan anaknya. Sekolah-sekolah yang berbasis Islam atau Pondok Pesantren menjadi salah satu alternatif pilihan  orang tua. Di sekolah yang berbasis Islam ini anak akan memperoleh ilmu umum dan agama yang seimbang. Lembaga pendidikan (sekolah) ini merupakan salah satu pilar pendidikan setelah keluarga dan masyarakat. Sehingga dalam membangun karakter (character building) tidak bisa dibebankan oleh salah satu pilar tersebut, misalnya orang tua memasrahkan sepenuhnya anak di sekolah dalam hal pendidikan  anak. Ada pepatah kita mengatakan Guru kencing berdiri murid kencing berlari.  “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” begitulah perumpamaan bahasa kita. Begitu pula dengan anak. Anak yang shalih lahir dari orang tua yang shalih. Tentunya kita sepakat bahwa buah yang bagus dan unggul tidaklah dihasilkan kecuali dari pohon yang bagus pula. Sehingga keshalihan orang tua dan guru berpengaruh kepada akhlaq anak.

Ada salah satu kisah pada zaman dahulu bagaimana ke_shalih_an orang tua berpengaruh kepada anaknya. Kisah Pengembara Idris yang sudah mengembara melawati gunung dan gurun pasir sehingga suatu ketika menyusuri sungai karena cuaca sangat panas Idris pun kemudian berhenti dipinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya. “Alhamdulillah…terima kasih ya Allah, engkau memberikan keselamatan kepadaku dengan air sungai ini”.  Tiba-tiba Idris melihat sesuatu yang mengapung menuju kearahnya. Tanpa berfikir panjang Idris pun mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah apel. “ini mungkin rizki untukku”. Idris kemudian memakannya. Tetapi disaat apel itu hampir habis dimakan Idris teringat sesuatu. “Astaghfirullah, kalau ada buah apel terjatuh, berarti disekitar sini ada sebuah kebun apel. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini.” Setelah menyusuri sungai tersebut akhirnya ketemu dengan kebun apel lalu Idris mencari pemiliknya. Dan bertemulah dengan seorang kakek pemilik kebun tersebut. Singkat cerita Idris mendapat hukuman dari pemilik kebun tersebut dengan membersihkan kebun apel selama 1 bulan. Setelah selesai membersihkan kebun, Idris bertanya kepada pemilik kebun apakah sudah selesai hukumannya atau masih ada hukuman lain untuk meminta halal apel yang sudah dimakannya. Ternyata masih ada hukuman yang harus dijalani Idris dan hukumannya sangat mengejutkan, yaitu diminta menikahi anak perempuan pemilik kebun yang buta, tuli, bisu dan lumpuh bernama Rokayah. Bergejolak dalam hati Idris, akan tetapi demi menghalalkan buah apel yang dimakannya Idris menerima hukuman tersebut. Setelah ijab qobul dilaksanakan terkejutlah Idris karena istrinya sangat cantik dan tidak seperti apa yang disampaikan ayah mertuanya dulu, yang katanya buta, tuli, bisu dan lumpuh ternyata yang dimaksud Ayah mertuanya adalah dia buta, karena dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, karena telinganya tidak pernah digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia bisu, karena dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara kotor. Dan dia lumpuh, karena dia tidak pernah berjalan ketempat-tempat maksiat. Dari pernikahan tersebut lahirlah anak laki-laki yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Muththalibi al-Qurasyi atau lebih dikenal dengan Imam asy-Syafi’i. Seorang ulama besar yang pada saat usia 15 tahun sudah menjadi mufti sudah dipercaya Muslim bin Khalid Az Zanji mufti Makkah untuk memberikan fatwa. Dia mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu dia banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan dia pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, dia menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga dia menulis kitab Jima’ul Ilmi.

Dia mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:

  1. Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.
  2. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani
  3. Ishaq bin Rahawaih,
  4. Harmalah bin Yahya
  5. Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
  6. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.

Betapa banyak ulama yang lahir pada masa itu. Maka mari kita ambil satu contoh dari ribuan contoh ulama yang ada pada zaman dahulu. Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah salah satu murid Imam asy Syafi’i. Imam Ahmad bin Hanbal, Teladan dalam Semangat dan Kesabaran
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata : “Ahmad bin Hanbal adalah seorang tauladan dalam 8 hal:

  1. Tauladan dalam bidang hadits,
    2. Fiqih,
    3. Bahasa arab,
    4. Al-Qur’an,
    5. Kefakiran,
    6. Zuhud,
    7. Wara’ dan
    8. Berpegang teguh dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam.

Majelis yang diadakan oleh beliau dihadiri oleh sekitar 5000 orang. Yang mencatat pelajaran yang beliau sampaikan jumlahnya adalah kurang dari 500 orang. Sementara sisanya sekitar 4500 orang tidak mencatat pelajaran yang beliau sampaikan namun sekedar memperhatikan akhlak dan baiknya penampilan dalam perkara agama beliau. (Min Adabi Tholibil Ilmi hal. 63)

Diantara ketawadhu’ beliau adalah apa yang dikatakan oleh Yahya bin Ma’in Rahimahullah: “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad. Kami bersahabat dengannya selama 50 tahun. Dan belum pernah kulihat ia membanggakan dirinya atas kami dengan sesuatu yang memang hal itu ada pada dirinya.”

Beliau juga sangat benci apabila namanya disebut-sebut (dipuji) di tengah-tengah manusia, sehingga beliau pernah berkata kepada seseorang: “Jadilah engkau orang yang tidak dikenal, karena sungguh aku benar-benar telah diuji dengan kemasyhuran.”
Beliau menolak untuk dicatat fatwa dan pendapatnya. Berkata seseorang kepada beliau: “Aku ingin menulis permasalahan-permasalahan ini, karena aku takut lupa.” Berkata beliau: “Sesungguhnya aku tidak suka, engkau mencatat pendapatku.”

Beliau adalah seorang yang sangat kuat ibadahnya. Putra beliau yang bernama Abdullah menceritakan tentang kebiasaan ayahnya: “Ayahku setiap hari membaca sepertujuh Al-Quran, dan selalu khatam pada setiap pekan. Setiap khatam Al-Quran selalu jatuh pada malam ke tujuh. Beliau pun senantiasa shalat isya dilanjutkan dengan qiyamullail, kemudian tidur sebentar dan qiyamullail lagi sehingga tiba waktu subuh. Lalu, shalat subuh dan melanjutkan membaca doa-doa. Pada setiap harinya, beliau mengerjakan shalat sebanyak 300 rakaat. Namun, semenjak beliau mendapat hukuman cambuk yang membuat fisik beliau lemah, beliau hanya mampu mengerjakan shalat sebanyak 150 rakaat.” (As-Siyar: 11/212)

Abdullah mengatakan: “Terkadang aku mendengar ayah pada waktu sahur mendoakan kebaikan untuk beberapa orang dengan menyebut namanya. Ayah adalah orang yang banyak berdoa dan meringankan doanya. Jika ayah shalat Isya, maka ayah membaguskan shalatnya kemudian berwitir lalu tidur sebentar kemudian bangun dan shalat lagi. Bila ayah puasa, beliau suka untuk menjaganya kemudian berbuka sampai waktu yang ditentukan oleh Allah. Ayah tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis dan puasa ayyamul bidh (puasa tiga hari, tanggal 13, 14, 15 dalam bulan Hijriyah).

Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ayah membaca Al-Qur’an setiap harinya 1/7 Al-Qur’an. Beliau tidur setelah Isya dengan tidur yang ringan kemudian bangun dan menghidupkan malamnya dengan berdo’a dan shalat.

Murid-murid Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah :
1.    Muhammad bin Ismail al-bukhari Rahimahullah
2.    Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi Rahimahullah.
3.    Abu Daud as-Sijistani Rahimahullah.
4.    al-Hassan bin ash-Shabbah Rahimahullah.
5.    Muhammad bin Ishaq Rahimahullah.
6.    Muhammad bin Ubaidah al-Munada Rahimahullah.
7.    Abu Hati ar-Rozi Rahimahullah.
8.    Abu Zur’ah Ar-Razi Rahimahullah.
9.    Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I Rahimahullah.
10.    Waki’ bin Jarrah ad-Dimasyqi Rahimahullah.
11.    Ibrahim al-Harb Rahimahullah.
12.    dan lain-lain.

(diringkas dari kitab min A’laamis Salaf karya Syaikh Ahmad Farid Hafihahullah)

 

Ambilah contoh yang teragung dari orang yang paling mulia suri tauladan manusia Nabi Muhammad ﷺ beliau adalah sebaik-baiknya guru peradaban dunia. Bagaimana tidak karena di madrasah kenabian dan di meja kerasulanlah lahir generasi terbaik ummat. Allah Mengabadikan keunggulan generasi tersebut dalam al-Qur’an dalam QS. Ali Imran : 110

öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù’s? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ

“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (sahabat). Kemudian orang-orang yang setelah mereka (tabi’in) lalu orang-orang yang setelah mereka.(tabi’ut tabi’in),” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)

Siapa yang tidak kenal dengan sosok sahabat nabi Abu Bakr ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu yang terkenal dengan kedermawanannya, Umar bin al-Khoththob dengan keberaniannya, Utsman bin Affan dengan rasa malu dan Ali bin Abi Thalib dengan kecerdasanya. Lihat pula pada sosok Istri Nabi; Aisyah binti Abi Bakr, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy dan istri Nabi lainnya para sahabat wanita mulia Rasulullah Asma binti Abi Bakar dan para sahabat lainnya yang mencerminkan bagaimana Rasulullah mampu memaksimalkan potensi yang ada pada diri sahabat yang berbeda-beda.

Semua sepakat bahwa Nabi Muhammadﷺ adalah manusia yang paling dekat dengan Allah ﷻ, manusia yang paling mencitai Allah ﷻ, dan manusia pilihan Allah ﷻ. Mari kita lihat bagaimana bentuk kedekatan tersebut dengan diaplikasikan rasa syukur Nabi pada Rabb-nya dengan ibadah shalat sampai kakinya bengkak dan pecah-pecah, disamping itu pula Nabi Muhammad ﷺ pada malam hari beribadah dan siang harinya berdakwah, shodaqoh, perang dan lain-lain. Lihat pula bagaimana dzikir rasulullah dalam sehari semalam 70 kali

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307) Maka kita akan dapati bahwa apa yang ada dalam al-Qur’an dari perintah dan larangan sesungguhnya hal itu ada pada Rasulullah karena Nabi ibarat al-Qur’an yang berjalan. Jadi tidak diragukan lagi bahwa pengaruh keshalihan beliau sangat berdampak pada para sahabat ridwanullah ajma’in.

Dari kisah tersebut dapat kita ketahui bahwa proses untuk mendapatkan sebuah generasi unggul (Sholih) berawal dari orang tua dan guru. Maka tak salah kalau kita katakan bahwa “murid yang shalih lahir dari guru yang shalih”.  Pada dasarnya setiap pribadi adalah guru yang mempunyai tugas mendidik generasi dimasa yang akan datang. Bagi yang berprofesi sebagai seorang pendidik (guru) tinggal memilih menjadi seorang guru yang biasa atau menjadi guru yang luar biasa yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap pendidikan yang tidak hanya sekedar formalitas menunaikan kewajiban sebagai guru akan tetapi menjadi guru yang mempunyai personal branded , Guru yang taat kepada Allah ﷻ dan Nabi Muhammad ﷺ sehingga dengan ke sholihan guru kelak akan terlahir generasi Rabbani, Cinta Allah dan Rasulnya yang mampu mengembalikan peradaban Islam. Allahumma Amiin.

Eko Priyo Agus Nugroho, S.Pd.I

SD Muhammadiyah “MBS” Prambanan, 17 Rajab 1438 H

14 April 2017 M

 

 

 

 

Pendidikan pesantren identik dengan kedisiplinan. Disiplin dalam belajar, disiplin dalam sholat jama’ah, disiplin dalam berbahasa dan disiplin dalam berbagai kegiatan pengajaran. Kedisplinan ini memerlukan aturan yang tegas. Aturan melahirkan hukuman atau iqob. Dan iqob sering menimbulkan tafsir yang berbeda beda. Karena hak menghukum ada di santri senior, yang diberi tanggung jawab untuk mengasuh santri junior. Model pengasuhan macam ini lantas diwariskan kepada junior mereka dari generasi ke generasi. Iqob berupa pemukulan ketika sidang yang dilakukan oleh santri yang lebih senior sering terjadi. Alih alih menjadikan organisasi santri sebagai ajang untuk melatih jiwa kepemimpinan, organisasis siswa ini malahan menjadi arena balas dendam. Pembenaran terhadap kekerasan yang dulu juga dilakukan oleh seniornya.

Metode pengasuhan seperti ini harus mulai disesuaikan dengan kondisi kekinian. Zaman terus berjalan, metode pembelajaran terus menerus berubah. Para ahli berusaha untuk mencari metode terbaik yang paling cocok guna mendukung kemajuan dunia pendidikan. Metode yang dulu dianggap bagus sekarang sudah tidak lagi.

Pesantren juga harus mulai berbenah. Pesantren harus mampu menciptakan sistem baru. Sistem pendidikan anak yang efektif yang bisa memberikan poses pembelajaran sekaligus bisa melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran. Sehingga santri merasa nyaman dalam beraktifitas. Suasana yang nyaman bagi santri untuk belajar perlu selalu dikondisikan. santri harus merasa aman dan tidak dibayangi oleh rasa takut terhadap hukuman. Baik hukuman fisik ataupun psikis. Kenyamanan ini diharap bisa meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu keluaran dari pesantren.

Sekolah harus menciptakan suasana yang konduksif agar anak merasa nyaman dan dapat mengekspresikan potensinya. Agar suasana konduksif tersebut tercipta, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama: (1) program sekolah yang sesuai; (2) lingkungan sekolah yang mendukung; dan (3) aspek sarana-prasarana yang memadai.

1. Program sekolah yang sesuai
Program sekolah seharusnya disesuaikan dengan dunia anak, artinya program disesuaikan dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.Anak tidak harus dipaksakan melakukan sesuatu tetapi dengan program tersebut anak secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya.Faktor penting yang perlu diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap kegaiatan yang diprogramkan.Partisipasi yang tumbuh karena sesuai dengan kebutuhan anak.

Oleh karena itu, apa pun aktivitasnya diharapkan tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, baik yang berkaitan dengan fisik, mental, maupun sosialnya. Biasanya dengan aktivitas bermain misalnya, kualitas-kualitas tersebut dapat difungsikan secara serempak. Di sisi lain, nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki anak juga dapat terbina sebagai dampak partisipasi aktif anak.

Kekuatan sekolah terutama pada kualitas guru, tanpa mengabaikan faktor lain. Guru memiliki peran penting dalam menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu.Guru harus memiliki minimal tiga potensi, yaitu: (1)memiliki rasa kecintaan kepada anak (Having sense of love to the children); (2) memahami dunia anak (Having sense of love to the children); dan (3) mampu mendekati anak dengan tepat (baca: metode) (Having appropriate approach).

2. Lingkungan sekolah yang mendukung
Suasana lingkungan sekolah seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk belajar tentang kehidupan.Apalagi sekolah yang memprogramkan kegiatannya sampai sore. Suasana aktivitas anak yang ada di masyarakat juga diprogramkan di sekolah sehingga anak tetap mendapatkan pengalaman-pengalaman yang seharusnya ia dapatkan di masyarakat. Bagi anak lingkungan dan suasana yang memungkinkan untuk bermain sangatlah penting karena bermain bagi anak merupakan bagian dari hidupnya. Bahkan UNESCO menyatakan “Right to play” (hak bermain).

Bermain dalah salah satu proses pembelajaran.

Pada dasarnya, bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari masyarakat.Artinya, nilai-nilai yang ada di masyarakat juga ada di dalam permainan atau aktivitas bermain.

Jika suasana ini dapat tercipta di sekolah, maka suasana di lingkungan sekolah sangat kondusif untuk menumbuh-kembangkan potensi anak karena anak dapat mengekspresikan dirinya secara leluasa sesuai dengan dunianya.
Di samping itu, penciptaan lingkungan yang bersih, akses air minum yang sehat, bebas dari sarang kuman, dan gizi yang memadai merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

3. Sarana-prasarana yang memadai
Sarana-prasarana utama yang dibutuhkan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran anak. Sarana-prasarana tidak harus mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan anak.

Adanya zona aman dan selamat ke sekolah, adanya kawasan bebas reklame rokok, pendidikan inklusif juga merupakan faktor yang diperhatikan sekolah. Sekolah juga perlu melakukan penataan lingkungan sekolah dan kelas yang menarik, memikat, mengesankan, dan pola pengasuhan dan pendekatan individual sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.

Sekolah juga menjamin hak partisipasi anak. Adanya forum anak, ketersediaan pusat-pusat informasi layak anak, ketersediaan fasilitas kreatif dan rekreatif pada anak, ketersediaan kotak saran kelas dan sekolah, ketersediaan papan pengumuman, ketersediaan majalah atau koran anak. Sekolah hendaknya memungkinkan anak untuk melakukan sesuatu yang meliputi hak untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya terhadap situasi yang memiliki dampak pada anak.

Karena sekolah merupakan tempat pendidikan anak tanpa kecuali (pendidikan untuk semua) maka akses bagi semua anak juga harus disediakan.

Sosok modernis begitu melekat pada Kyai muda ini. Figur yang berani mendobrak kebuntuan dalam metode pembelajaran berhasil mengangkat derajat santri yang terkesan kuno dan kolot. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan tulisan, beliau lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi dari pada filosuf yang banyak melahirkan gagasan-gagasan tetapi sedikit amal, sekalipun demikian tidak berarti beliau tidak memiliki pemikiran. Sebagai wujud kongkrit yang dicetuskan beliau yaitu Muhammadiyah yang sampai sekarang masih eksis.

Adapun metode yang ditawarkan KH. Ahmad Dahlan merupakan sintesis antara metode pendidikan Belanda dengan metode pendidikan tradisional. Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan manifestasi pemikiran beliau dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Istilah pendidikan disini dipergunaksn dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada generasi muda, dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tabligh dan sejenisnya.

Adapun tujuan pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan yaitu membentuk manusia yang:

  1. Alim dalam ilmu agama.
  2. Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum;
  3. Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah dalam menyantuni nilai-nilai keagamaan pada masyarakat.

Rumusan tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan pesantren yang hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang salih dan mendalami ilmu agama. Di dalam system pendidikan pesantren tidak diajarkan sama sekali pelajaran dan pengetahuan umum serta menggunakan tulisan latin. Semua kitab dan tulisan yang diajarkan menggunakan bahasa dan tulisan Arab. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan “sekuler” yang di dalamnya tidak diajarkan ilmu agama sama sekali. Pelajaran di sekolah ini menggunakan huruf latin. Akibat dualisme pendidikan tersebut dilahirkan dua kutub inteligensia; lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan lulusan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.

Melihat ketimpangan itu KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual serta dunia dan akhirat. Bagi beliau keduanya tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat

-Imam Syafi’i-

Sebuah ugkapan kata hati yang muncul dari seorang alim. Memberikan pencerahan kepada hati yang gelisah, sebagai obat bagi qolbu yang sakit, menjadi bengkel untuk jiwa yang rusak. Ilmu ibarat sang surya yang menyinari alam semesta.Ibarat bulan yang memberikan cahaya dalam gelapnya malam.

Itulah hakikat ilmu yang selama ini kita cari. Tak sedikit dari kita rela meninggalkan kampung halaman.Bahkan kita harus turun gunung untuk mengejar cahaya tersebut. Suatu keharusan bagi kita untuk melangkahkan kaki meniti jalan Ilahi.Bagaikan untaian kata hikmah: “tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina”.Bukan berarti kita harus ke Cina, negeri yang syarat dengan kemajuannya, tetapi pesan yang tersirat dalam hikmah ini adalah pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia.Ia akan selalu dikejar walaupun berada di tempat yang jauh.

Bercermin dara para ulama dahulu, mereka harus berkelana ke berbagai negara untuk memperdalam ilmu.Bagaimana gigihnya perjalanan imam Bukhari, sejak umur enam belas tahun, beliau merantau ke berbagai negara, yaitu di antaranya Khurasan, Bashrah, dan Kuffah, padahal beliau tinggal di Bukhara (Asia Tengah, di belahan timur Turkistan).

Langkah demi langkah yang ditempuh penuntut ilmu merupakan sebuah usaha untuk menjadi insan yang lebih mulia. Bukan hanya mulia di dunia, tetapi terlebih kemuliaan di akhirat kelak. Apakah kita bisa seperti imam Bukhari yang sanggup berkelana untuk menuntut ilmu? Apakah Allah memberi kesempatan kepada kita seperti memberi kesempatan kepada imam Bukhari?.

Allah ‘azza wa jallamemberikan kesempatan yang sama.Yang membedakan adalah kemauan kita. Jauh sebelum imam Bukhari, para sahabat Nabi yang pernah merasakan masa-masa jahiliyah.Mereka dengan ghiroh dan hamasah yang sangat tinggi mendatangi Nabi untuk meminta hikmah. Mereka yakin bahwa ilmu yang dibawa Muhammad akan mampu menerangi kehidupan mereka. Cahaya yang mampu menerangi alam semesta.

Rumah sahabat Abu Abdillah Al Arqam bin Abi Al Arqam (Darul Arqam) yang menjadi saksi bagaimana antusias para sahabat dalam belajar. Darul Arqam menjadi tempat yang sangat mulia, di mana Rasulullah shallahu alaihi wasallam mentarbiyah para sahabatnya. Setiap malam satu demi satu para sahabat keluar masuk rumah tersebut agar mendapatkan pelajaran dari Rasulullah. Inilah madrasah pertama dalam Islam dan sekaligus menjadi sejarah yang tak pernah terlupakan. Para Sahabat meyakini bahwa cahaya yang diwahyukan kepada Rasulullah akan menuntun mereka untuk berhijrah dari kegelapan kepada cahaya yang selalu bersinar.

Itulah yang dijadikan dasar niat kita dalam menuntut ilmu, karena ilmu adalah cahaya Allah.Maka kita harus selalu memohon agar cahaya itu menaungi dan menerangi kita. Kalau kita sudah berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan cahaya Allah terebut.Tetapi kita sulit untuk mendapatkannya,maka kita harus bersabar dan terus berusaha, sembari mengevaluasi diri kita. Apakah ada yang salah dalam diri kita?. Imam Syafi’i berkata dalam sebuah syairnya:

Aku pernah mengadukan kepada Waki’

Tentang jeleknya hafalanku

Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat

Beliau memberitahuan padaku bahwa ilmu adalah cahaya

Dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan  pada ahli maksiat

Mengapa sang Imam mengadu kepada gurunya Waki’ tentang buruknya hafalan beliau. Apakah kekuatan hafalan beliau lemah? Jawabannya tidak. Beliau mempunyai hafalan yang sungguh luar biasa.Beliau mampu menghafal Al Qur’an ketika berumur tujuh tahun.Hafal kitab Al Muwatho’ karya imam Malik ketika berumur sepuluh tahun, dan pada saat lima belas tahun beliau sudah menjadi mufti.

Tidak diragukan lagi kekuatan hafalan beliau. Akhirnya imam  Syafi’i merenung, dosa apa yang ia perbuat. Maka beliau teringat bahwa pernah suatu saat tanpa sengaja melihat mata kaki seorang wanita, lantas setelah itu beliau memalingkan wajahnya. Maka keluarlah syair di atas.

Kita bersyukur, Allah SWT melahirkan kita dalam keadaan mukmin.Atau paling tidak kita sudah mendapat kebebasan dalam meyakini sebuah agama.Walaupun tetap yang harus kita imani hanya Islam agama yang paling benar. Tetapi Bilal bin Rabbah harus siap dihukum dan disiksa oleh majikannya lantaran keyakinan yang ia miliki. Tidak hanya dicambuk, Umayyah dan algojonya meletakkan batu besar yang panas di punggung Bilal.Tetapi apa yang dilakukan Bilal sang muadzin itu? Ia hanya mengucapkan “Ahad…Ahad…”.Ia mengaanggap bahwa siksaan itu masih amat ringan dibandingkan dengan kecintaan kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.Hingga pertolongan Allah pun tiba, Abu Bakar Ash Siddiq menebus Bilal dari Umayyah, walaupun harus dengan sembilan uqiyah emas.

Akhirnya semua perjuangan Bilal untuk mendapatkan cahaya itu tidak sia-sia. Allah memberi balasan seorang hamba sesuai apa yang ia perbuat. Dan itu terbukti pada saat Rasulullah melakukan Isro’ Mi’roj, beliau mendengar terompah Bilal telah berada di surga. Allaahu Akbar….!

Dengan bismillaahirrahmanirrohiimmari kita perbaiki kekurangan kita, jauhi segala maksiat, pemadam cahaya hati. Kita mencoba untuk meninggalkan virus yang menjangkiti diri ini. Banyak maksiat mendatangi kita,dan tanpa sadar kita enjoy dengan maksiat tersebut, atau bahkan menikmatinya, naudzubillah. Imam Syafi’i saja dengan tidak sengaja melihat aurat wanita dapat mempengaruhi hafalannya.Bagaimana dengan kita yang sering melakukanhalitu di sekitarkita.

Dosa kecil yang kita lakukan tidak pernah terasa.Mungkin bagaikan angin yang berlalu. Tetapi sesungguhnya ini menjadi titik awal hilangnya cahaya Allah dari diri kita.Apalagi kalau kita meremehkan dosa kecil tersebut, maka dosa tersebut akan menjadi besar di sisi Allah‘azza wajalla.

Seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia duduk di bawah sebuah gunung yang ditakutkan akan jatuh menimpanya. Sementara orang fajir/pendosa memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di atas hidungnya, ia cukup mengibaskan tangannya untuk mengusir lalat tersebut. (HR. Bukhari)

Sebagai orang tuakitasadarbahwamasa muda adalah masa yang identik dengan kesenangan, kebebasan dan foya-foya. Tetapi Islam memandang lain.Masa muda justru hendaknya digunakan untuk beribadah kepada Allah, danselalumendekatkandirikepada-Nya. Bukan berarti kita harus meninggalkan duniawi.Tetapi sebagai pemuda harus tahu koridor hukum yang ditentukan agama, agar umur kita selalu barokah.

Kehati-hatian dalam tindakan dan tuturkata harus senantiasa dibiasakan.Kalau memang harus berpikir seribu kali, maka berfikirlahsebanyakitu agar membuahkanhasil yang maksimal. Bukan berarti menjadi orang yang plin-plan.Tetapi agar tidak terjerumuskedalam dosa. Dalam tingkahlaku, Islam menekankan bagaimana kita memberikan kontribusi dan manfaat bagi setiap orang, karena sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi yang lain. Dalam tuturkata kita tidak boleh menyakiti orang lain, karena mulut kita adalah harimau kita.

Seorang muslim adalah apabila seorang muslim yang lain selamat dari lisannya dan tangannya.(HR. Bukhari)

Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata bahwa dampak dari maksiat dan dosa yang kita perbuat,akan menghalangi dari ilmu yang haq.Karena ilmu merupakan cahaya yang dilemparkan ke dalam hati, sementara maksiat akan memadamkan cahaya.

Marilah kita raih cahaya Allah.Tanamkan cahaya itu di sanubari kita.Terangi diri kita, keluarga, masyarakat dan bangsa ini dengan nur Ilahi tersebut. Gapai segala cita, raih semua mimpi, tapaki hidup dengan hati yang diridhoi Ilahi.Dekatkan diri dengan lantunan kitab suci, dan jadikanlah Al Qur’an sebagai pedoman diri di setiap langkah.Telusuri segala jejak langkah dan ikuti gerak-gerik Rasulullah.Senantiasa bershalawat kepadanya, raih cinta hakikinya.Dengan luruskan niat bahwa apa kita kerjakan, ilmu yang kita cari hanya untuk mendapatkan ridho Allah ‘azza wajalla sebagai penerang kegelapan.

Hai ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)  dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al Maaidah : 15-16)

Allahummaj’al fii qolbii nuuron wa fii lisaanii nuuron

waj’al fii sam’ii nuuron waj’al fii bashorii nuuron

waj’al min kholfii nuuron wa min amaamii nuuron

wa min fauqii nuuron wa min tahtii nuuron

Allahumma a’thinii nuuron / Ya Allah jadikanlah cahaya di dalam hatiku

dan di lidahku, jadikanlah cahaya dalam pendengaranku,

jadikanlah cahaya dalam penglihatanku,

jadikanlah cahaya dari belakangku, jadikanlah cahaya dari depanku,

jadikanlah cahaya dari atasku, jadikanlah cahaya dari bawahku.

Ya Allah berilah aku cahaya.Amien.