Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta kembali menyelenggarakan kegiatan ‘Amaliyatu Tadris (praktik mengajar) yang merupakan aktivitas tahunan untuk santri kelas akhir XII (dua belas) SMA sebagai syarat mutlak untuk menjadi alumni PPM MBS. Sabtu, 13/01/2024, bertempat di masijd Attanwir.

Kegiatan ‘Amaliyatu Tadris perdana yang diadakan di PPM MBS pada tahun 2024 bertujuan untuk menyempurnakan pemahaman dalam kegiatan ajar-mengajar, sehingga para santri dididik dan dibina agar mampu mengajar atau menjadi guru. Dalam proses pendidikan calon guru, PPM MBS tidak hanya mengajar teori pedagogik, akan tetapi disertai dengan praktik atau pengamalannya serta diikuti dengan evaluasi secara langsung.

Ketua panitia pelaksana kegiatan ‘amaliyatu tadris Ustadz Alvian Andri Ekayana, M. Ed menyampaikan tujuan kegiatan ‘amaliyatu tadris antara lain untuk mempersiapkan para santri dalam memahami kegiatan proses belajar mengajar, memberikan kesempatan untuk latihan mengajar dan mendapatkan ilmu pedagogik dan menunjang potensi dan keterampilan santri untuk menjadi seorang guru yang profesional. Para ustadz dan ustadzah akan memberikan penilaian dan evaluasi kepada masing-masing santri.

“Menjadi seorang pendidik yang baik, perlu persiapan yang matang. Tidak hanya materi tetapi juga fisik dan mentalnya. Sama dengan kegiatan ‘Amaliyatu Tadris yang diadakan untuk memberikan cara mengajar yang baik dan benar sebagai bekal pengabdian dimasa mendatang,” terang Ustadz Alvian.

Maka, lanjut ustadz Alvian, setiap santri kelas VI diwajibkan membuat persiapan bahan ajar (atau yang biasa disebut dengan RPP). Apa saja yang akan dilakukan dan disampaikan di depan kelas di hadapan murid-murid harus ditulis semuanya dengan sistematika penulisan yang sudah baku sesuai dengan buku panduan yang telah dibuat panitia”, pungkas ustadz Alvian.

Salah satu pembimbing ‘amaliyatu tadris ustadz Roid, Lc menuturkan persiapan kegiatan ‘amaliyatu tadris telah dimulai sejak bulan lalu. Para santri dibekali terlebih dahulu melalui workshop yang diadakan oleh panitia pelaksana. Dalam workshop tersebut, mereka dibimbing cara membuat perangkat pembelajaran yang baik dan benar, seperti membuat lesson plan, menentukan materi yang akan diajarkan, serta metode dan media yang akan digunakan dalam proses mengajar nantinya.

Dua delegasi terpilih dari Angkatan kelas XII, Muhammad Fathur Rasyid (XII IPS 2) dan Tamam Naufal Pasaribu (XII IPA 1). Keduanya mengikuti ‘Amaliyatu Tadris Perdana di masjid Attanwir beserta rekan-rekan angkatan seperjuangannya.

Muhammad Fathur Rasyid dengan mata pelajaran Nahwu (materi idhofah) berbahasa arab, sementara Tamam Naufal Pasaribu dengan bahasa inggris membawakan materi procedure text  (How to make mochi) yang disampaikan kepada kelas IX A. Diikuti seluruh anggota angkatan untuk mengamati teman mereka yang maju dalam kegiatan tersebut, bila ditemukan kesalahan, maka akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di akhir amaliyah.

Dalam pelaksanaan praktik ‘amaliyatu tadris para peserta didampingi juga oleh guru pembimbing supaya pelaksanaan sesuai dengan metode, dan praktik mengajar yang baik.

“Kekeliruan itu bisa berupa metode, substansi materi, atau kekeliruan dalam lisan, bahkan kekeliruan dalam sikap. Secara bergiliran mereka melakukan praktik mengajar ke depannya di hadapan santri sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan oleh panitia. Mereka diminta untuk tampil laksana seorang guru profesional yang mengajar di kelas-kelas dengan memegang satu mata pelajaran yang berbeda-beda sesuai minat dan pilihan mereka.

Salah satu delegasi ‘amaliyatu tadris perdana Tamam Naufal Pasaribu menyampaikan terima kasihnya kepada pihak pondok serta segenap asatidz atas kesempatan dan pengalaman yang sangat berharga dari diadakannya kegiatan ini.

“Dari sini kami belajar bahwa ada hal yang lebih penting selain mempersiapkan materi ajar yang baik yaitu metode penyampaian materi ajar. Materi ajar yang baik tidak akan mampu diserap oleh peserta didik tanpa metode yang baik pula,” ujar Tamam.

Yang menjadikan kegiatan ini semakin menantang adalah, pelajaran yang diajarkan merupakan pelajaran berbahasa Arab dan Inggris, sehingga pengajaranya pun menggunakan bahasa pengantar Arab dan Inggris. Namun, dengan persiapan yang matang dan bimbingan intensif dari asatidz yang lebih senior, para santri kelas akhir dapat melalui kegiatan ini dengan baik.

Begitulah cara Pondok Pesantren MBS mencetak generasi terbaik. ‘Amaliyah tadris adalah cara terbaik yang dirancang pesantren untuk memperbaiki sistem pengajaran yang dianggap belum memuaskan.(ElMoedarries)