Bagi sebagian orang, ular dan dan hewan berjenis reptil masih dianggap berbahaya. Alhasil, bila bertemu hewan-hewan itu, sebagian memilih membunuhnya karena takut. Padahal, faktanya tidak demikian. Banyak diantara hewan yang dianggap berbahaya itu bisa dipelihara.

Bahwa binatang reptil, seperti ular tak harus ditakuti dibuktikan langsung oleh para santriwati MBS yang tergabung dalam anggota Hizbul Wathan, saat komunitas pencinta satwa datang ke pondok pesantren, kamis (1/6). Pada kesempatan itu, komunitas Ulo Galak Jogja berbagi informasi dan pengetahuan seputar hewan reptil. Para santriwati pun tampak antusias saat diajak mengenal ular, iguana dan sejumlah reptile lainnya.

Kepada para santriwati, keeper hewan reptil komunitas Ulo Galak Jogja, Zaki mengatakan, tidak semua binatang reptil berbahaya. Menurutnya, ada hewan yang tidak berbisa, berbisa rendah, sedang, dan tinggi serta ada yang dapat dipelihara. Alih-alih takut, kata Zaki, seyogyanya para santriwati diminta memahami jenis-jenis hewan tersebut dan tahu bagaimana cara menanganinya.
“Masyarakat diharapkan agar lebih peduli terhadap lingkungan utamanya satwa dan khususnya binatang reptil,” imbuh Zaki.

Mereka pun mencontohkan beberapa ular berbisa di sekitar tempat tinggal seperti kobra (ular sendok), weling, ular tanah, ular hijau, ular laut dan ular pohon.

Salah satu santriwati, Bilqis Izzatu Syifa mengatakan dirinya mengaku senang melihat dan mempelajari berbagai jenis reptil secara langsung. “Kegiatan ini sangat bermanfaat karena bisa membedakan jenis reptil yang berbahaya dan yang tidak serta cara pertolongan pertama pada korban”, ungkapnya.
Dia berharap kegiatan semacam ini diselenggarakan rutin sehingga bisa memberikan pendidikan kepada peserta didik agar peduli kepada satwa.

Sementara itu salah seorang panitia kegiatan, Aisha Fahima mengaku kegiatan mengedukasi santriwati ini kita adakan di HW karena pandangan orang-orang reptil itu berbahaya. “Jadi kami memberikan edukasi mengenai jenis reptil mana saja yang berbahaya serta cara menangani ketika bertemu dengan hewan ini di alam bebas,” ungkapnya.

Menurutnya, santri rawan bertemu dengan hewan reptil ketika melakukan pembelajaran outdoor seperti perkemahan. Kondisi alam tidak bisa diprediksi begitupun dengan keberadaan reptil disana. “Dengan edukasi pikiran anak-anak bisa terbuka dan ikut melestarikan makhluk hidup ini sebaik-baiknya,” tambahnya. “Dengan kegiatan ini diharapkan peserta didik dapat mengklasifikasikan jenis binatang reptil, memahami bahaya gigitan binatang-binatang reptil dan cara menanganinya,” ujarnya.

Terkait edukasi reptil penting mengingat kondisi geografis MBS berupa area persawahan serta masih banyak binatang reptil yang membahayakan seperti ular berbisa.(ElMoedarries)