Hingga akhir misi dari satgas PP Muhammadiyah, ada 924 WNI dari Sudan sukses dievakuasi. Diantara angka tersebut ada 127 diantaranya yang merupakan kader Muhammadiyah. Mereka sebagian besar telah difasilitasi pulang ke daerah mereka masing-masing, termasuk yang dibantu pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat. Satgas sangat bersyukur bahwa seluruh keluarga Muhammadiyah penyintas konflik militer di Sudan telah kembali ke tanah air dengan selamat dan dalam keadaan sehat.

Dari pendataan, diketahui mayoritas kader Muhammadiyah di Sudan merupakan pelajar atau mahasiswa. Terkait masa depan pendidikan mereka, Satgas telah memfasilitasi audiensi perwakilan para kader kepada PP Muhammadiyah di Jakarta pada Rabu, 3 Mei 2023. Sebagian besar mereka belajar tentang Ilmu Hadis, Ilmu Al Qur’an, dan Tarbiyah serta Bahasa Arab.

Pada pertemuan yang digelar usai silaturahmi di gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl. Menteng Raya No.62, RT.3/RW.9, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat itu dihadiri oleh ketua PCIM Sudan beserta beberapa perwakilan mahasiswa Sudan yang tergabung di keanggotaan PCIM Sudan. Dalam kesempatan tersebut hadir pula beberapa tokoh pimpinan pusat Muhammadiyah diantaranya, Bapak Anwar Abbas, Sekretaris PP Muhammadiyah, M. Izzul Muslimin, Ketua Satgas PP Muhammadiyah yang merupakan perwakilan dari unsur MDMC, bapak Abdoel Malik, serta perwakilan dari LP2M dan Lazismu Pusat.

Dalam audiensi yang berlangsung hangat, dibahas mengenai kelanjutan studi kader Muhammadiyah Sudan. Diwakili ketua satgas PP Muhammadiyah, bapak Abdoel Malik menyampaikan bahwa Muhammadiyah menawarkan solusi pendidikan lanjutan bagi mahasiswa yang terdampak oleh perang Sudan.

Berdasarkan laporan dari satgas PP Muhammadiyah, para mahasiswa mengalami hambatan administrasi karena berkas-berkas mereka seperti transkrip nilai, ijazah, dan berkas lainnya tertahan di Sudan.

“Penawaran perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah kini terbuka kepada mereka yang dievakuasi dari Sudan. Tidak hanya untuk kader Muhammadiyah, tetapi untuk semua WNI Sudan kita terbuka untuk dapat melanjutkan pendidikan disana,”ujarnya.

Kondisi tragis atas tertahannya berkas administrasi mereka dan terhentinya pembelajaran telah membuat Muhammadiyah memberikan bantuan pendidikan lanjutan yang solutif, dengan meminta bantuan dari KBRI Khartoum untuk dapat memberikan pernyataan identitas para pelajar dan asal universitasnya.

“Sudah ada pembicaraan, sekarang kita sedang menghimpun data dan kita sedang mengumpulkan dokumen seperti surat pernyataan pribadi, atau dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) dan dari KBRI Khartoum,”pungkasnya.

Sementara itu, M. Khoiru Ribath ketua IKA Alumni MBS cabang Sudan berharap konflik di Sudan segera berakhir. “Di Sudan, tercatat ada sekitar 127 mahasiswa kader persyarikatan Muhammadiyah, MBS adalah salah satu penyumbang kader terbanyak dengan total 21 anak. Dari jumlah tersebut semuanya tengah menempuh pendidikannya di International University of Africa dengan berbagai disiplin ilmu.

Dengan sumbangan alumni paling banyak, tentunya kami sangat sedih dengan adanya konflik bersenjata yang terjadi di negara Sudan. “Kami berdoa, mudah-mudahan situasi segera membaik dan pemulihan ini segera rampung, sehingga kampus bisa beroperasi kembali dengan normal dan rekan-rekan mahasiswa bisa kembali ke Sudan secepatnya,”ujar Sekretaris PCIM Sudan tersebut menutup pembicaraan.(ElMoedarries)