Tim riset siswa atau yang dikenal dengan istilah Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) merupakan sebuah kegiatan positif bagi siswa untuk memperkuat pemahaman literasi sekaligus mencapai prestasi di bidang karya tulis. Tidak heran jika setiap sekolah mempunyai keinginan untuk mempunyai beberapa siswa yang berbakat riset atau mempunyai sebuah komunitas dalam penelitian. Akan lebih bagus lagi jika komunitas tersebut bersemangat dalam berkarya.

Demikian yang ditemukan di PPM MBS Yogyakarta, sekolah berbasis boarding yang bernafaskan islam namun tetap mempunyai keinginan untuk mengembangkan riset civitas akademika. Berawal dari dilaksanakannya pelatihan karya ilmiah kemudian berlanjut dengan terbentuknya ekstrakurikuler KIR, maka para santri yang tergabung di dalamnya mulai menggeliat dengan semangat menulis, apalagi sejak terbentuknya organisasi penelitian tersebut, seluruh santri dinyatakan akan langsung mengikuti even lomba.

Seperti yang terlihat pada Senin (26/2/2023), para santriwan peneliti belia tersebut mendapatkan kesempatan untuk sharing dan berdiskusi dengan Dr. Ema Damayanti, M.Biotech, pakar peneliti BRIN yang mempunyai reputasi dan segudang prestasi. Dalam kesempatan tersebut, peserta terbaik 3 Diklat Kepemimpinan IV 107 Inovasi Indonesia itu mendapat kesempatan untuk membagi pengalaman dan ilmu yang diperolehnya dihadapan sekitar 30 santriwan anggota KIR MBS.

Guru Pembimbing Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) MBS, ustadzah Rahayu Saraswati, SE, M.Ek menjelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan sehari untuk menambah ilmu, memotivasi santri supaya mau dan mampu menghasilkan karya tulis ilmiah.

“Acara ini sangat bermanfaat untuk guru maupun santri, juga sebagai ajang sharing dengan narasumber yang lebih berpengalaman dan kompeten,” ungkap ustadzah Saras.

Ustadzah Saras menambahkan, menurutnya Dr. Ema merupakan narasumber yang sudah berpengalaman dengan karya tulis ilmiah. Terbukti sudah beberapa kali hasil penelitiannya terbit di jurnal internasional, salah satunya 24 publikasi di jurnal internasional terindex Scopus.

Salah satu peserta pelatihan, Gibrata, santriwan kelas 8E menyatakan, setelah mengikuti kegiatan tersebut dia merasa senang dan mulai memahami cara pembuatan karya tulis ilmiah. Ia berharap supaya kegiatan semacam ini bisa dilaksanakan kembali, karena ketrampilan menulis karya ilmiah selain membutuhkan kemauan juga menuntut kemampuan.(ElMoedarries)