Matematika erat kaitannya dengan logika yang di dalamnya terdapat simbol dan persamaan matematis namun sering menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar siswa. Ketika disuguhkan hal yang sifatnya hitungan, tak jarang siswa mengeluh dan merasa terbebani dengan mata pelajaran yang satu ini.

Namun, hal ini tidak berlaku bagi salah satu santri SMP MBS, Rifqi Jauhar Arkan, peraih medali emas Olimpyc Ahmad Dahlan (Olimpicad) VII Bidang Matematika Tingkat Nasional tersebut. Berikut kami ulas profil Rifqi, yang ternyata salah satu hafidz Alquran ini.

Rifqi Jauhar Arkan merupakan santri kelas IX E SMP MBS yang baru-baru ini mengharumkan nama MBS di kancah nasional dalam bidang Matematika. Kecintaan santri kelahiran Klaten terhadap Matematika ini bermula sejak ia masih di Sekolah Dasar. Proses yang dilalui untuk sampai pada tahap yang membanggakan ini bukanlah proses yang instan. Sang bunda, akunya, adalah sosok yang sangat berperan dalam hal ini.

Bahkan, dia sering bilang matematika bukan pelajaran sulit. “Kita hanya perlu berlatih mengerjakan soal matematika dengan serius,” ucap remaja pendiam yang mengidolakan qori internasional H. Muammar ZA itu.

Namun tak hanya jago matematika, putra sulung buah hati dari pasangan Bapak Wahid Syamsudin dan Ibu Dariyatul Khoiriyah ini merupakan salah satu santri yang mengikuti program halaqoh tahfidz khusus di MBS. Kelas ini merupakan program khusus bagi santri yang ingin intens menghafal Alquran.

Alasan dia menyukai tahfidz (hafalan Quran) karena Al-Quran merupakan kitab suci umat muslim. “Seorang penghafal Al-Quran bakal dijamin surga oleh Allah, termasuk kedua orangtuanya,” tuturnya.

Tak tanggung-tanggung, Rifqi mengantongi 29 juz 9 halaman hafalan Alquran hingga saat ini. Yang artinya menyisakan 4,5 lembar lagi untuk genap 30 juz. Lantas, bagaimana membagi waktu antara menghafal Alquran, belajar Matematika intensif dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah?.

“Untuk waktu sekolah kan sudah jelas waktunya, dari pagi sampai jam 15.00. Untuk menambah hafalan dan murojaah saya memanfaatkan jadwal tahfidz yang sudah disediakan sekolah, setelah sholat Subuh dan setelah sholat Maghrib.

Waktu tahfidz tersebut jika dimanfaatkan dengan baik, maka akan sangat membantu dalam menghafal Alquran. Untuk belajar khusus Matematika, biasanya di akhir pekan saya pakai untuk ikut bimbingan di ekstrakurikuler dan belajar mandiri. Supaya di mata pelajaran lain tidak tertinggal dan tetap optimal, saya biasanya membaca atau murojaah beberapa ayat Alquran sebelum ikut kelas.

Motivasi belajar yang dimiliki oleh remaja yang bercita-cita da’i ini memang patut diacungi jempol. Ketika diminta memberikan tips bagaimana agar hafalan Al quran tetap terjaga, Rifqi menjawab lugas, “Niat lillahi ta’ala, dan senantiasa istiqomah dalam membaca dan memuroja’ah hafalan,”katanya.

Ditanya dari 29 juz yang sudah dihafalkan, surat atau juz berapa saja yang kiranya butuh waktu paling lama untuk dihafalkan. Santri yang ber azam kuliah di Universitas Islam Madinah ini mengaku kesulitan saat menghafal juz 7 surat Al an’am.”Entah mengapa, di surat tersebut saya sering kesulitan menghafalkannya,”ungkap Rifqi.

Kesulitan, kata Rifqi berhasil dilewati, manakala dia meluruskan kembali niat dan tujuannya menjadi hafidz. Target Rifqi selanjutnya adalah menyelesaikan sisa 4,5 lembar. “Bismillah, tinggal surat Al Kahfi, mudah-mudahan 30 juz selesai sebelum naik kelas X”, katanya penuh optimis.

Semoga ini menjadi wasilah bagi saya dapat keberkahan dari Alquran sehingga memudahkan saya memahami mata pelajaran lain” tutup santri yang tahun depan mantap melanjutkan di SMA MBS tersebut.(ElMoedarries)