Hari Kamis, 30 November 2023, PPM MBS Yogya menggelar Jikamsi Spesial bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jikamsi adalah akronim dari pengajian Kamis siang. Jikamsi diikuti ratusan guru dan karyawan. Jikamsi dimulai pukul 13.00 sampai menjelang Asar.

Dalam sambutannya Ustaz Fajar Shadik, mengatakan “Kita selalu mengadakan kajian untuk guru karyawan. Khusus hari ini adalah agenda yang rutin kita adakan dua bulan sekali bersama PP Muhammadiyah.”

Dirketur PPM MBS Yogya juga menyampaikan perkembangan pesantren Muhammadiyah. “2010 di MBS berkumpul mudir pesantren Muhammadiyah saat itu hanya sekitar 60-an pesantren. Berdirilah ITMAM, Alhamdulillah berkembang di Muktamar Muhammadiyah 2015 terbentuk LP2 Muhammadiyah. Sekarang 400-an lebih pesantren Muhammadiyah seluruh Indonesia. Diantara 400 itu ada pesantren yang berkembang di Prambanan, MBS Yogyakarta.”

Dalam Jikamsi Spesial ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kiai Sa’ad Ibrahim, M.A mengatakan, “Peradaban Islam itu basisnya Pondok Pesantren. Mulai abad ke 3 Hijriah sampe ke 8 Hijriah ada yang menyebut abad ke 11 Hijriah. Secara tidak langsung bangunan peradaban itu dilahirkan oleh Al Mahad Al Islami.”

Kiai Sa’ad juga menyampaikan problem kemunduran pesantren. Setelah the Golden Age Muslim History. Sekarang mengalami kemunduran. Sekarang kita masuk dalam masa peradaban kedua kejayaan Islam. Disinilah Pondok Pesantren harus menyiapkan diri, tegasnya.”

Menurutnya, pesantren Muhammadiyah harus menyiapkan Grand Design pada masa Golden Age kedua. Komitmen awal dunia Islam adalah iqra bismirabbiqallazii khalaq. Yang biasanya qiroaah, tetapi bidzikrirobbikaalazii khalaq. Jadi bukan hanya literasi saja atau iptek sains saja, tetapi harus berlandaskan asma atau firman-Nya. Ini yang tidak punya di Barat karena mereka sekuler.”

Ia juga mencontohkan perkembangan negara yang maju dan menggunakan literasinya. Dunia itu, tingkat literasi tinggi akan berbahaya dan diperhitungkan. Contoh Iran itu punya nuklir jadi diperhitungkan. Negara sekaya apapun tidak diperhitungkan, bila tingkat literasinya rendah. Literasi ini termasuk sains. Indoensia tidak diperhitungkan karena belum mampu menciptakan nuklir.Ketika barat maju dengan dunia literasinya, agama ditinggalkan. Tetapi di dunia Timur tidak akan seperti itu.”

Ia juga mengingatkan tentang pentingnya pesantren Muhammadiyah menilik kembali sejarah peradaban Islam. “Islam itu sudah sangat maju di zaman Nabi. Isra’ mi’raj itu belum ada yang mengalahkan, termasuk kemajuan Sains dunia. Sains kita itu ibarat dari Prambanan sampai Jakarta. Belum ke seluruh dunia jangkauannya. Karena itulah kita baru sampai ke bulan belum ke planet lainnya. Sampai sekarang belum ada yang mampu mengalahkan kecanggihan Isra’ Mi’raj sebagai simbol kemajuan Islam kala itu. Inilah gambaran umumnya, proyeksi ilmuwan Islam yang lahir dari pesantren. Ahli fikih, juga ahli di bidangnya. Soal nufus harus selesai, tetapi harus melangkah lebih jauh.

Kiai Sa’ad juga mengajak untuk merenungkan renungan Robert W Hefner, Ia mengatakan bahwa “pendidikan Islam terbaik yang dimiliki Indonesia adalah Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah memajukan agama dan dunia sains”.

Menurutnya, pesantren tidak boleh berhenti hanya pada mahzab Syafi’i, Maliki, tetapi melangkah lebih jauh. “Bagaimana pesantren inu melahirkan kesyafiiannya itu penting, tetapi harus melangkah ke konteks Ibnu Rusyd dan Al Ghazali”

“Di sini (MBS) perkembangannya cepat. Maka harus ada universitas nantinya. Belajar Kiai Dahlan, ketika berguru pada Kiai Soleh Darat, ia tidak berhenti tetapi melangkah mendirikan Muhammadiyah orgnisasi modern dan meluruskan Kiblat memakai saintifik.”

Ia mencontohkan bagaimana tradisi saintifik sudah maju dan dicontohkan Muhammadiyah. “Di Muhammadiyah mengawali bil hisab bukan ru’yatul hilal. Muhammadiyah sudah bisa menghitung 5000 tahun ke depan, idul fitrinya jatuh pada tanggal hari berapa”

Ia juga menambahkan, “Agama mengajarkan sumpah mengenai waktu, agama kalau dipakai dengan Ilmu falaq akan menjadi agama yang modern. Tidak cukup menjadi mufasir, fuqaha.”

Ia menekankan contoh pada Muhamadiyah, “Di Muhammadiyah  ada Al-qur’an ada Al-hadist. Al quran bicara sains. Karena itu pesantren kita tidak boleh berhenti di Asy Syafii dan Imam Malik, disitulah maka kita harus ada universitas.” [Arif Yudistira]