Kamis pagi, PPM MBS Yogyakarta kedatangan tamu dari Yayasan Daarussalaam Sangatta, Kutai Timur Kalimantan Timur. Rombongan diterima di ruang meeting Mudir pada pukul 09.00 wib. Rombongan berjumlah lima orang dipimpin oleh Manager Pendidikan Yayasan Sangatta.

Kedatangan Yayasan Sangatta disambut oleh Pimpinan MBS, Ustaz Fajar Shodiq selaku Direktur MBS dan Ustaz Odjie Samrojie selaku bendahara umum MBS. Mereka bermaksud ingin belajar lebih jauh tentang boarding school (pesantren) dan sistem keuangan di MBS.

MBS  selalu menyambut baik tamu dari Yayasan maupun lembaga yang ingin belajar bersama tentang pesantren dan pendidikan. Ustaz Fajar pun menyambut baik rombongan dari Daarussalaam Sangatta. “Ahlan Wa Sahlan, selamat datang, silakan nanti apa yang dibutuhkan, kita siap berbagi.”

Direktur PPM MBS Yogyakarta juga menyampaikan “kita masuk tahun ke-8 menggunakan sistem keuangan yang nyaman.” Dalam paparannya, beliau juga menceritakan sejarah perkembangan MBS kala itu. “MBS ini nama pertama kali di Indonesia ya dari sini. Nama ini tidak kita patenkan, sekarang alhamdulillah banyak yang pakai nama itu.”

Perkembangan MBS yang cukup pesat ini dikelola dan dikembangkan menjadi milik persyarikatan Muhammadiyah. Nilai keikhlasan merupakan bagian dari nilai MBS. “Aset dan juga semua yang besar ini milik Muhammadiyah. Maka keikhlasan harus menjadi dasarnya. Kalau tidak ikhlas maka akan susah karena semua yang dirintis diperjuangkan di sini adalah milik persyarikatan.”

MBS ditopang oleh dua kaki, kaki pertama di bidang pendidikan yakni dipimpin oleh Direktur, sementara kaki kedua dipimpin oleh lembaga namanya Wakaf Center yang fokus di pengembangan bisnis. “kita ingin pesantren tegak berdiri, tidak harus mengandalkan terus dari santri.”

Ustaz Fajar menyampaikan banyak hal dari urusan tata kelola keuangan MBS yang terpadu, sampai dengan sistem cashless atau non tunai yang dipakai santri di MBS. Dalam pengembangan pesantren, MBS juga ditopang unit usaha yang memiliki omset miliaran per tahunnya. “Prinsipnya kita ingin uang berputar di dalam, kembali ke pesantren untuk mengembangkan pesantren.”

Dalam sesi diskusi, Manager Pendidikan Yayasan Daarussalam Pak Dedih Suryadi, M,Pd menanyakan “Apakah sistem cashless diterapkan di semuanya? Bagaimana kendalanya selama ini.”

Ustaz Fajar pun menjawab bahwa “sistem keuangan di MBS dibangun dari masalah yang ada di pondok. Evaluasi, dan buat sistem. Kita belajar dari wali santri.” Diskusi pun berlangsung menarik dan berkembang ke banyak topik yang berkaitan dengan sistem keuangan.

Ibu Umi Imawari, S.Ag. selaku bidang dana dan usaha Yayasan Daarussalaam Sangatta menyampaikan “Alhamdulillah kita melihat MBS ini sangat terkenal di Kalimantan. Karena banyak santri juga dari sana. Kita di sini Insha Allah mau melangkah ke Boarding, sudah ada lahannya. Nah untuk boarding nanti akan ada SMP dan SMA. Karena itulah, kita belajar ke MBS Yogyakarta.”

Rombongan kemudian melihat langsung kompleks MBS dan juga pembelajaran siswa serta belajar keuangan bersama bendahara umum Ustaz Odjie hingga menjelang salat asar. [Arif Yudistira]