Keluarga besar Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta dan Hasbuna Bussines Center (HBC) menggelar acara Halal Bihalal sebagai momentum mempererat silaturahmi dan memperkuat komitmen perjuangan dakwah melalui pendidikan pada Sabtu (12/4). Acara ini dihadiri oleh pimpinan MBS & HBC serta seluruh guru karyawan MBS, bertempat di masjid AR. Fachruddin, jamusan.
Hikmah syawalan dibawakan oleh ustadz sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof. drh H. Agung Budiyanto, M.P., PhD. Secara sistematis, tausiyah diawali dengan memaparkan dalil inti iedul fitri adalah kembali kepada fitrah manusia. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam), (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” ujar Ustadz Agung mengutip terjemah QS. Arrum ayat 30 setelah sebelumnya melantunkan bacaan ayatnya.
Menurut suami dari Prof. Dr. drh. Agustina Dwi Wijayanti, M.P., syawalan, terutama setelah Ramadan, sering dikaitkan dengan “kembali ke fitrah”. Ini berarti kembali kepada nilai-nilai kebaikan, kesucian, dan kebersahajaan yang ada pada diri manusia sejak lahir. Syawalan menjadi momentum untuk merefleksikan diri, saling memaafkan, dan mempererat hubungan dengan sesama.
Lebih jauh ustadz Agung mengatakan, Kata “fitrah” dalam konteks ini mengacu pada kondisi manusia yang suci, bersih, dan memiliki potensi kebaikan sejak lahir. Ramadan, dengan seluruh ibadah dan pengamalan kebaikannya, dianggap sebagai “madrasah ruhani” yang menyeleksi dan menguji kebaikan-kebaikan dalam diri manusia. Syawalan adalah waktu untuk melihat hasil dari “kuliah” tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, tukasnya.
Kesucian (fitrah) adalah gabungan tiga unsur: benar, baik dan indah. Sehingga seseorang yang ber-idul fitri dalam arti kembali kepada kesuciannya, akan selalu berbuat yang indah, benar dan baik.
Guru Besar dalam bidang Bioteknologi Reproduksi Veteriner Ruminansia pada Fakultas Kedokteran Hewan UGM itu melanjutkan dengan kesucian jiwanya, orang yang ber-idul fitri akan memandang segalanya dengan pandangan yang positif, selalu mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah. Ia mencari yang indah kemudian melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika, dan mencari yang benar menghasilkan ilmu. “Dengan demikian, ia akan menutup mata terhadap kesalahan dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, selalu dicari nilai-nilai positifnya,” jelasnya.
Dengan penuh harap, Ia menutup sambutannya dengan ajakan untuk terus menjaga semangat kebersamaan dan keikhlasan, dengan spirit ala bangsa Jepang arigato gozaimasu (terima kasih) dan gomennasai (meminta maaf) serta menjadikan Halal Bihalal sebagai momen memperbarui niat dalam menapaki jalan dakwah dan pendidikan yang lebih berkah ke depan.
Turut memberikan sambutan, ustadz H. Amir Fauzi, S. Ag, selaku ketua BPP MBS. Dalam sambutannya, ustadz Amir menegaskan bahwa momen Halal Bihalal bukan sekadar tradisi tahunan melainkan sarana untuk memperkuat nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, mempererat silaturahmi, dan menyegarkan kembali semangat kebersamaan dalam bingkai keimanan.
Ia menyebut bahwa salah satu manfaat besar dari kegiatan ini adalah hadirnya suasana yang mendorong lahirnya ilmu yang bermanfaat serta mempererat hubungan antarsesama anggota keluarga besar pesantren.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat persaudaraan dan gotong royong keluarga besar pesantren semakin erat, serta menjadi momentum untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih dan saling menghargai, ujarnya.
Sementara itu, Pimpinan MBS, ustadz Fauzan Yakhsya, S. Hum didaulat untuk membacakan ikrar syawalan pada moment tersebut.
Syawalan dan halal bihalal di lingkungan MBS bukan hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga menjadi bentuk implementasi pendidikan karakter. Melalui kegiatan ini, MBS menanamkan nilai-nilai seperti saling memaafkan, menghargai, kerja sama, dan empati, nilai-nilai yang sejalan dengan visi pendidikan MBS yang holistik dan berakar pada nilai-nilai kebaikan.(ElMoedarries)