Industri kuliner semakin naik daun. Meski saat ini pengusaha kuliner terus bermunculan, manisnya peluang bisnis makanan masih terbuka lebar dan banyak sisi yang dapat dieksplor. Berinovasi dan cermat melihat trend kuliner adalah salah satu kunci keberhasilan untuk terus melaju di industri ini.

Pebisnis kuliner pun tak hanya muncul dari kalangan para investor dengan modal berlimpah, kini dari kalangan pebisnis dengan modal keyakinan dan akhirnya nekat pun mulai lahir sosok-sosok muda yang bergelut dalam bisnis kuliner. Salah satunya adalah Setya Rauf Ikhwanto dengan produk Sambal Nona Neni.

Berangkat dari kegelisahan dirinya, melihat jeritan para petani yang mengeluhkan ketidakstabilan harga panen yang diperparah dengan terus meningkatnya harga tanam yang mereka dapatkan.

Akhirnya membuat alumni PPM MBS Yogyakarta Angkatan ke-5 itu ingin mengangkat marwah petani lokal dalam kancah bisnis kuliner. Dengan cara mengolah hasil pertanian lokal yang ada di desanya menjadi produk yang memiliki nilai jual dan daya tahan yang lebih tinggi untuk memakmurkan petani yang ada di daerah. Dan hal itu ia wujudkan lewat produk sambal Nona Neni.

“Usaha ini saya rintis mulai tahun 2022 dari modal nekat dan yakin, meski di awal ada keraguan  tapi syukur banyak teman yang support,” tutur pria yang kerab disapa Rauf.

Kini Rauf telah berhasil dan sukses menjalankan usahanya dengan memproduksi sambal. Menariknya, ia menamai produknya dengan nama “Nona NeNi” yang terinspirasi dari nama ibundanya.

“Asalkan yakin dan tekun pasti bisa. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan juga harus segar agar konsumen nggak kabur karena rasanya tidak enak ataupun ikannya gak segar,” tuturnya.

Mengolah penganan berbahan dasar cabe, Rauf membutuhkan suplai dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Untuk menjamin pasokan bahan dasar terus terpenuhi, ia berupaya menjalin relasi dengan petani lokal sebagai supplier.

“Kami merangkul 35 petani lokal untuk memenuhi bahan baku yang kami butuhkan. Kami juga bekerjasama dengan desa untuk turut melakukan hilirisasai tehadap hasil panen yang dilakukan oleh petani yang ada di desa Caturharjo Sleman, Yogyakarta,” tuturnya.

Selain itu, dalam menjalankan bisnis sosial ini, pria 24 tahun yang punya kegemaran beladiri tersebut merangkul berbagai pihak seperti, stakeholders dari  akademisi dan juga masyarakat sekitar.

“Kami bekerjasama dengan stakeholder untuk melakukan perijinan dan legalitas terhadap produk yang kami miliki. Tidak cukup sampai disitu, kami juga menggandeng kalangan akademisi seperti dosen UNY untuk memantau dan menjaga kualitas dari sambal Nona Neni yang kami buat.

Untuk melancarkan usahanya, putra sulung pasangan Bapak Setya Robbanta dan Ibu Neni Koesnaeni ini juga menjalin mitra dengan mengajak 50 pemuda untuk ikut aktif dalam menjalankan bisnis ini.

Rauf menjelaskan, di bidang produksi dan penjualan dirinya memberdayakan 15 ibu rumah tangga di sekitar untuk mengolah limbah yang dihasilkan menjadi produk yang lebih bermanfaat seperti vas bunga, rak bunga dan produk hantaran.

Kami juga mengolah limbah organik untuk menjadi pupuk untuk membantu petani dalam melakukan penanaman berikutnya, terangnya.

Ia mengakui, berbisnis kuliner dengan modal pas-pasan memiliki tantangan tersendiri. Adapun kendala yang kami hadapi sekarang adalah keterbatasan modal sehingga untuk proses packaging kami masih menggunakan peralatan sederhana, seperti menggunakan setrika dan hairdryer untuk menyegel kemasan yang kami miliki,”ungkapnya.

Bermain bisnis di lini sambal pun memerlukan keberanian. Mengingat beragamnya jenis sambal botol yang beredar di pasaran, yang juga tumbuh dari berbagai UKM dan produk lain skala rumah tangga.

Pun ketika menengok sosial media seperti Instagram misalnya, aneka jenis sambal ditawarkan dan dipromosikan dengan begitu apik. Meski begitu, peraih medali emas POPDA DIY cabang silat tahun 2017 tersebut tetap berusaha menciptakan pasarnya sendiri.

“Kami cukup berani mengambil segmen sambal, karena kami ingin menciptakan pasar kami sendiri dengan taste serta cita rasa nusantara, sehingga dapat diterima semua orang. Alhamdulillah produk kami hampir telah terjual di seluruh penjuru Indonesia dan beberapa negara tetangga seperti, Jepang, Korea, China dan Vietnam,”tukasnya.

Saat ini Sambal Nona Neni yang telah diproduksi alumni Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta ini memiliki 7 varian sambal, yaitu, bawang, teri, terasi, cumi ijo, cumi merah, ikan asap, dan juga sambal matah. Per bulannya bahkan menembus produksi hingga 700 sampai 1.600 botol.

Pria pemilik akun ig Sambal Nona Neni ingin menjadikan Sambal Nona Neni sebagai produk kuliner Sleman yang bisa go nasional dan internasional, serta menjadi perusahaan kuliner pertama yang memiliki produk yang mengangkat marwah petani lokal daerah Sleman, Yogyakarta.

Berkat visi inilah Setya Rauf Ikhwanto akhirnya mendapatkan predikat Pemuda Pelopor DIY bidang pangan dari kategori Boga. Rauf mengatakan melalui prestasi ini ia berharap dapat menginspirasi generasi muda Sleman untuk berkarya.

Baginya sebagai seorang wirausaha harus siap menghadapi tantangan, berani untuk memulai dan mencoba, serta fokus dalam menjalankan usahanya. Rauf pun bercita-cita memiliki sebuah pabrik yang dimana semua pekerjanya berasal dari pemuda desa Caturharjo sehingga  membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal setempat.

“Saya ingin membantu para pelaku UMKM agar dapat maju dan menghasilkan produk berkualitas skala nasional dan internasional,” tutupnya.(ElMoedarries)