Untuk mendorong minat baca peserta didik, dapat dilakukan dengan beragam aktivitas dan kegiatan di sekolah. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu dengan memfasilitasi kegiatan bedah buku. Hal inilah yang dilakukan oleh Perpustakaan MBS pada hari Senin, 19 Februari 2024 di Perpustakaan Al Falah komplek putra.

Kegiatan yang diinisiasi perpustakaan MBS ini merupakan hal yang patut diapresiasi karena memicu munculnya kelompok diskusi yang dapat menumbuhkan semangat berliterasi para peserta didik. Terlebih bahwa kegiatan ini difasilitasi oleh para santri MBS sehingga dalam memilih buku bacaan yang didiskusikan tentunya juga berdasarkan minat mereka sendiri. Buku yang dipilih untuk dibedah dalam kesempatan tersebut ialah karya para santri dengan judul “Batas Semesta”

Adapun pembicara yang dihadirkan dalam kegiatan book review kali ini adalah ustadz Saiful Umam dan beberapa penulis buku batas semesta yang merupakan santri MBS. Diikuti oleh sedikitnya 60 peserta yang didominasi oleh santri SMP, buku setebal 397 halaman yang berisi 5 artikel dan 22 cerpen karya santri itu berhasil diulas secara apik oleh ustadz Umam. Turut hadir pula bagian PIP IPM Putra MBS menyaksikan jalannya bedah buku.

Dalam sambutan Kepala Perpustakaan MBS, ustadzah Sri Wahyuni,  menyampaikan bahwa kegiatan bedah buku ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat literasi dikalangan santri MBS. Hal tersebut berangkat dari fakta bahwa memang saat ini minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, berdasarkan hasil riset yang dilakukan UNESCO.

“Selain menumbuhkan minat baca santri, bedah buku juga sekaligus sebagai wadah menginspirasi santri dalam menulis cerpen maupun buku,” ungkap ustadzah Yuni. Melalui wadah bedah buku ini, terdapat dua manfaat yang bisa diperoleh. Yakni selain bisa merangsang semangat literasi, juga sebagai referensi dan wadah santri dalam mengembangkan kemampuan menulis.

Sementara itu, Shalahuddin salah satu peserta bedah buku mengaku terinspirasi setelah mengikuti acara ini. “Setelah mengikuti book review ini, saya menjadi semangat menulis buku, yang penting menulis, mengikuti jejak akhi (kakak kelas), ungkapnya.

Santriwan yang tengah duduk di kelas 7 SMP itu menyebut banyak sudut pandang dan pesan yang bisa ditangkap dari karya ini, mulai dari perjuangan untuk tetap bertahan hidup, persahabatan dan ukhuwah.(ElMoedarries)