Pada hari Ahad (17/9/2023), Ponpes Muhammadiyah Tahfidzul Quran Srumbung Magelang melakukan kunjungan studi tiru ke PPM MBS Yogyakarta. Rombongan berjumlah 8 orang tiba di MBS pada pukul 10.15 wib. Rombongan diterima oleh jajaran pimpinan MBS  di ruang meeting.

Ustaz Sahman selaku sekretaris umum MBS menemani rombongan berdialog, berbincang tentang perkembangan perguruan Muhammadiyah di Magelang.

Pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah Tahfidzul Quran Srumbung Magelang Pak Zaenal mengatakan “kunjungan ini dalam rangka belajar lebih jauh tentang pondok pesantren mulai kepengurusan, unit usaha dan sebagainya”

Ustaz Odjie, menyampaikan maaf karena Ustaz Fajar belum bisa bergabung dikarenakan ada kegiatan di PWM Yogya. “Kami menyampaikan selamat datang, ahlan wa sahlan.”

Dalam presentasinya Ustaz Odjie menyampaikan bahwa perkembangan MBS tidak bisa dilepaskan dari spirit “0 rupiah 0 km”. MBS ini didukung penuh oleh PCM. “Kalau ada pondok lain yang dekengane pusat, kita dekengane cabang”, sontak disambut tawa para hadirin.

Berkaitan denyan sistem kepegawaian, MBS memakai sistem manajemen terpadu. Di sini guru SD, SMP dan SMA memakai sistem kesatuan yakni guru pondok. ” Ini kita lakukan agar tidak terkotak-kotak dalam sistem manajemen”. Sistem ini juga termasuk dalam sistem keuangan, tutur Ustaz Odjie.

Sementara dalam sistem kurikulum, kita memakai kurikulum terpadu. “SD sudah memakai sistem kurikulum berbasis pesantren sehingga siap melanjutkan ke pondok.”

Di sela-sela diskusi, Ustaz Fajar Shodiq bisa hadir dalam forum dan menyampaikan bahwa perkembangan pesantren Muhammadiyah saat ini begitu pesat. “Saat ini ada 440 pesantren di seluruh Indonesia. Muhammadiyah itu gerakan dakwah, karena itu perlu ada isinya. Pesantren Muhammadiyah itu perlu  pengembangan SDM, termasuk kita sudah melangkah memikirkan itu.”

Ustaz Fajar mengatakan, “apapun bentuk pesantrennya maka perlu konsep. Sehingga siapapun penerusnya konsep sudah ada.”

Misal kita membuka konsep pesantren khusus Timur Tengah, AR Fakhrudin “Hafalannya bagus, pendidikannya baik sehingga berhasil ke Timur Tengah dengan pengelolaan SDM yang baik”.

Ustaz Muhyuri selaku ketua BPP menanggapi “Pondok ini berjalan selama 4 tahun. Kami merupakan panitia pendiri PPMTQ jadi belum tahu bagaimana pengelolaan dan sistemnya. Kami ingin memiliki kader-kader di kecamatan Srumbung. Kami juga berharap tidak hanya MTS atau SMP saja tapi berlanjut ke tingkat SMA.”

“Kami masih bermodal tekad yang kuat saja sehingga kami ingin sharing dan belajar ke sini.”

Menanggapi hal tersebut, Ustaz Fajar Shodiq mengatakan, ” panjenengan semua ini belum resmi disebut pesantren. Karena belum punya Kiai, Kiai itu bersama murid atau santri selama sehari penuh, ini sekadar sharing.”

Selanjutnya, Ustaz Fajar menyarankan perihal perizinan dan kejelasan format. Serta pengurus atau sistem yang mengurusi kesantrian. “Siapa yang mengurus anak atau santri kalau santri ada masalah?.”

Dialog dan diskusi berlangsung hangat sampai menjelang zuhur. Rombongan dari PPMTQ Srumbung menyampaikan problem dan kendala yang dihadapi pesantrennya. Sementara Ustaz Fajar juga menyampaikan perihal pengalamannya tentang kepesantrenan di Muhammadiyah dari sisi kelembagaan, sistem dan manajemen kepesantrenan.

Ustaz Muhyuri juga menyampaikan bagaimana murid atau santri banyak yang minta subsidi dan masih tergantung kepada donatur. “Kami juga ingin ada seksi pengembangan ekonomi yang bisa memback up tetapi belum tahu jalannya.”

Ustaz Fajar menanggapi perihal ekonomi pondok menyampaikan, “pesantren harus bisa mandiri mengelola ekonomi sendiri. Tidak hanya dari donatur. Semua harus diatur ditata agar bisa berjalan lancar.”

Rombongan dari PPMTQ pun berencana mengadakan workshop untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Rombongan kembali ke Magelang pukul 13.30 Wib.(Arif)