Tak hanya siswa ataupun santri, pembiasaan literasi kepada Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) PPM MBS Yogyakarta juga diperlukan. Hal ini dikarenakan untuk membangun generasi yang literat harus dimulai dari gurunya. Jika guru memberikan suri tauladan yang baik, maka karakter siswa pun juga insya allah akan terbentuk.
Untuk pertama kalinya, Perpustakaan Muhammadiyah Boarding School menggelar Pemilihan Duta Baca sebagai bukti keikutsertaan dalam menunjang program pemerintah, khususnya pembudayaan kegemaran membaca.
Pemilihan Duta Baca MBS bertujuan memotivasi para asatidz agar terus meningkatkan literasi dirinya, teman-temannya, civitas akademika lainnya, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.
Kepala Perpustakaan MBS, ustadzah Sri Wahyuni, SIP mengatakan, “Dengan adanya Duta Baca Guru MBS, kami harap keberadaan, peran, dan fungsi perpustakaan MBS dapat dipromosikan dengan maksimal supaya kegemaran berliterasi di kalangan civitas akademika MBS benar-benar terwujud,” tuturnya.
“Lebih jauh, Duta Baca MBS bisa berperan aktif dalam mengembangkan literasi dan perpustakaan, sehingga terwujud SDM yang unggul, berkualitas, dan berkarakter,” tandasnya.
Sebagaimana santri, penentuan Duta Baca GTK juga berdasarkan jumlah terbanyak pengisian pantauan baca dalam periode baca yang sama yakni 3-4 bulan. Dengan kriteria aktif memanfaatkan perpustakaan untuk pembelajaran, aktif mendorong pengembangan perpustakaan, dan aktif berkunjung serta memanfaatkan koleksi buku perpustakaan.
Dari kriteria tersebut, akhirnya terpilih 2 orang guru, yaitu ustadz Saiful Umam, S. St (pengampu mapel mahfudzot) dan ustadzah Okisa Adelia, S. Pd (pengampu mapel bahasa indonesia) dengan perolehan laporan baca terbanyak dan terlengkap.
Ditambahkan ustadzah Yuni, nantinya, Duta Baca GTK MBS akan terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan di perpustakaan, baik program internal maupun eksternal dalam rangka promosi perpustakaan dan budaya literasi.
“Program internal di antaranya bedah buku, pelatihan-pelatihan seperti penelusuran informasi, penulisan buku, penyuntingan, dan penerjemahan, menulis karya ilmiah, seminar, dan sebagainya,” ujarnya.
Sementara program eksternal antara lain promosi dan sosialisasi perpustakaan, pendampingan pemustaka dalam pemanfaatan perpustakaan, bakti sosial, dan membentuk komunitas membaca dengan berbagai aktivitas, tutupnya.(ElMoedarries)