Hari Rabu (06/9/2023) Lembaga Pengembangan Cabang Ranting Pengembangan Masjid dan Pesantren (LPCRPMP) Mamuju, Sulawesi Barat mengunjungi MBS Yogyakarta. Di ruang meeting MBS, Ketua LPCRPMP Ustaz Furqon Mawardi disambut oleh Ustaz Faqih dan Ustaz Odjie Samroji. Rombongan tiba di MBS pada pukul 10.30 Wib. Dalam pertemuan tersebut, Ustaz Furqan bercerita tentang kondisi Muhammadiyah di Mamuju, perkembangan kader hingga persoalan keumatan di Sulawesi Barat. “Kita kekurangan kader. Dari sisi bangunan dan tanah sebenarnya kita sudah siap, tapi kader kita masih belum maksimal.”
Ustaz Furqan juga menyampaikan, “di Mamuju kita ada SMP ke SMA tetapi yang lanjut untuk tingkat SMA di kota masih minim.” Problem lainnya masalah pondok di kota adalah SMA negeri banyak yang gratis. Kunjungan dari Mamuju ini adalah kunjungan kesekian kalinya. Kali ini Ustaz Furqan membawa empat orang yang merupakan pimpinan Muhammadiyah di wilayah Mamuju dan juga AUM.
Menanggapi persoalan yang ada di Mamuju, Ustaz Odjie pun menyampaikan, “Kalau di MBS persoalan siswa yang lanjut atau tidak lanjut sudah di desain. Memang pondok perkaderan itu tidak cukup hanya tiga tahun, ternyata memang enam tahun. Kalau kurang dari itu, ibarat masakan kurang matang.”
Untuk mengantisipasi santri yang keluar dari MBS, ada berbagai cara yang kita lakukan. Pertama, “ideologi dan kaderisasi diikuti dengan kemasan kurikulum yang ada. Kurikulum di sini sudah ditata dari SD sampai SMA.” Kurikulum SD akan berlanjut linier ke pesantren. Artinya, kita bisa menanamkan ke anak. Kalian belum sempurna kalau cuma tiga tahun di sini.”
Kedua, kita juga membentuk lembaga studi lanjut. Lembaga ini penting untuk mendorong, memotivasi, dan memastikan kesinambungan perkaderan ini. “bukan hanya pemetaan ke Timur Tengah, tetapi juga memastikan dari kelas IX untuk lanjut ke SMA.”
Ketiga, “Selalu kita tekankan bahwa hanya ada dua syarat bila ingin keluar dari MBS ke santri. Pertama, lanjutkan ke pesantren. Untuk menjaga istiqomah. Kedua, boleh keluar MBS, tetapi cari yang lebih baik.”
Keempat, “selalu kita tekankan ke wali murid bahwa pendidikan pesantren, pendidikan kaderisasi, pentingnya amaliah atau penguatan ibadah.”
Kelima, kita selalu menekankan bahwa sistem di MBS tidak ada privilege. “banyak yang mengira kalau dari SMP akan langsung diterima di SMA, padahal tidak.” Ada tes dan wawancara untuk memastikan orangtua dan juga santri sekaligus sistem seleksi alam untuk menjaga kualitas santri. Keenam, “peningkatan dan menjaga kualitas layanan.” Kalau layanannya maksimal, responsive, maka kekurangan fasilitas misalnya bisa tertutupi.
Dalam pemaparannya, Ustaz Furqan juga menyampaikan akan membawa ilmu yang ada di MBS untuk diterapkan di Mamuju. “kita memang pertama ke sini silaturahim. Kedua, kita sedang mencari format pesantren yang baik untuk Mamuju.”
Acara diskusi dan dialog berjalan akrab dan berakhir pada 11.50 Wib. Ustaz Furqan dan rombongan pun pamit. Ustaz Furqan pun berkesan disambut baik di MBS lagi. [ Arif Yudistira]