MBS mengadakan seminar literasi dan bedah buku, kamis (24/08) di Gedung Terpadu lantai 2 Aula Ki Bagus Hadikusumo. Buku yang dibedah merupakan salah satu karangan alumni MBS. Buku berjudul “Islam dan Ikhtiar KeIndonesiaan,”karya M. Zulfikar Yusuf S.E, M.E setebal seratus delapan puluh halaman tersebut merupakan kumpulan essainya yang pernah dipublikasikan kepada khalayak umum dan mendapatkan apresiasi dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M. Si. Nama Zulfikar Yusuf tidak asing di MBS, ia merupakan alumni MBS angkatan ke-3, enam tahun mondok di kompleks gedung biru PPM MBS Yogyakarta.

Tepat pada pukul 13.00 WIB, acara dimulai. Dihadiri langsung oleh Wadir 1 Bidang Pendidikan, ustadz Rahmat Susanto, S. Pd dan para santriwan.

“Terimakasih kepada ustadz Rahmat Susanto yang telah memperkenankan untuk membedah buku saya di pesantren yang pernah menjadi tempat belajar kami. Zulfikar mengaku sangat bersyukur bisa membedah buku di tempat ia belajar beberapa tahun silam.

Di hadapan para peserta yang notabene adalah adik kelasnya, Zulfikar yang saat ini tengah menyelesaikan studi S3 nya mengawali presentasi dengan membeber motivasinya mengapa menulis buku ini. Pertama, dengan menulis kita bisa membaca realitas dan melihat persoalan secara holistik. Sebab, Zulfikar menyebut, penulis yang baik dituntun untuk membaca secara komprehensif, ujarnya.

Kedua, tutur Zulfikar, memberikan sumbangan pemikiran. Melalui tulisan, saya merasa paling tidak melalui kontemplasi pemikiran bisa memberikan sedikit sumbangan pemikiran tentang apa yang terjadi di sekeliling kita. Ketiga, mengasah dan mempertajam keilmuan, sebagaimana pisau yang perlu diasah agar menjadi tajam, akal dan pikiran pun perlu diasah agar memberikan pikiran yang kritis, cemerlang dan kontributif. Salah satunya dengan menulis, imbuhnya.

Dan yang terakhir, mengabadikan tulisan, salah satu amal yang bisa kita tinggalkan untuk generasi selanjutnya adalah pikiran yang diabadikan dalam bentuk tulisan, terang Zulfikar.

Setelah mengupas motivasinya menulis, pria kelahiran Ujung Pandang, 20 April 1998 yang kini duduk di Majelis Tabligh PWM DIY membidangi divisi dakwah sekolah dan kampus tersebut kembali mengajak para peserta lebih dalam mengulik isi buku garapannya. Ditanya kenapa harus “Islam dan Ikhtiar Keindonesiaan,” sebelum masuk ke pembahasan inti, dirinya mengatakan kalau alasan mengapa memilih judul “Islam dan Ikhtiar Keindonesiaan,” karena isinya berkaitan dengan upaya saya untuk memposisikan diri sebagai bagian dari elemen bangsa dan umat manusia, yang mengharapkan kehidupan berjalan di atas nilai-nilai kemanusiaan universal.

Walaupun buku ini tidak membahas seluruh macam persoalan kehidupan, tetapi paling tidak, penulis merasa memiliki tanggung jawab untuk hadir dari setiap dinamika kehidupan yang terjadi, ujar mantan bagian Kajian Dakwah Islam PR IPM Putra MBS tahun 2014-2015 dengan penuh semangat.

Adapun secara garis besar, sambung Zulfikar, buku ini terbagi dalam empat bagian, yang terdiri dari esai agama, sosial, politik dan ekonomi. Pada esai agama, penulis mengurai tentang membumikan gerakan Islam transformatif. Pada esai sosial, penulis membahas tentang orientasi umat manusia pada pencerahan peradaban. Sedangkan, tambah Zulfikar, esai politik, penulis banyak mengulas persoalan perpolitikan di Indonesia, pula ikhtiar untuk membangun nalar politik yang berkemajuan. Dan terakhir, pada esai ekonomi, penulis berusaha untuk menempatkan keadilan dalam setiap perjalanan ekonomi umat, pungkasnya.

Ustadz Rahmat memberikan apresiasi yang positif dengan adanya bedah buku ini. Pasalnya  penulis buku ini adalah alumni MBS. “Selain buku yang akan dibedah juga ada spirit yang harus ditiru oleh para santri, spirit bahwa sebagai santri MBS bisa melakukan apa saja selama ia ada kemauan. Semoga ilmunya barokah dan semoga buku yang akan antum bedah menjadi motivasi bagi santri lainnya”, ujar ustadz Rahmat di depan peserta.

Mengetahui buku yang ia tulis masih banyak kekurangannya, lulusan S1 Ilmu Ekonomi UMY dan S2 Ekonomi Syari’ah UIN Sunan Kalijaga itu meminta sumbang saran serta masukannya. Zulfikar menganggap bahwa itu adalah bagian dari kritikan yang membangun. Karena baginya, tidak ada tulisan yang sempurna. Ia juga mengaku akan terus berkarya dan menelorkan buku-buku lain yang lebih baik.(ElMoedarries)