Mesir, terutama Universitas Al-Azhar menjadi destinasi terfavorit para pelancong ilmiah dari seluruh dunia. Ilmu keislaman menjadi denyut yang menghidupkan nadi para penuntut ilmu di Mesir dari abad ke abad. Mahasiswa Indonesia pun menjadikan Mesir dan Al-Azhar sebagai tempat yang paling banyak diminati untuk perkuliahan dalam bidang agama.

Maka, tidak heran bahwa setiap tahun ribuan pelajar tanah air berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk tes ke Universitas Al-Azhar. Persiapanpun dilakukan baik secara fisik, keilmuan, maupun mental guna memuluskan langkah ke Negeri Mesir yang diimpikan. Tidak terlupa bahwa ridha orangtua, kerja keras, dan tawakkal adalah tiket kita untuk meraih semua cita-cita kita, termasuk menggapai mimpi belajar ke negeri para nabi.

Namun permasalahan yang sering terjadi muncul justru ketika sudah berada di bumi para anbiya itu sendiri, yaitu adalah bagaimana cara ideal untuk memperdalam wawasan dan menambah pengetahuan, ibaratnya sebagai alumni pesantren kita telah meneguk sedikit air dan berenang di lautan ilmu, lalu posisi kita sekarang berada dalam naungan al azhar asy syarif yaitu mercusuar peradaban, sebagai tholib disini beban kita dituntut lebih banyak lagi yaitu dengan menyelami samudera keilmuan islam,

Salah satu cara yang sering digunakan oleh para penuntut ilmu di Al-Azhar umumnya, dan mahasiswa Al-Azhar dari Indonesia khususnya, yaitu mudzakarah.

Asal kata mudzakarah, jika dilihat dari ilmu gramatikal bahasa Arab, kata Mudzakarah (مذاكرة) berasal dari kata dzakara-yadzkuru ( ذَكَرَ – يَذْكُرُ  ) yang berarti menyebut atau mengingat. Kemudian ditambahkan huruf alif di antara fa fi’il dan ai’n fi’il sehingga menjadi dzaakara-yudzakiru (ذَاكرَ – يُذَاكِرُ). Dari segi ilmu shorf, wazn dari fi’l ini adalah فَاعَلَ – يُفَاعِل  yang bermakna musyarakah atau saling melakukan sesuatu. Sehingga dalam makna ini, bisa diartikan saling belajar.

Sedangkan menurut KBBI,  mudzakaroh mempunyai arti “pengulangan pelajaran secara bersama-sama”.

Dari kedua makna tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mudzakarah adalah berkumpulnya sekumpulan orang untuk melakukan belajar bersama.

Guna mengisi waktu kosong mahasiswa baru (Maba) Al azhar yang baru akan melanjutkan study pra kuliah nya di Markaz Tathwir li Ta’lim Thullab Al Wafidiin wal Ajaniib setelah idul qurban nanti, IKA MBS Mesir mengadakan Mudzkarah Matan Sitiin Mas’alah yang di gelar secara rutin pekanan setiap hari sabtu siang di Grha IKA MBS Mesir, Bawabar Satu, Hayy Asyir.

Kegiatan ini menjadi kegiatan pendamping tambahan setelah pekan sebelumnya para maba mengikut daurah ilmiah matan sitiin mas’alah bersama syaikh hisyam kamiil di madyafah ismail shadiq al adawy dan kegiatan kajian rutin setiap hari senin dan kamis bagi maba dari mediator fustat center dan PCIM Mesir.

Untuk fasilitator dalam Mudzakarah ini langsung dibina Alumni MBS sendiri yaitu Ustadz Tegar Shalahuddin Ruhutama, Lc., pemilihan Ustadz Tegar sendiri, dinilai selaras dengan kajian matan sittin mas’alah dalam ilmu fiqh, dan beliau memang mengambil jurusan Fiqh Madzhab dalam sekolah pascasarjana di Universitas Al Azhar.

Kegiatan yang berjalan selama tiga jam ini, membahas tentang materi muqadimah dalam ilmu fiqh, disambut meriah oleh berbagai kalangan, termasuk maba yang baru datang, peserta yang ikut dalam kajian ini hampir memenuhi seisi ruangan total nya mencapai 30 peserta terdiri dari maba dari alumni MBS sendiri sekitar 26 sisanya merupakan peserta dari kalangan lain yang ikut andil bagian dalam mudzakarah ini

Di dalam kesempatan itu Ustadz Tegar juga menilai perkembangan keilmuan alumni MBS yang sedang menimba ilmu di Al Azhar, beliau melihat bahwa tujuan saat ini bukanlah pencapaian seberapa banyak materi telah dikuasai. Lebih dari itu, justru lingkungan ilmu (bi’ah ilmiyyah) itulah yang diharapkan dapat tumbuh diantara para peserta. Sehingga nantinya dapat dikembangkan pada skala yang lebih luas lagi. Dan dalam hal ini, sistem mudzakarah sangatlah mendukung proses tersebut.

Mahasiswa S2 Universitas Al-Azhar ini, juga berpesan kepada peserta untuk senantiasa konsisten dan fokus kepada penguasaan ilmu-ilmu alat (‘ulum al-wasail). “Ya semoga teman bisa terus istiqomah, dan bisa lebih semangat lagi untuk belajar ilmu alat ya.. yang menjadi fokus kita agar bisa lebih cepat lagi memahami apa yang harus kita pahami” begitu tuturnya.

Semoga kegiatan mudzakarah ini bisa istiqamah dijalankan dan insya allah menjadi wasilah menggapai berkah dan ridho ilahi sebagai thalibul ilmi di negeri para nabi.(renaldi)