Santri MBS kembali mencetak sejarah. Alfian Fakhru Rozi, juara 1 lomba menulis aksara Jawa tingkat Provinsi DIY seolah menuruni minat Kiai Ahmad Dahlan, dalam meneruskan tongkat estafet dakwah. Ia baru saja menyelesaikan naskah Serat Darmajati Himpunan Putusan Tarjih (HPT) yang ditandatangai langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Menanggapi hasil karya santri MBS, Prof Haedar Nashir yang hadir saat peresmian gedung PPM MBS Yogyakarta, Kamis (19/1/2023) lalu, tercengang, takjub, dan heran. Hal ini lantaran baru kali inilah HPT dibuat dalam aksara Jawa dan keidentikan tulisan tangan santri MBS yang mirip dengan hasil ketikan.

Ustaz Indra Oktora, S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Jawa di MBS mengatakan bahwa, penulisan aksara Jawa ialah sebagai upaya mengembalikan khittah perjuangan Muhammadiyah.

Selain itu, ustaz Indra yang sekaligus penggagas Serat Darmajati ini, ingin mengembalikan semangat literasi, dalam hal ini menulis. Sebab, dikatakannya, proses menulis saat ini mulai hilang seolah tenggelam di tengah gempuran teknologi yang makin massif.

“Apalagi proses menulisnya pakai tulisan tangan, orang-orang sekarang menulis itu berarti mengetik, tapi kalau orang-orang jaman dulu benar-benar menulis. Ada tempat khususnya, ada skriptoriumnya, ada yang digunakan untuk menggambar,” terang alumnus Pendidikan Bahasa Jawa Universitas Negeri Yogyakarta.

Ada keunikan lain yang dilakukan ustaz Indra sebelum menyusun serat Darmajati. Mengikuti jejak perawi, Bukhari, sebelum menulis ia berpuasa lebih dulu selama satu hari karena sebagian besar isinya mengenai ayat-ayat Alquran.

Naskah serat yang berisikan 6 bab HPT, di antaranya bab rukun iman, bab bersuci, bab shalat, bab jenazah, wakaf dan ushul fikih ini memiliki penjelasan sendiri dalam bentuk prosa. Buku tafsir yang menjelaskan dalil-dalil dalam naskah serat Darmajati ini sendiri sedang proses penyusunan, Kamis (26/1/2023).

Dijelaskan ustaz Indra, naskah yang disusun sejak milad Muhammadiyah (18/11/2022) ini memiliki gambar dalam setiap babnya dan mewakili cerita di dalamnya. Menurutnya, baru kali ini pula ia berani menulis serat yang menggunakan renggan.

“Kalau untuk menulis serat saya belum berani, baru sekali ini saya berani memberi renggan-renggan (keindahan). Kalau nulis yang biasa (aksara Jawa tanpa renggan) pernah,” ungkapnya.

Dalam proses penyusunannya, ustaz Indra lah yang membuat konsep, tembang mocopat dan mengartikannya dalam tulisan latin. Sementara itu santri menerjemahkan dengan aksara Jawa.

Demikian juga dalam setiap prosesnya, ustaz Indra mengaku tak lepas dari kendala-kendala teknis. Padatnya kegiatan santri tak ayal membuat penyusunan serat ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penyelesaiannya.

Selain itu, kendala teknis seperti penggunaan kertas khusus Concorde yang stoknya terbatas di toko Jogja dan sulit didapatkan. Untuk meminimalisir kesulitan mendapat kertas, ia pun membeli dalam jumlah banyak karena hanya ada satu toko dari tujuh toko di Jogja yang menjualnya.

Adapun kendala lain ialah saat proses penjilidan menggunakan benang yang tidak banyak tempat menjilid buku bisa melakukannya.

Dengan hadirnya serat yang berisi Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, meskipun tidak mudah dipahami orang awam, namun ustaz Indra berharap naskah tersebut dapat dikaji di kemudian hari. Terlebih, naskah Serat Darmajati HPT ini tidak ditulis dalam bentuk prosa melainkan mocopat sehingga bisa ditembangkan.

Ia juga berkeinginan proses penulisan naskah tetap berlanjut karena sudah lebih mudah menggunakan komputer. Hanya saja bagaimana caranya agar tradisi menulis tangan itu tetap ada. Hal ini menimbang keawetan daripada tulisan tangan itu sendiri dibandingkan tulisan yang diketik komputer.

Sebagai pungkasan, ustaz Indra juga berharap menjadi pemantik bagi rekan-rekan lain khususnya yang meminati aksara Jawa. Sebagaimana halnya PDM Wonosobo yang kemudian berencana membuat Babat Muhammadiyah masuk Wonosobo setelah launching Serat Darmajati HPT ini. (ft)