Menyikapi sengkarutnya opini yang berseliweran di ruang-ruang publik serta keterbelahan masyarakat akibat kontestasi politik di tengah banjir informasi melalui media sosial. Mengakibatkan masyarakat tidak tahu lagi mana yang benar dan salah. Semuanya mengklaim berdasarkan fakta. Begitu banyak banjir narasi, banjir versi mengenai kebenaran di dunia media sosial dan media secara umum. Dalam situasi aktual kebangsaan Indonesia saat ini, maka menjaga dan melestarikan sebuah karya monumental para ulama yang berupa kitab klasik sebagai salah satu tradisi pesantren menjadi sebuah keniscayaan.

Kesadaran tersebutlah menjadi alasan fundamental dan eksistensial bagian kurikulum Syar’i Pondok Pesantren MBS yang digawangi ustadz Roid, LC dan kawan-kawan untuk menyelenggarakan acara Muntada Turots.

Muntada Turots adalah forum yang dibentuk dengan tujuan untuk membahas masalah-masalah keagamaan Islam yang sedang dihadapi, kata ustadz Roid Umami, Lc selaku panitia kegiatan. Selain itu, lanjut ustadz Roid, di dunia pesantren kegiatan ini juga biasa dimanfaatkan sebagai salah satu sistem belajar yang bertujuan supaya santri memiliki wawasan yang luas. Karena dalam Muntada Turots itu, para santri diperkenankan untuk menggunakan hujjah dari ulama berbagai mazhab atau aliran, serta mengutip pernyataan yang dikemukakan oleh ulama klasik maupun ulama kontemporer.

Ustadz Roid menambahkan, bahwa selain santri yang mengikuti Muntada Turots diharapkan dapat semakin luas dan semakin komprehensif wawasannya, juga diharapkan mampu menganalisis sebuah kejadian dengan perspektif yang luas dan dari berbagai sudut pandang. Karena dengan berlandaskan perspektif luaslah, sikap santri dalam menyikapi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat akan menjadi lebih arif dan bijaksana. Dengan kegiatan ini pula, dapat melahirkan santri yang bersikap moderat, serta terhindar dari sikap yang radikal dan mudah menyalahkan kelompok yang berbeda dengannya, tuturnya.

Direktur MBS, ustadz Fajar Shadik dalam sambutannya berharap kegiatan ini bisa menjadi ajang praktik para santri untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Jika di kelas para santri lebih banyak mempelajari teori, maka forum Muntada Turots ini sebagai laboratorium praktiknya. Selain itu, beliau juga menyampaikan tujuan lain dari kegiatan ini. “Kita ingin menguatkan habit membaca buku, menguatkan bahasa mereka melalui diskusi, belajar berdialog dan mencari solusi dalam perbedaan pendapat, membangun kepercayaan diri untuk tampil menjadi pemimpin. Dan yang paling penting adalah mereka menguasai, mampu menyerap isi dari kitab-kitab klasik karangan ulama muslim,”jelas ustadz Fajar.

Kegiatan Muntada Turots tersebut merupakan kegiatan yang dikhususkan bagi santri kelas XI, baik santriwan maupun santriwati tanpa terkecuali. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama hari Senin untuk putra, dan santri putri mendapatkan kesempatan di hari selasa. Kegiatan diawali dengan pembahasan masalah dan diskusi serta diakhiri dengan diskusi umum. Selanjutnya, seluruh santri kelas XI yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok akan diberikan satu permasalahan yang harus dicari jawabannya dengan menitikberatkan pada tiga materi yaitu : Aqidah, Fiqih dan Tarikh.  Kemudian di akhir acara, akan dipilih para peserta terbaik untuk menjadi pemateri diskusi umum yang akan disaksikan oleh seluruh santri dan para asatidz.

Dengan demikian, nampak bahwa kegiatan Muntada Turots merupakan agenda penting yang diharapkan akan melahirkan generasi yang unggul dan berkualitas, kuat secara intelektual dalam semua ilmu serta produktif dalam melahirkan kitab.(ElMoedarries)