Peran Musyrif di dalam pengasuhan santri tentu sangat strategis. Musyrif sangat mungkin berperan sebagai Murabbi, Muaddib dan Coach bagi perkembangan akhlak, visi dan sikap para santri.

Namun untuk mampu mengemban peran tersebut, seringkali kita mengabaikan untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan pembimbingan musyrif yang cukup. Akhirnya kita saat ini sering melihat seorang musyrif hanya berperan sebagai pengawas dan security santri.

Berangkat dari fenomena tersebut, dalam rangka mewujudkan asrama pesantren yang rapi, bersih, dan nyaman,  Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta bekerja sama dengan Tim Trainer Griya Parenting Indonesia mengadakan Diklat Sertifikasi Pengasuh Asrama Santri Level Basic.

Diklat tersebut diikuti oleh 45 musyrif dan musyrifah dari berbagai jenjang, serta tim trainer: Ustadz Miftahul Jinan, Ustadz Akhmad Fauzi, serta Ustadz Arif Anjaruddin.

Dalam sambutannya, direktur MBS, ustadz Fajar Shadiq mengungkapkan bahwa tidak semua pesantren memiliki kepedulian dan perhatian yang besar untuk membekali para musyrif atau pengurus pesantren agar mereka terampil dalam membangun asrama dan lingkungan pesantren yang bersih dan nyaman.

Senada dengan hal itu, ustadz Miftahul Jinan menyatakan bahwa salah satu kriteria sebuah pesantren dapat dikatakan layak apabila asrama dan lingkungannya bersih, indah dan rapi. Menurut ustadz lulusan Gontor itu, para musyrif dan pengurus pesantren harus peduli terhadap seluruh bagian pesantren, mulai dari kamar, lemari santri dan isinya, kamar mandi, toilet, halaman pesantren, hingga prosedur dan kesepakatan-kesepakatan yang mampu mendorong terciptanya hunian pesantren menjadi sangat nyaman dan indah.

Diklat Pengasuh Asrama Santri (PAS) tersebut dilaksanakan pada 18-19 Juli 2022 sejak pukul 09.00 s/d 17.00 WIB. Dalam praktiknya, setelah disampaikan materi-materi berupa dasar teori, manfaat, simulasi-demonstrasi, dan contoh-contoh best practices dari berbagai pesantren binaan Griya Parenting Indonesia, peserta diklat langsung mempraktikkan semua aspek yang telah dijelaskan oleh tim trainer.

Salah seorang peserta Diklat PAS mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut sangat bermanfaat karena telah memberikan gambaran yang utuh tentang kiat membimbing santri agar kamarnya rapi, bersih dan indah. Lebih jauh, para santri diharapkan memiliki budaya yang bersih, mencintai keindahan, serta ketertiban.

Diharapkan dari kegiatan ini, musyrif atau musyrifah mempunyai kompetensi :

  1. Pengasuh yang mempunyai kesadaran akan kebersihan, kerapian dan kenyamanan asrama santri
  2. Pengasuh yang mampu mendampingi santri di dalam membangun tanggung jawab akan kebersihan, kerapian dan kenyamanan lemari, kamar, dan lingkungan asrama
  3. Pengasuh yang mempunyai kapasitas dalam membuat peraturan dan prosedur asrama serta mampu menegakkannya.(ElMoedarries)