Muda, menginspirasi, dan berprestasi. Itulah gambaran dari sosok Rayhan Rahadhiyan  santriwan MBS yang belum lama ini diwisuda dan mendapatkan predikat sebagai alumni. Santriwan asal Pringsewu, Lampung tersebut menuai karma baik setelah baru saja dinyatakan diterima di Fakultas Kedokteran UGM lantaran berhasil lulus tes Program Internasional atau International Undergraduate Program (IUP).

“IUP merupakan program unggulan Universitas Gadjah Mada yang diselenggarakan oleh program studi sarjana di beberapa Fakultas. Program ini mewajibkan mahasiswanya untuk memperoleh international exposure selama menempuh pendidikan,” ujar Rayhan.

Menjadi dokter memang telah menjadi cita-cita putra  sulung pasangan Bapak Sony Rahadhiyan dan Ibu Suci Damayanti sejak kecil. Oleh karena itu, ketika mendengar kabar diterima kuliah di jurusan yang diimpikannya, ia tak mampu menahan rasa gembira dan haru. Impiannya menjadi seorang dokter menjadi semakin dekat.

“Waktu melihat ada nama saya di pengumuman seleksi IUP, tanggal 29 Juni 2022 yang lalu, saya seolah tidak percaya. Senang dan haru campur aduk jadi satu. Gak nyangka bisa diterima di jurusan favorit kebanyakan pelajar dengan persaingan yang cukup ketat,” katanya saat dihubungi via telepon, Jumat (8/7).

Rayhan mengungkapkan ketertarikannya menjadi dokter berawal dari kenyataaan di kampungnya masih minim dokter yang melayani masyarakat. Melihat kondisi itu ketika menjadi dokter kelak,  ia ingin bisa kembali mengabdi di daerahnya dan melayani masyarakat setempat. Ditambah pengalaman masa kecilnya dulu yang sempat didiagnosa mengidap paru-paru basah menjadi motivasi terbesar buatnya untuk menggapai asa nya.

“Cita-cita saya sejak kecil ingin jadi dokter spesialis paru-paru. Harapannya, nanti bisa mengedukasi, menolong dan membantu saudara dan tetangga sekitar,” terangnya.

Tahun ini, Rayhan, begitu biasa ia disapa, telah resmi menjadi satu dari ratusan peserta tes Seleksi Fakultas Kedokteran Program Internasional yang lulus dan telah melakukan proses registrasi.

Rayhan menyebut, ada sedikitnya lima tahapan tes yang harus ia lalui sebelum akhirnya  dinyatakan lulus. “Untuk tahap pertama ada tes potensi akademik dan tes kemampuan bahasa inggris. Masuk di kelas internasional, kemampuan berbahasa inggris menjadi syarat mutlak. Setelah dinyatakan lulus tes tahap pertama, masuk materi tes tahap kedua yang meliputi, tes MMPI, tes pengambilan keputusan dan interview,”katanya.

“Tidak ada kiat khusus, hanya belajar secara teratur saja disertai dengan doa,” kata santriwan yang pernah duduk di kelas XII MIPA 2 tersebut. Pengalamannya empat tahun belajar bahasa arab dan bahasa inggris, ditambah pelajaran berorganisasi di IPM selama menimba ilmu di MBS sangat membantu dan memudahkannya dalam menapaki tahapan tes demi tes. “Alhamdulillah, saya jadi percaya diri menjawab tiap pertanyaan interview yang disajikan dalam bahasa inggris,”urainya.

Sebelumnya, mantan pengurus IPM bagian ASBO ( Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga ) kelahiran Pringsewu, 17 Februari 2003 ini juga telah mencoba peruntungannya melalui seleksi nasional SNMPTN maupun SBMPTN.

Namun, siapa sangka nasib baik belum mau bersanding dengannya. Qodarullah,  dibalik kesuksesannya saat ini, ada kisah kegagalan yang dialami alumnus angkatan 9 penggemar tempe goreng tersebut. Pemilik akun instagram @raihan_rahadhiyan ini sempat gagal dalam seleksi nasional SNMPTN maupun SBMPTN.

Rayhan menceritakan kekecewaannya yang begitu mendalam begitu tahu namanya tidak tercantum dalam daftar peserta yang diterima  seleksi SNMPTN maupun SBMPTN.

“Gagal tes seleksi masuk Perguruan Tinggi favorit waktu itu menjadi salah satu titik balik kehidupan saya. Saya belajar bahwa kesuksesan tidak bisa instan dan hanya mengandalkan bakat. Perjuangan kita saat menjalani proses itu ternyata lebih penting,” tuturnya.

Ketidaklulusannya dalam seleksi rupanya menjadi peringatan dari Allah untuk menyadarkan Rayhan dalam memaknai arti kesuksesan. Ia akhirnya sadar jika bakat dan kecerdasan saja tidaklah cukup untuk menghantarkan pada kesuksesan.

“Bakat dan kecerdasan tidak cukup menjadikan seseorang sukses kalau tidak diasah. Tetap harus berjuang, bekerja keras, dan berdoa” tegasnya.

Belajar dari kejadian tersebut, menjadikan pria yang punya motto hidup “Tiada keberhasilan tanpa kerja keras, dan semua keberhasilan semata karena kehendak Allah” ini berjuang dan bekerja lebih keras. Alhasil, ia bisa masuk Fakultas Kedokteran UGM kelas internasional setelah berhasil melalui seluruh tahapan tes pada 17 Juni silam.

“Semoga prestasi ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi santri lainnya, dan semakin banyak yang mengikuti dan menyusul jejak keberhasilannya. Aamiin….(ElMoedarries)