Memilih jalan yang berbeda dengan teman-temannya tidak lantas membuatnya ragu dan goyah. Keputusannya menunda kuliah dan tetap istiqomah dengan pilihannya membuat cita dan asa nya berlabuh di Madinah.

Namanya Mahfudz Ridwan, lelaki yang biasa disapa Mahfudz ini sama sekali tak menyangka. Semua usaha, kerja keras dan air matanya diganti Allah dengan terwujudnya salah satu impian terbesarnya.

“Alhamdulillah, Allah tidak tidur. Allah berikan apa yang kita butuh, bukan apa yang kita inginkan”.

Sembari menerawang, lelaki berhidung mancung itu berujar bahwa memang sejak putih abu-abu, ia ingin berkuliah ke luar negeri, terutama Madinah.

Mahfudz menuliskan mimpi-mimpinya di selembar kertas yang ia tempelkan di dinding kamarnya didekat tempat tidur.

Hampir setiap hari, Mahfudz menatap tulisan impian-impian itu, lalu meyakinkan dirinya bahwa suatu hari nanti, ia bisa berkuliah ke luar negeri tanpa membebankan biaya kepada keluarga.

Tak hanya menuliskan impiannya diselembar kertas, Mahfudz juga berusaha semakin giat dalam belajar dan berdoa demi menyempurnakan ikhtiarnya.

Mencoba peruntungannya melalui jalur murosalah, ternyata nasib baik belum berpihak kepada putra sulung pasangan Bapak Muhammad Ridwan dan Ibu Estri Rusmawati. Namanya nihil di daftar mahasiswa baru Universitas Islam Madinah.

Selepas lulus dari SMA MBS, impian berkuliah keluar negeri itu tentu saja tak langsung terwujud, tetapi bukan berarti membuat lelaki yang memiliki satu adik ini patah arang. Lelaki itu yakin bahwa usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.

Mahfudz kemudian memilih untuk menyempurnakan hafalannya di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an  Muhammadiyah Ibnu Juraimi.

“Satu tahun menyelesaikan hafalan Qur’an sembari mencoba peruntungan yang kedua di Universitas Islam Madinah,” ujar lelaki yang lahir pada 29 September 2001.

Syarat-syarat dan berkas kembali ia kirimkan, dengan harapan usahanya kali ini bisa berhasil.

“Adapun  syarat-syarat yang diperlukan adalah ijazah, SKHUN, SKCK dari kepolisian, akte kelahiran, surat keterangan sehat, enam lembar pas photo ukuran 4 x 6, rekomendasi dari dua lembaga islam atau minimal dua ustadz lulusan UIM, dan semua berkas diterjemahkan ke Bahasa Arab melalui penerjemah resmi. Setelah itu, berkas dikirim ke website resmi universitas. Saat menunggu berkas ini membutuhkan waktu yang lama juga,” terang Mahfudz.

Mahfudz juga berujar bahwa tentu saja dalam proses menunggu, ia merasa was-was, tapi lelaki itu tetap berusaha optimis sambil terus berdoa.

Satu tahun berada di Pondok Pesantren Ibnu Juraimi, Mahfudz tak kunjung mendapatkan informasi terkait pengumuman di Madinah. Hingga akhirnya, alumni MBS yang pernah merasakan atmosfer sebagai juara harapan 2 Musabaqoh Qiraatul Kutub (MQK) tingkat nasional kategori Shirah Nabawiyah kitab Nurul Yaqin ini memutuskan untuk memperdalam Alqur’an di Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an (STIQ) Zad Cianjur.

Allah memberikan surprise. Belum genap tiga bulan menginjakkan kakinya di STIQ Zad, lelaki asli Klaten ini dikejutkan dengan sebuah pengumuman. Kaget, seolah tak percaya. Namun begitulah cara Allah membalas pengorbanan dan perjuangan seorang hambaNya.

Jangan pernah takut untuk bermimpi, karena setiap orang berhak memiliki mimpi besar. Bagi beberapa orang, impian itu ibarat sebuah nyawa. Demi berhasil mencapainya, ia rela sekuat tenaga melangkah maju meskipun perlu keluar dari zona nyaman. Pasalnya, untuk menjadi orang sukses tidak bisa diraih secara instan. Harus ada perjuangan dan pengorbanan.

Kali ini nama Mahfudz Ridwan terpampang di situs resmi Universitas Islam Madinah. Penantiannya selama dua tahun tak sia-sia. Pengorbanan dan jerih payahnya membuahkan hasil. Gusti Allah mboten sare.(ElMoedarries)

 

 

7 replies

Comments are closed.