Senin (13/05/19). Sore cerah dengan semburat senja penghias langit-langit ciptaan Allah kali ini penuh barakah, lagi dan lagi PPM MBS PI SLEMAN YOGYAKARTA kedatangan tamu spesial dari negara sahabat, Palestina. Dengan suka cita santriwati menyambut kedatangan Syekh Yusuf beserta tim pengantar dari Indonesia. Acara dibuka dengan sedikit muqadimah dari Ustadz Faqih dan dilanjutkan perkenalan oleh Syekh Yusuf, beliau menceritakan bahwasanya beliau berasal dari desa yang biasa dijuluki Gunung Api. Hal ini terjadi bukan karena rumahnya ada di dekat gunung berapi. Namun Gunung Api yang dimaksud adalah gunung yang dulu pernah menjadi tempat perang besar antara Zionis Israel dan warga setempat yang bersikukuh menjaga perbatasan.


Dalam kajian sore bertajuk “Siraman Manis Ramadhan” ini, Syekh bercerita keadaan Palestina, juga pengalaman lainnya, seperti dirinya yang baru saja dipenjara setelah Idul Fitri tahun lalu dan bertemu seorang ibu yang juga berada dalam sel kecil berukuran 1×1 lengkap dengan tangan dan kaki yang diborgol. Sel yang tak layak itu hanya memiliki lubang kecil sebagai tempat udara masuk, dan dari sanalah Syekh bertanya pada sang ibu, mengapa bisa seorang perempuan ikut dipenjara di tempat seperti itu, padahal laki-laki saja belum tentu kuat menahan situasi yang tak pantas dilakukan pada manusia.

Ibu itu bercerita bahwasanya ia masuk penjara karena beliau meng-upload foto anaknya yang meninggal dengan syahid karena terbunuh Zionis Israel dalam mempertahankan perbatasan. Para santri ikut  merasakan kesedihan pula dalam cerita ini, ada lagi cerita tentang para mujahid dan mujahidah yang bersedia siap siaga di samping Masjidil Aqsa sebagai pertahanan dari Israel. Mereka melakukan kehidupan seperti memasak, dan belajar, pula beribadah tanpa takut serangan dari Zionis itu, betapa kuatnya hati dan iman yang mereka miliki dengan keberanian yang tak berbatas melawan Zionis Israel.


Dalam kajian sore ini juga Syekh bercerita tentang salah satu temannya yang tertangkap dan divonis selama 20 tahun penjara, tanpa diperbolehkan dijenguk oleh keluarga. Dengan memelas sang ibu meminta agar dipertemukan dengan anaknnya, namun tetap ditolak oleh Zionis. Qadarullah sang ibu sakit dalam perjalanan pulang, selang waktu hukuman selesai anak itu segera pergi menyusul sang ibu ke rumah sakit, baru memasuki ruangan dan menyalami ibu serta mencium keningnya, dengan bersahaja sang ibu pergi kehadapan Allah tanpa sepatah katapun untuk sang anak. Para santri terharu sedih mendengar kisah perpisahan antara anak dan ibu itu, kejahatan Zionis benar-benar membuat sengsara para warga, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi semangat mempertahankan daerah dan menjaga perbatasan.

Dalam akhir kata Syekh sempat bergurau untuk mengurangi kesedihan yang terasa. Syekh bercerita memilik teman bernama ‘Adi yang dalam bahasa arab berarti biasa saja, ia dinamakan ‘Adi karena terlahir dari keluarga yang biasa saja. Ia belajar ilmu yang biasa saja, dan dalam cerita gurau ini Syekh menyelipkan satu pesan “laa takuunu a-nnaasu ‘Adi” yang berarti “jangan menjadi manusia yang biasa saja” . Syekh berharap para santriwati tetap menjadi mujahidah yang terus berjuang di jalan Allah, tanpa takut melawan kejahatan.

Syekh juga meminta do’a bagi para saudara kita yang sedang berjuang di perbatasan, para santri bertakbir menyebut nama Allah bersamaan. Sore penuh berkah itu sangat manis dengan kisah haru saudara kita dari Palestina. Acara ini diakhiri dengan menyerukan kata “labayka yaa Aqsa, labayka yaa Aqsa, labayka yaa Aqsa, Allahu Akbar, Allahu Akabr, Allahu Akbar!”. Para santri benar-benar antusias dengan kajian sore ini, mereka menyimak dengan baik, tak sedikit pula yang ikut menangis sedih mendengar cerita Syekh Yusuf, semoga dengan pengalaman yang dibagi ini kita senantiasa berjuang fiisabilillah dijalan Allah. Amin.(CCNT)

 

2 replies

Comments are closed.