Hari ini hari pendidikan, diperingati tepat pada tanggal 2 Mei untuk mengenang perjuangan pahlawan penggerak pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang dianggap mampu menggerakan kemajuan pendidikan bangsa ini. Meskipun menurut saya sebenarnya bicara soal inspirator pendidikan ada satu tokoh yang tidak kalah berjasanya  dialah Kiyai Ahmad Dahlan.  Kalau dibanding Ki Hadjar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, KH. Achmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya lebih memiliki peran besar dalam pendidikan nasional. Ki Hadjar bercorak kebatinan dan barat, sedangkan Kiai Dahlan bercorak Islam dan nasional. Kiai Dahlan memiliki keprihatinan yang cukup tinggi dengan maraknya sekolah-sekolah Kristen yang mendapat subsidi pemerintah Belanda, yang kerap melakukan upaya kristenisasi. Semua sekolah-sekolah ini, selain mendapat dukungan pemerintah kolonial, juga mendapat dukungan elit pemerintahan setempat yang kebanyakan sudah berada dalam pengaruh Gerakan Kemasonan dan Theosofi.

Tinta sejarah memang ditentukan oleh mereka yang berkuasa. Termasuk tentang siapa yang dianggap berperan dan pantas dijadikan acuan dalam pendidikan nasional. Padahal, Persyarikatan Muhammadiyah berdiri lebih dulu, yakni pada 1912, dibandingkan Taman Siswa yang berdiri sepuluh tahun kemudian, pada 1922. Muhammadiyah masih berperan penting dalam lembaga pendidikan hingga kini dan tersebar hampir di seluruh pelosok Nusantara, sementara Taman Siswa sudah meredup dan nyaris tak terdengar kiprahnya. Jika dilihat dari waktu lahirnya, Achmad Dahlan lebih dulu, yakni pada 1868, sedangkan Ki Hadjar Dewantara baru lahir pada 1889.

Kita lupakan sejenak soal itu, kali ini saya ingin mengingatkan diri sendiri dan juga para pejuang hebat sebagai insan yang mengabdi di dunia pendidikan, terlebih di pesantren Muhammadiyah.  Dimana batu pondasi awal benteng generasi bangsa ini ditancapkan dari pesantren ini. Pondasi karakter yang terbingkai dalam sistem pendidikan pesantren berkemajuan ada di MBS ini.  Dengan gambaran visi yang jelas bahwa pesantren berdiri untuk mewujudkan sebuah lembaga pendidikan yang mampu mencetak kader-kader Muhammadiyah  berlandaskan al qur’an dan as sunnah, maka sejatinya kita semua adalah para pejuang pendidikan yang bervisi mulia. Setiap insan yang bergerak dalam pengabdian di MBS ini memiliki satu kesempatan untuk mewujudkan visi mulia itu.  Maka sudah barang tentu tidak boleh ada sedikitpun keraguan yang menggoyahkan semangat kita dalam mengabdi dalam dunia pendidikan, terlebih menjadi pejuang mulia di MBS.

Momentum hari ini mari kita jadikan sebagai tangga awal kita untuk memperbaiki diri, kita evaluasi sudah sejauh mana peran kita menggerakan sekaligus menggembirakan pendidikan di MBS, bagi para guru sudahkan kita memastikan binar keingintahuan para santri terus terpancar dari mata mereka. Sudahkan kita memastikan api semangat belajar terus menyala dan tak pernah padam dalam setiap diri santri-santri kita. Atau jangan-jangan kita sendiri sudah lupa atau tidak sempat lagi update semangat keilmuan dengan belajar dan menjadi pembelajar.  Menjadi pendidik yang bisa menggerakan sekaligus menggembirakan, itulah semangat yang berusaha saya bangun dalam diri saya.  Kompetensi diri seorang pendidik harus masuk pada level yang lebih tinggi, bukan hanya sekedar guru jago mengajar, menguasai materi dengan bagus. Levelnya harus sudah lebih dari  itu, level kita harus kita naikan lagi bukan sekedar guru yang bisa memotivasi atau menginspirasi, level tertinggi kita seharusnya adalah guru harus bisa menggerakan.  Kalau kita sudah mampu menjadi guru yang bisa menggerakan, itulah guru hebat yang sebenarnya.

Hari pendidikan harus ikut kita maknai sebagai upaya untuk memperbarui semangat perubahan dalam setiap insan penggerak pendidikan, kalau kita berkeinginan mewujudkan pendidikan yang berkemajuan untuk perubahan peradaban, maka kata kunci yang harus terus melekat kuat dalam diri kita adalah  semangat berubah menjadi guru yang menggerakkan. Mari kita bayar balik apa yang telah kita dapatkan dari pendidikan, kita lunasi hutang pendidikan yang sudah kita peroleh dengan menggerakan pendidikan ini menjadi sesuatu yang menggembirakan para santri kita.

Amanah yang diberikan lembaga ini cukup berat, bahkan teramat berat jika kita hanya berdiam diri tanpa ada satu upaya bersama. Menjaga api semangat belajar dalam setiap diri dan para santri  yang kita bersamai harus dilakukan terus menerus. Pastikan anak-anak yang diamanahkan kepada kita menjadi lebih antusias dalam setiap kelas dengan kehadiran kita. Pastikan teriakan kita bisa menggelorakan rasa gembira yang memancarkan radiasi semangat belajar di setiap sudut kelas.  Tunjukan kepada mereka betapa semangatnya kita bertemu dan melihat binar-binar keingintahuan yang terpancar di mata mereka.  Jadikan langkah-langkah kaki mereka sebuah derap langkah penuh harap menerima manisnya madu ilmu yang kita berikan. Jangan pernah bosan untuk berbagi cerita dengan para santri, memotivasi dan menginspirasi setiap mereka untuk semakin bergairah menjalani proses metamorfosa indah di pondok ini. Semoga semangat segala ikhtiar ini menjadikan kita lebih baik, menjadikan kita insan pejuang pendidikan yang bisa menggerakan dan menggembirakan bagi santri-santri di MBS tercinta. Amiin…

Ditulis oleh : Ustadz Odjie Samroji, SE, Bendahara Umum & Guru Pengampu Mapel Ekonomi PPM MBS Sleman Yogyakarta

 

 

 

 

1 reply

Comments are closed.