Harus punya ilmu, iman, amal, ikhlas dan istiqomah, begitulah isi taushiyah Ustadz Nashirul Ahsan, Lc pada rangkaian acara i’dad regenerasi tongkat estafet pengkaderan yang bertema Dimulai Dari Diri Sendiri, Jadilah Figur Sebelum Menegur dihadapan 146 santriwan kelas X di gedung lantai tiga kompleks KBM putra, Kamis (29/03/2018).

Ustadz Nashir, sapaan akrab beliau, menyampaikan pentingnya mendesain sosok pemimpin yang tangguh, yang mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Syarat utama menjadi seorang pemimpin adalah harus punya ilmu. Sesuai dengan kaidah ‘al’ilmu qobla alqoul wal ‘amal’, sebelum melakukan sebuah tindakan ataupun amaliah, harus didasari dengan ilmu, agar segala aktivitas yang kita lakukan tetap on the track, tidak menyimpang dan terjerumus ke jurang ‘taqlid buta’ yang berakibat sia-sia segala amalan kita.

Ustadz Nashir melanjutkan, disamping punya ilmu, yang harus ada dan melekat pada sosok seorang pemimpin adalah ikhlas dan istiqomah. Ketika setiap pemimpin punya ke lima bekal tersebut, maka lanjut beliau, baik yang memimpin ataupun yang dipimpin akan bersinergi membentuk formasi barisan yang solid, tahan terhadap terpaan cobaan baik yang datang dari internal maupun eksternal.

Selain ustadz Nashir, acara yang digagas bagian Perkaderan IPM Putra MBS ini juga mengundang Ustadz Didik Riyanta, S. Sos.I sebagai pemateri. Memberikan bekal di hari kedua, Ustadz Didik dengan gaya khas nya yang berapi-api menyuntikkan motivasi di depan ratusan calon pemimpin bangsa. Dalam motivasinya, ayah tiga orang putra ini menyebutkan bahwasannya seorang pemimpin itu adalah bakat alami yang sudah ter install dalam software jiwa manusia. ‘Kullukum roo in, wa kullu roo in mas uulun ‘an ro’iyyatihi’ , setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya.

Disamping bakat alami, Ustadz Didik kembali memberikan rumusnya, sosok pemimpin seyogyanya tidak ada pada dirinya melekat sifat sombong ataupun angkuh. Sombong yang mempunyai definisi ‘batharulhaq wa ghamtunnas’ menolak kebenaran dan merendahkan manusia akan selalu menghalangi manusia untuk mendapatkan nasehat maupun masukan. Seorang pemimpin yang mempunyai sifat sombong akan selalu mengedepankan ego dan kepentingan dirinya sendiri dan cenderung mengabaikan kepentingan dan kemaslahatan bersama.  Kebalikan dari sifat sombong, seorang pemimpin harus mempunyai kecakapan ataupun sifat rendah hati dan periang. Karena dengan kedua sifat tersebut seorang pemimpin bisa mengayomi dan memberikan kesejukan bagi rekan-rekan yang dipimpinnya, pungkasnya.

Pembagian angket, wawancara peserta i’dad dan materi problem solving menutup rangkaian acara yang dikomandoi akhi M. Syahrul Falah. Dari kegiatan ini akhi Syahrul selaku kordinator PKD berharap generasi IPM yang akan menggantikan tongkat estafet kepemimpinan tahun depan bisa lebih baik dan lebih solid dalam menjalankan amanah yang akan diembannya.