Kelompok 8 dengan lapak dagangannya

Suasana proses jual beli

Tawar menawar mewarnai transaksi jual beli

Pelajaran Matematika sering kali menjadi momok dan musuh utama bagi sebagian besar siswa. Lebih parah label negatif yang melekat di pundak sang pengampu yang sering kali mendapatkan stigma negatif dari peserta didik. Berkecimpung dengan seabrek rumus, guru matematika identik dengan julukan guru ‘killer’ yang kerjanya memarahi siswa yang gagal paham dengan materi.  Ditambah selalu membebani peserta didiknya dengan Pekerjaan Rumah yang membuat siswa semakin kurang berminat dengan bidang eksakta. Namun demikian, stigma negatif di atas sepertinya tidak berlaku dengan Ustadzah Nurul Hidayah, S. Pd.Si. Ustadzah Nurul sapaan beliau, pengampu Matematika asal Kudus yang lemah lembut ini mencoba membuat terobosan baru dalam pembelajaran Matematika. Hal itu dibuktikan dengan mengajak anak-anak kelas VII I dan VII J untuk belajar Matematika dengan enjoy. Mengaktifkan ketiga elemen kognitif, afektif dan psikomotorik Ustadzah Nurul mencoba mempraktekkan materi Aritmatika Sosial. Dengan membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok, mereka dilibatkan untuk bertransaksi jual beli dengan menjajakan barang dagangannya. Anak-anak sangat antusias mengikuti materi pada hari ini, berbeda dengan hari sebelumnya. Matematika identik dengan kemampuan kognitif anak, sehingga terasa sangat melelahkan dan membosankan. Akan tetapi ketika setiap materi kita kemas dengan kegiatan yang menarik yang melibatkan aspek afektif dan psikomotorik, maka pelajaran Matematika akan selezat cokelat, terang Ustadzah Nurul. Semangat berMatematika juga ditunjukkan Tsaroyya, santriwati kelas VII I ini mengungkapkan, seandainya pelajaran Matematika dikemas dengan kegiatan seperti ini mungkin akan lebih menarik dan tidak membosankan. Kami akan lebih bersemangat untuk mengikuti setiap materi yang diajarkan, tutup santriwati asal Magelang ini. Dengan inovasi pembelajaran Matematika yang mudah dan menyenangkan, diharapkan anak-anak semakin cinta dan antusias terhadap bidang eksakta, tidak lagi menjadi beban dan momok yang menakutkan. Mudah-mudahan inovasi ini bisa diadopsi oleh pengampu yang lain untuk diterapkan di mata pelajaran yang lain, sehingga materi yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh santri.

2 replies

Comments are closed.