Halaman Sekolah PPM MBS Putra Yogyakarta serasa menjadi spesial siang hari itu (12/01) dengan kedatangan penulis No. 1 Se-Indonesia, Al Ustadz Habiburrahman El-Shirazy. Beliau yang akrab disapa Kang Abik ini sebelumnya direncanakan akan mengisi acara bedah buku yang diadakan PR IPM MBS Putra. Di tengah kesibukan beliau sebagai penulis, alhamdulillah Kang Abik bersedia untuk mengisi acara tersebut. Maka kedatangannya siang itu disambut gembira oleh para peserta bedah buku.

Acara bedah buku dan kajian bertajuk ‘Pemuda di jalan Hirah dan Cinta’ yang akan mengulas novel Bidadari Bermata Bening dimulai tepat jam 2 siang. Dibuka dengan sambutan dari ustadz Nashirul Ahsan selaku BPH PPM MBS Sleman Yogyakarta. Di awal pembicaraannya, penulis yang bertempat tinggal di Salatiga ini mengungkapkan, bahwa beliau terkesan dengan suasana pondok yang asri.

“ Ini pertama kalinya saya datang di PPM MBS Sleman Yogyakarta. Saya sangat terkesan dengan suasana podok ini. Para ustadz-ustadzah yang ramah dan selalu tersenyum, lingkungan pondok yanga asri, kebangetan kalau kalian tidak bersyukur bisa sekolah di sini.” Kata beliau kepada  para peserta acara yang mayoritas dari kalangan santri PPM MBS Sleman Yogyakarta ini.

Di acara ini, penulis yang terkenal dengan novel Ayat-Ayat Cinta yang konon katanya meraup keuntungan lebih dari setengah miliar itu menceritakan pengalaman hidupnya sebagai penulis. Mulai dari ketika beliau berniat  memfokuskan diri mempelajari ilmu hadits di Universitas Al-Azhar Kairo, dan meninggalkan dunia kepenulisan. Tapi memang Allah sebaik-baiknya pembuat rencana, kata beliau. Allah berkehendak lain, ketika beliau berniat untuk memfokuskan mempelajari ilmu hadits saat itulah datang tawaran untuk memimpin perkumpulan sastrawan se-asia tenggara di Kairo yang dengan terpaksa diterima Kang Abik. Maka mulailah beliau kembali ke dunia kepenulisan yang sebelumnya ditinggalkan beliau.  Sampai karir beliau melejit seperti saat ini.

Pada kesempatan siang itu, Kang Abik juga menyampaikan suka-dukanya di awal kepenulisannya. Seperti saat beliau kembali ke Indonesia kemudian mulai menulis dan menerjemahkan buku-buku ke Bahasa Indonesia. Pada saat itu Kang Abik banyak diperbincangkan para tetangga karena terlihat menganggur di rumah.

“ Padahal saya itu menulis dan menerjemahkan buku dari jam 4 sampai jam 7 pagi itu sudah dapat seratus ribu. Lha, mereka saja jam tujuh pagi baru berangkat kerja.” Kata Kang Abik diiringi tawa dari para peserta.

Desas-desus tentang Kang Abik yang masih menganggur itu pun semakin meluas. Membuat Ibunda beliau kepanasan mendengar pembicaraan tentang anaknya.

“ Akhirnya Ibu saya ngomong gini, ‘ nak, mulai besok pagi  jam tujuh kamu pergi dari rumah. Terserah mau kemana. Nanti jam lima kalau mereka balik dari kerja kamu ikut pulang juga. Telinga ummi udah panas dengar tetangga ngomongin kamu’” kata Kang Abik sambil tersenyum.

Acara pun ditutup dengan sesi Meet and Greet bersama para peserta. Pada sesi ini peserta dipersilahkan untuk berfoto bersama dan meminta tanda tangan beliau. Di acara ini pula diadakan bazar buku yang disponsori oleh Republika.

3 replies

Comments are closed.