Bahasa atau Lughah selalu menjadi perhatian penting terlebih di pesantren. Maka ketika PR IPM MBS Yogyakarta menghimbau pada para santri untuk meningkatkan bahasa bilingual, disambut hangat oleh para Mudabbir selaku pengurus asrama., terlebih Mudabbir asrama Ahmad Dahlan lantai satu yang menanggapi himbauan tersebut secara serius. Tak tanggung- tanggung, mereka mengadakan Daurah Lughah.

Adapaun Daurah Lughah dilaksanakan pada  selasa (12/12) kemarin. Dengan persiapan matang seratus peserta yang antusias menjadikan Daurah Lughah pertama itu terasa meriah. Ada tiga sesi yang diadakan para Mudabbir Takhasus tersebut, antara lain sesi pertama  berada di pagi hari, tepatnya dimulai dari pukul 05.00 dan selesai pukul 06.00. Pada sesi ini, selama kurang lebih satu jam, para peserta diajak untuk menghafal beberapa kosakata dan  idiom melalui permainan dan senam. Para peserta disyaratkan hanya mengggunakan bahasa arab ataupun inggris ketika berinteraksi dengan teman –teman di sekitarnya. Hukuman  pun akan menanti peserta yang melanggar ketentuan tersebut, namun hukuman sengaja dibuat  menarik agar  para peserta merasa tidak terbebani  dan menyadari bahwa berbahasa itu mudah asalkan ada kemauan. Salah satu dari hukuman berupa perintah untuk menyanyikan lagu  balonku ada lima setelah sebelumnya diganti dalam bahasa arab ataupun inggris.

Sesi kedua Daurah Lughah berlangsung pada siang hari selepas dhuhur. Dimana pada waktu tersebut peserta aka menerima penjelasan kaidah dalam bahasa arab dan inggris. Materi berasal dari ustadz yang kemudian dibawakan oleh salah seorang Mudabbir. Malam hari menjadi sesi terakhir.  Di sesi ketiga tersebut, para peserta dituntut untuk memuraja’ah hafalan yang sebelumnya dihafalkan di sesi pertama pada pagi hari. Maka pada sesi ketiga inilah yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya Daurah Lughah ini.

Gifa Farabi , salah satu Mudabbir Ahmad Dahlan 1  selaku penggagas diadakannya Daurah Lughah tersebut mengatakan pentingnya adanya budaya sebelum ditegakkannnya sebuah peraturan, terutama dalam berbahasa. Santriwan asal Jakarta Timur  ini juga menambahkan bahwa tujuan diadakannya Daurah Lugahh ini untuk memperbaiki pemakaian kaidah yang sering salah digunakan oleh santri. “Kami lebih memfokuskan untuk bagaimana biasa membangun semangat dan mindset di tengah-tengah santri bahwa mereka harus mencintai bahasa,” ujarnya. Untuk masalah kaidah,tambahnya,akan mudah diperbaiki ketika para santri sudah mulai berbahasa dalam keseharian.

Daurah Lughah ini direncanakan akan berlangsung sampai Ahad(18/12) depan. Gifa berharap dengan diadakannya Daurah Lughah ini, para santri memiliki pola pikir bahwa berbahasa bukan suatu kewajiban tapi berbahasa adalah budaya dan ciri khas pesantren, tuturnya sambil tersenyum.

4 replies

Comments are closed.