Malam mulai menjelang, Sholat Isya berjamaah baru saja ditunaikan, denyut kehidupan di pesantren tak pernah sepi, seolah tidak ada waktu bagi para santri untuk berhenti beraktifitas.  Terlihat disudut-sudut depan asrama, kelas dan serambi kesibukan para santri belajar malam untuk persiapan KBM esok hari, ada pula yang sedang mempersiapkan diri hafalan tahfidz untuk untuk setoran rutin besok pagi, disudut lain masih ada para santri yang meluangkan waktu untuk duduk bersama rekan-rekanya sedang lahap menikmati semangkok bakso, soto maupun mie ayam. Ada pula yang masih antri untuk memesan menu kuliner yang mereka inginkan. Suasana resto disisi utara dan selatan yang terpisah sekat antara putra dan putri malam itu seolah menjadi saksi adanya geliat ekonomi pesantren yang sedang tumbuh. Ya, inilah Hasbuna Resto, salah satu sisi baru unit usaha ekonomi pesantren di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta.

Hasbuna Resto, Menuju Kemandirian Pesantren dari Semangkok Bakso. Tentu bukan bermaksud berlebihan menulis judul diatas, kemandirian pesantren bisa terwujud melalui semangkok bakso? Benarkah demikian?.  Itulah yang sedang dilakukan oleh Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School. Sejak 3 bulan terakhir diarena kompleks pesantren sudah berdiri sebuah unit usaha baru dibidang ekonomi yaitu Hasbuna Resto. Bukan tanpa alasan pengelola akhirnya membuka unit usaha kuliner dikomplek pesantren. Salah satu yang mendasarinya adalah keinginan untuk menggali potensi ekonomi yang luar biasa melalui usaha kuliner. Disamping memang tuntutan dari sebagian wali santri yang menghendaki adanya arena kuliner yang menyajikan makanan saat waktu kunjungan berlaku.

Unit Usaha Kuliner ini bernama Hasbuna Resto, senada dengan unit usaha lain yang juga mengambil brand Hasbuna, diharapkan menjadi salah pusat kuliner bagi para warga pesantren khususnya para santri dan asatidz.  Hasbuna Resto menyajikan berbagai menu sederhana namun tidak kalah dengan menu diluaran sana. Bakso, Mie Ayam, dan Soto menjadi menu andalan yang selalu ramai diserbu pengunjung yang sebagian besar adalah para santri.

Bertempat ditengah komplek tepatnya disisi timur asrama putri, Hasbuna Resto diseting dalam dua tempat yang menyatu tapi terpisah untuk putra dan putri. Menurut salah satu pengelola Pak Mujib, Hasbuna Resto ini memang sudah ditunggu kehadirannya oleh para santri, sehingga tidak heran saat pembukaan beberapa waktu lalu menu-menu yang disajikan selalu habis sebelum jam tutup.  Hasbuna Resto melayani pengunjung diluar jam belajar (KBM) hingga malam hari. Untuk hari libur Hasbuna Resto buka sejak pagi hingga sore.

Ustadz Fajar Shadik selaku Direktur MBS Yogyakarta dalam satu kesempatan saat ditemui di Hasbuna Resto nampak asyik menikmati Menu Mie Ayam. Beliau menyampaikan bahwa kualitas rasa yang ditawarkan di Hasbuna Resto tidak kalah dengan yang disajikan diluar. “Saya jamin, disini di Hasbuna Resto ini sesuai arahan kita bahwa bahan bakso dan mie ayam yang kita sajikan tidak menggunakan zat pengawet, pun demikian dengan bumbu-bumbu saya minta memang tidak menggunakan jenis penyedap rasa seperti vetsin dan sejenisnya. Namun untuk kualitas rasa, insyaAllah tidak akan kalah dengan yang diluaran sana” demikian ujar beliau sambil promosi.

Ditambahkan oleh ustadz Fajar, Hasbuna Resto ini akan menjadi salah alternatif bagi santri menikmati menu pilihan diluar jatah dari pondok yang sudah diberikan. “Terkadang santri perlu juga variasi agar mereka tidak bosan dengan menu utama di pondok” ujarnya.  Kalau bicara rasa yang tidak kalah dengan resto lainnya, namun masalah harga untuk kategori dikalangan santri masih terbilang murah dan terjangkau. Semangkok Bakso dihargai Rp.8000,- sedangkan Mie Ayam dan Soto cukup dengan harga Rp. 6000,-.  Tentu saja belum termasuk Segelas Minum (Teh Hangat atau Es Teh) seharga Rp. 1.500,-. Ada juga minuman segar Juice Buah seharga Rp. 3.000,-

Salah satu santri MBS Aidah Fairuzaman nampak senang dengan kehadiran Hasbuna Resto ini, saat ditemui disela-sela waktunya menikmati semangkok bakso dia menuturkan dengan adanya Hasbuna Resto yang menjual beragam menu bisa membantu dirinya dan santri lainnya yang kurang cocok dengan menu pondok untuk memilih alternatif di Hasbuna Resto. Santriwati  kelas 5 yang terlihat sering berkunjung di resto ini menambahkan harapannya kedepan Hasbuna Resto bisa menambah pilihan menu, “Kalau bisa sih ada Ayam Bakar, atau Ayam Goreng, atau Fried Chicken gitu, biar kita bisa tambah semangat belajarnya, hehehe ”  tambahnya sambil tersenyum malu.Menanggapi harapan para santri akan hadirnya menu baru, pihak pengelola langsung mempersiapkan untuk menambah menu Fried Chicken,  “InsyaAllah kami siapkan menu spesial untuk para santri, tentu dengan harga yang terjangkau” ujar mas Okky salah satu petugas resto.

Sejak lama memang MBS berkeinginan agar potensi ekonomi dari pesantren bisa dimaksimalkan, Kepala Bagian Resto dan Catering yang membawahi langsung Hasbuna Resto ustadzah Mardiyah Hayati menyampaikan bahwa Hasbuna Resto ini akan menjadi penopang kemandirian pesantren. Ketika ditanya omsetpenjualan dari Hasbuna Resto ini, ustadzah Mardiyah enggan menyebutkna hasil pastinya, “Yang jelas ini kan baru tahap awal, kedepan kita akan terus meningkatkan pelayanan, kualitas dan tentu saja hasil yang dicapai juga harus meningkat” ujar beliau.  Kedepan kita berharap Hasbuna Resto tidak hanya dibuka di dalam kompleks asrama saja tapi bisa melayani masyarakat umum diluar.

Hasbuna Resto bukan satu-satunya unit usaha di MBS, saat ini MBS sudah mengembangkan unit usaha dalam beberapa unit diantaranya Toko Bangunan, Grosir, Laundry, Mini market, Koperasi  dan Kuliner. Semua warga MBS harus memiliki satu keyakinan dan siap mendukung sebuah mimpi besar dari pesantren ini yaitu tentang kemandirian pesantren. Sudah tidak jaman lagi pesantren modern masih mengandalkan penopang hidupnya dari biaya pendidikan santri, pesantren harus lebih mandiri dalam ekonomi sehingga bisa terus berkembang dan menuju kemajuan yang lebih baik.  Tentu bukan sebuah hal yang mustahil kemandirian pesantren bisa kita awali dari semangkok bakso. Semoga !

2 replies

Comments are closed.