Pagi itu suasana kelas 9E agak sedikit berbeda dari biasanya, kehadiran guru Matematika yang bagi kebanyakan siswa dianggap sebagai sebuah momok menakutkan ternyata tidak berlaku. Zakia Putri, salah satu penghuni kelas 9E contohnya. Santriwati asal Magelang, pagi itu sudah siap menyambut kehadiran sang maestro matematika MBS. Dengan membawa sebuah kertas berwarna merah lengkap dengan gunting di tangan, zakia tengah menunggu instruksi lanjutan dari Ustadz Wahyu Hidayat.

Tidak perlu menunggu waktu lama, begitu bel tanda masuk berbunyi, Ustadz Wahyu telah berada di dalam kelas. Diawali dengan doa bersama, ustadz Wahyu menyapa anak-anak dengan gaya dan logat khasnya. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,,gimana anak-anak apakah kalian sudah siap dengan permainan kita hari ini??Siap Ustadz…..jawab anak-anak kompak.

Anak-anak nampak antusias begitu ustadz Wahyu mengajak bermain menggunakan kertas. Benar saja, pada hari itu ustadz Wahyu yang sudah malang melintang mengikuti workshop pengembangan bahan ajar matematika mengajak anak-anak untuk beralih profesi menjadi seorang insinyur. “Heavy helicopter” kurang lebih seperti itu nama yang dipilih ustadz Wahyu untuk memberikan judul pada materinya pagi ini.

Materi persamaan kuadrat dimata anak-anak sangat susah, tetapi tidak pada pagi itu. Tidak tergambar sedikitpun diraut wajah anak-anak yang menggambarkan susahnya materi itu. Ananda Athira misalnya, bersama dengan teman-temannya naik ke lantai dua untuk menerbangkan helikopter sederhana buatannya, sementara temannya yang lain menunggu di bawah. Apapun materinya, kalau proses pembelajarannya seperti ini akan lebih menyenangkan, tukas santriwati asal Bantul.

Hal senada juga terucap dari Azzahra Mufida, santriwati asal Banjarnegara ini begitu enjoy menikmati materi persamaan kuadrat. Kalau materi matematika tiap hari dibuat kayak gini saya yakin matematika tidak menjadi monster yang menyeramkan bagi kami, kilahnya.

Suasana pembelajaran di atas tidak terlepas dari sebuah metode yang sekarang sedang menjadi trending topik, khususnya di dunia pendidikan. Melalui pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) siswa akan terlatih untuk menganalisa permasalahan-permasalahan yang ada dengan mengunakan berbagai pendekatan, baik sains, teknologi, teknik, seni, maupun matematika, tutur ustadz Wahyu. Selain itu, tambah ustadz Wahyu siswa akan terlatih pula untuk berpikir kritis dan kreatif. Yang lebih penting tentunya siswa akan terlatih untuk memberikan pendapatnya baik tulisan maupun lisan, pungkas ustadz wahyu.(El Moedarries)

 

4 replies

Comments are closed.