Anak yang sholeh dan sholehah merupakan dambaan dan cita-cita setiap orang tua, tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang durhaka. Itulah keinginan mendasar pada orang tua. Demi mencapai tujuan tersebut orang tua melakukan berbagai macam upaya, ada yang mempersiapkan sebelum menikah dalam hal memilih pendamping hidup. Dalam pendidikan anak para orang tua juga sangat selektif memilih bentuk pola asuh dirumah dan juga dalam memilih lembaga pendidikan anaknya. Sekolah-sekolah yang berbasis Islam atau Pondok Pesantren menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua. Di sekolah yang berbasis Islam ini anak akan memperoleh ilmu umum dan agama yang seimbang. Lembaga pendidikan (sekolah) ini merupakan salah satu pilar pendidikan setelah keluarga dan masyarakat. Sehingga dalam membangun karakter (character building) tidak bisa dibebankan oleh salah satu pilar tersebut, misalnya orang tua memasrahkan sepenuhnya anak di sekolah dalam hal pendidikan anak. Ada pepatah kita mengatakan Guru kencing berdiri murid kencing berlari. “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” begitulah perumpamaan bahasa kita. Begitu pula dengan anak. Anak yang shalih lahir dari orang tua yang shalih. Tentunya kita sepakat bahwa buah yang bagus dan unggul tidaklah dihasilkan kecuali dari pohon yang bagus pula. Sehingga keshalihan orang tua dan guru berpengaruh kepada akhlaq anak.
Ada salah satu kisah pada zaman dahulu bagaimana ke_shalih_an orang tua berpengaruh kepada anaknya. Kisah Pengembara Idris yang sudah mengembara melawati gunung dan gurun pasir sehingga suatu ketika menyusuri sungai karena cuaca sangat panas Idris pun kemudian berhenti dipinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya. “Alhamdulillah…terima kasih ya Allah, engkau memberikan keselamatan kepadaku dengan air sungai ini”. Tiba-tiba Idris melihat sesuatu yang mengapung menuju kearahnya. Tanpa berfikir panjang Idris pun mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah apel. “ini mungkin rizki untukku”. Idris kemudian memakannya. Tetapi disaat apel itu hampir habis dimakan Idris teringat sesuatu. “Astaghfirullah, kalau ada buah apel terjatuh, berarti disekitar sini ada sebuah kebun apel. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini.” Setelah menyusuri sungai tersebut akhirnya ketemu dengan kebun apel lalu Idris mencari pemiliknya. Dan bertemulah dengan seorang kakek pemilik kebun tersebut. Singkat cerita Idris mendapat hukuman dari pemilik kebun tersebut dengan membersihkan kebun apel selama 1 bulan. Setelah selesai membersihkan kebun, Idris bertanya kepada pemilik kebun apakah sudah selesai hukumannya atau masih ada hukuman lain untuk meminta halal apel yang sudah dimakannya. Ternyata masih ada hukuman yang harus dijalani Idris dan hukumannya sangat mengejutkan, yaitu diminta menikahi anak perempuan pemilik kebun yang buta, tuli, bisu dan lumpuh bernama Rokayah. Bergejolak dalam hati Idris, akan tetapi demi menghalalkan buah apel yang dimakannya Idris menerima hukuman tersebut. Setelah ijab qobul dilaksanakan terkejutlah Idris karena istrinya sangat cantik dan tidak seperti apa yang disampaikan ayah mertuanya dulu, yang katanya buta, tuli, bisu dan lumpuh ternyata yang dimaksud Ayah mertuanya adalah dia buta, karena dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, karena telinganya tidak pernah digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia bisu, karena dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara kotor. Dan dia lumpuh, karena dia tidak pernah berjalan ketempat-tempat maksiat. Dari pernikahan tersebut lahirlah anak laki-laki yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Muththalibi al-Qurasyi atau lebih dikenal dengan Imam asy-Syafi’i. Seorang ulama besar yang pada saat usia 15 tahun sudah menjadi mufti sudah dipercaya Muslim bin Khalid Az Zanji mufti Makkah untuk memberikan fatwa. Dia mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu dia banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan dia pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, dia menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga dia menulis kitab Jima’ul Ilmi.
Dia mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:
- Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.
- Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani
- Ishaq bin Rahawaih,
- Harmalah bin Yahya
- Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
- Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.
Betapa banyak ulama yang lahir pada masa itu. Maka mari kita ambil satu contoh dari ribuan contoh ulama yang ada pada zaman dahulu. Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah salah satu murid Imam asy Syafi’i. Imam Ahmad bin Hanbal, Teladan dalam Semangat dan Kesabaran
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata : “Ahmad bin Hanbal adalah seorang tauladan dalam 8 hal:
- Tauladan dalam bidang hadits,
2. Fiqih,
3. Bahasa arab,
4. Al-Qur’an,
5. Kefakiran,
6. Zuhud,
7. Wara’ dan
8. Berpegang teguh dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam.
Majelis yang diadakan oleh beliau dihadiri oleh sekitar 5000 orang. Yang mencatat pelajaran yang beliau sampaikan jumlahnya adalah kurang dari 500 orang. Sementara sisanya sekitar 4500 orang tidak mencatat pelajaran yang beliau sampaikan namun sekedar memperhatikan akhlak dan baiknya penampilan dalam perkara agama beliau. (Min Adabi Tholibil Ilmi hal. 63)
Diantara ketawadhu’ beliau adalah apa yang dikatakan oleh Yahya bin Ma’in Rahimahullah: “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad. Kami bersahabat dengannya selama 50 tahun. Dan belum pernah kulihat ia membanggakan dirinya atas kami dengan sesuatu yang memang hal itu ada pada dirinya.”
Beliau juga sangat benci apabila namanya disebut-sebut (dipuji) di tengah-tengah manusia, sehingga beliau pernah berkata kepada seseorang: “Jadilah engkau orang yang tidak dikenal, karena sungguh aku benar-benar telah diuji dengan kemasyhuran.”
Beliau menolak untuk dicatat fatwa dan pendapatnya. Berkata seseorang kepada beliau: “Aku ingin menulis permasalahan-permasalahan ini, karena aku takut lupa.” Berkata beliau: “Sesungguhnya aku tidak suka, engkau mencatat pendapatku.”
Beliau adalah seorang yang sangat kuat ibadahnya. Putra beliau yang bernama Abdullah menceritakan tentang kebiasaan ayahnya: “Ayahku setiap hari membaca sepertujuh Al-Quran, dan selalu khatam pada setiap pekan. Setiap khatam Al-Quran selalu jatuh pada malam ke tujuh. Beliau pun senantiasa shalat isya dilanjutkan dengan qiyamullail, kemudian tidur sebentar dan qiyamullail lagi sehingga tiba waktu subuh. Lalu, shalat subuh dan melanjutkan membaca doa-doa. Pada setiap harinya, beliau mengerjakan shalat sebanyak 300 rakaat. Namun, semenjak beliau mendapat hukuman cambuk yang membuat fisik beliau lemah, beliau hanya mampu mengerjakan shalat sebanyak 150 rakaat.” (As-Siyar: 11/212)
Abdullah mengatakan: “Terkadang aku mendengar ayah pada waktu sahur mendoakan kebaikan untuk beberapa orang dengan menyebut namanya. Ayah adalah orang yang banyak berdoa dan meringankan doanya. Jika ayah shalat Isya, maka ayah membaguskan shalatnya kemudian berwitir lalu tidur sebentar kemudian bangun dan shalat lagi. Bila ayah puasa, beliau suka untuk menjaganya kemudian berbuka sampai waktu yang ditentukan oleh Allah. Ayah tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis dan puasa ayyamul bidh (puasa tiga hari, tanggal 13, 14, 15 dalam bulan Hijriyah).
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ayah membaca Al-Qur’an setiap harinya 1/7 Al-Qur’an. Beliau tidur setelah Isya dengan tidur yang ringan kemudian bangun dan menghidupkan malamnya dengan berdo’a dan shalat.
Murid-murid Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah :
1. Muhammad bin Ismail al-bukhari Rahimahullah
2. Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi Rahimahullah.
3. Abu Daud as-Sijistani Rahimahullah.
4. al-Hassan bin ash-Shabbah Rahimahullah.
5. Muhammad bin Ishaq Rahimahullah.
6. Muhammad bin Ubaidah al-Munada Rahimahullah.
7. Abu Hati ar-Rozi Rahimahullah.
8. Abu Zur’ah Ar-Razi Rahimahullah.
9. Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I Rahimahullah.
10. Waki’ bin Jarrah ad-Dimasyqi Rahimahullah.
11. Ibrahim al-Harb Rahimahullah.
12. dan lain-lain.
(diringkas dari kitab min A’laamis Salaf karya Syaikh Ahmad Farid Hafihahullah)
Ambilah contoh yang teragung dari orang yang paling mulia suri tauladan manusia Nabi Muhammad ﷺ beliau adalah sebaik-baiknya guru peradaban dunia. Bagaimana tidak karena di madrasah kenabian dan di meja kerasulanlah lahir generasi terbaik ummat. Allah Mengabadikan keunggulan generasi tersebut dalam al-Qur’an dalam QS. Ali Imran : 110
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù’s? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (sahabat). Kemudian orang-orang yang setelah mereka (tabi’in) lalu orang-orang yang setelah mereka.(tabi’ut tabi’in),” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Siapa yang tidak kenal dengan sosok sahabat nabi Abu Bakr ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu yang terkenal dengan kedermawanannya, Umar bin al-Khoththob dengan keberaniannya, Utsman bin Affan dengan rasa malu dan Ali bin Abi Thalib dengan kecerdasanya. Lihat pula pada sosok Istri Nabi; Aisyah binti Abi Bakr, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy dan istri Nabi lainnya para sahabat wanita mulia Rasulullah Asma binti Abi Bakar dan para sahabat lainnya yang mencerminkan bagaimana Rasulullah mampu memaksimalkan potensi yang ada pada diri sahabat yang berbeda-beda.
Semua sepakat bahwa Nabi Muhammadﷺ adalah manusia yang paling dekat dengan Allah ﷻ, manusia yang paling mencitai Allah ﷻ, dan manusia pilihan Allah ﷻ. Mari kita lihat bagaimana bentuk kedekatan tersebut dengan diaplikasikan rasa syukur Nabi pada Rabb-nya dengan ibadah shalat sampai kakinya bengkak dan pecah-pecah, disamping itu pula Nabi Muhammad ﷺ pada malam hari beribadah dan siang harinya berdakwah, shodaqoh, perang dan lain-lain. Lihat pula bagaimana dzikir rasulullah dalam sehari semalam 70 kali
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307) Maka kita akan dapati bahwa apa yang ada dalam al-Qur’an dari perintah dan larangan sesungguhnya hal itu ada pada Rasulullah karena Nabi ibarat al-Qur’an yang berjalan. Jadi tidak diragukan lagi bahwa pengaruh keshalihan beliau sangat berdampak pada para sahabat ridwanullah ajma’in.
Dari kisah tersebut dapat kita ketahui bahwa proses untuk mendapatkan sebuah generasi unggul (Sholih) berawal dari orang tua dan guru. Maka tak salah kalau kita katakan bahwa “murid yang shalih lahir dari guru yang shalih”. Pada dasarnya setiap pribadi adalah guru yang mempunyai tugas mendidik generasi dimasa yang akan datang. Bagi yang berprofesi sebagai seorang pendidik (guru) tinggal memilih menjadi seorang guru yang biasa atau menjadi guru yang luar biasa yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap pendidikan yang tidak hanya sekedar formalitas menunaikan kewajiban sebagai guru akan tetapi menjadi guru yang mempunyai personal branded , Guru yang taat kepada Allah ﷻ dan Nabi Muhammad ﷺ sehingga dengan ke sholihan guru kelak akan terlahir generasi Rabbani, Cinta Allah dan Rasulnya yang mampu mengembalikan peradaban Islam. Allahumma Amiin.
Eko Priyo Agus Nugroho, S.Pd.I
SD Muhammadiyah “MBS” Prambanan, 17 Rajab 1438 H
14 April 2017 M