Pendidikan pesantren identik dengan kedisiplinan. Disiplin dalam belajar, disiplin dalam sholat jama’ah, disiplin dalam berbahasa dan disiplin dalam berbagai kegiatan pengajaran. Kedisplinan ini memerlukan aturan yang tegas. Aturan melahirkan hukuman atau iqob. Dan iqob sering menimbulkan tafsir yang berbeda beda. Karena hak menghukum ada di santri senior, yang diberi tanggung jawab untuk mengasuh santri junior. Model pengasuhan macam ini lantas diwariskan kepada junior mereka dari generasi ke generasi. Iqob berupa pemukulan ketika sidang yang dilakukan oleh santri yang lebih senior sering terjadi. Alih alih menjadikan organisasi santri sebagai ajang untuk melatih jiwa kepemimpinan, organisasis siswa ini malahan menjadi arena balas dendam. Pembenaran terhadap kekerasan yang dulu juga dilakukan oleh seniornya.

Metode pengasuhan seperti ini harus mulai disesuaikan dengan kondisi kekinian. Zaman terus berjalan, metode pembelajaran terus menerus berubah. Para ahli berusaha untuk mencari metode terbaik yang paling cocok guna mendukung kemajuan dunia pendidikan. Metode yang dulu dianggap bagus sekarang sudah tidak lagi.

Pesantren juga harus mulai berbenah. Pesantren harus mampu menciptakan sistem baru. Sistem pendidikan anak yang efektif yang bisa memberikan poses pembelajaran sekaligus bisa melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran. Sehingga santri merasa nyaman dalam beraktifitas. Suasana yang nyaman bagi santri untuk belajar perlu selalu dikondisikan. santri harus merasa aman dan tidak dibayangi oleh rasa takut terhadap hukuman. Baik hukuman fisik ataupun psikis. Kenyamanan ini diharap bisa meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu keluaran dari pesantren.

Sekolah harus menciptakan suasana yang konduksif agar anak merasa nyaman dan dapat mengekspresikan potensinya. Agar suasana konduksif tersebut tercipta, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama: (1) program sekolah yang sesuai; (2) lingkungan sekolah yang mendukung; dan (3) aspek sarana-prasarana yang memadai.

1. Program sekolah yang sesuai
Program sekolah seharusnya disesuaikan dengan dunia anak, artinya program disesuaikan dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.Anak tidak harus dipaksakan melakukan sesuatu tetapi dengan program tersebut anak secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya.Faktor penting yang perlu diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap kegaiatan yang diprogramkan.Partisipasi yang tumbuh karena sesuai dengan kebutuhan anak.

Oleh karena itu, apa pun aktivitasnya diharapkan tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, baik yang berkaitan dengan fisik, mental, maupun sosialnya. Biasanya dengan aktivitas bermain misalnya, kualitas-kualitas tersebut dapat difungsikan secara serempak. Di sisi lain, nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki anak juga dapat terbina sebagai dampak partisipasi aktif anak.

Kekuatan sekolah terutama pada kualitas guru, tanpa mengabaikan faktor lain. Guru memiliki peran penting dalam menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu.Guru harus memiliki minimal tiga potensi, yaitu: (1)memiliki rasa kecintaan kepada anak (Having sense of love to the children); (2) memahami dunia anak (Having sense of love to the children); dan (3) mampu mendekati anak dengan tepat (baca: metode) (Having appropriate approach).

2. Lingkungan sekolah yang mendukung
Suasana lingkungan sekolah seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk belajar tentang kehidupan.Apalagi sekolah yang memprogramkan kegiatannya sampai sore. Suasana aktivitas anak yang ada di masyarakat juga diprogramkan di sekolah sehingga anak tetap mendapatkan pengalaman-pengalaman yang seharusnya ia dapatkan di masyarakat. Bagi anak lingkungan dan suasana yang memungkinkan untuk bermain sangatlah penting karena bermain bagi anak merupakan bagian dari hidupnya. Bahkan UNESCO menyatakan “Right to play” (hak bermain).

Bermain dalah salah satu proses pembelajaran.

Pada dasarnya, bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari masyarakat.Artinya, nilai-nilai yang ada di masyarakat juga ada di dalam permainan atau aktivitas bermain.

Jika suasana ini dapat tercipta di sekolah, maka suasana di lingkungan sekolah sangat kondusif untuk menumbuh-kembangkan potensi anak karena anak dapat mengekspresikan dirinya secara leluasa sesuai dengan dunianya.
Di samping itu, penciptaan lingkungan yang bersih, akses air minum yang sehat, bebas dari sarang kuman, dan gizi yang memadai merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

3. Sarana-prasarana yang memadai
Sarana-prasarana utama yang dibutuhkan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran anak. Sarana-prasarana tidak harus mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan anak.

Adanya zona aman dan selamat ke sekolah, adanya kawasan bebas reklame rokok, pendidikan inklusif juga merupakan faktor yang diperhatikan sekolah. Sekolah juga perlu melakukan penataan lingkungan sekolah dan kelas yang menarik, memikat, mengesankan, dan pola pengasuhan dan pendekatan individual sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.

Sekolah juga menjamin hak partisipasi anak. Adanya forum anak, ketersediaan pusat-pusat informasi layak anak, ketersediaan fasilitas kreatif dan rekreatif pada anak, ketersediaan kotak saran kelas dan sekolah, ketersediaan papan pengumuman, ketersediaan majalah atau koran anak. Sekolah hendaknya memungkinkan anak untuk melakukan sesuatu yang meliputi hak untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya terhadap situasi yang memiliki dampak pada anak.

Karena sekolah merupakan tempat pendidikan anak tanpa kecuali (pendidikan untuk semua) maka akses bagi semua anak juga harus disediakan.

1 reply

Comments are closed.