Suasana haru dan ceria mewarnai keberangkatan 30 santri santri PPM MBS Yogyakarta asal Sulawesi Tengah, pada Ahad (23/3/2025). Para santri ini bertolak menuju kampung halaman masing-masing untuk menghabiskan waktu libur Ramadhan dan Idul Fitri 1446 H bersama keluarga.
Sejak berbuka puasa, usai salat maghrib, para santri sudah mulai membawa koper-koper mereka ke lokasi parkir bus. 3 unit bus telah berjejer rapi sebelum maghrib, siap mengantarkan mereka ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Tepat pukul 19.30 WIB, rombongan santri mulai bergerak, diiringi lambaian tangan dan doa dari para ustadz dan pembina.
Salah seorang santriwati Mursyidah Muharramah mengatakan ia senang dengan program mudik bareng ini. Selain lebih asyik bisa berangkat bersama teman-teman, program ini langsung ke lokasi tujuan.
“Kami sangat senang bisa kembali berkumpul dengan keluarga di bulan Ramadhan ini dan melaksanakan idul fitri bersama keluarga di rumah,” ujar santriwati yang tengah duduk di kelas 9 SMP MBS tersebut. “Semoga perjalanan kami lancar dan selamat sampai tujuan,” sambungnya.
Menurut Koordinator sekaligus pendamping perjalanan Ustadz Hajir Ahmad, tema kegiatan kali ini adalah “Manjili Ceria Santri MBS Berlayar” menjadi agenda pertama kali mudik menggunakan kapal laut.
“Kami berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan kepulangan santri berjalan aman dan nyaman,” ungkap Ustadz Hajir, yang merupakan alumni MBS. “Koordinasi dengan berbagai pihak telah kami lakukan untuk kelancaran proses ini,” sebutnya.
Insya allah perjalanan via laut akan memakan waktu 3 hari 2 malam, berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dijadwalkan tiba di Pelabuhan Donggala, Palu pada hari Senin, 25 Maret, tandas putra sulung dari ketua PWM Sulteng.
Selain menggunakan bus, sebagian santri juga dijemput langsung oleh orang tua mereka. Suasana haru bercampur bahagia terlihat saat para orang tua menyambut kedatangan putra-putri mereka.
Kepulangan akbar santri ini merupakan tradisi tahunan yang selalu dinantikan. Momen ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dengan keluarga, tetapi juga kesempatan bagi para santri untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka peroleh di pesantren. (ElMoedarries)