Hari Rabu, [20/11/2024], PPM MBS Yogyakarta menggelar kegiatan bertajuk “Workshop Membangun Karakter Pesantren Muhammadiyah”. Kegiatan ini digelar sejak pukul 08.30 Wib-selesai. Kegiatan ini dipusatkan di Masjid AR Fachruddin PPM MBS Yogya. Kegiatan ini turut dihadiri dari ITMAM Pusat, LP2 PP Muhammadiyah, LP2 PWM, PDM, PCM Prambanan, serta segenap pimpinan dan juga Ustaz-Ustazah guru dan karyawan PPM MBS Yogyakarta.
Pada sesi kedua, dalam kegiatan tersebut, Wakil Pimpinan III Ustaz Suryanto, S.Pd dalam sambutannya menyampaikan, “Mohon kepada Ustaz Anang dan Ustaz Ahmad Suharto untuk memberi motivasi kepada kami.”
Pada sesi kedua kali ini,kegiatan diisi dengan motivasi dari Ustaz Ahmad Suharto dari Gontor dan Ustaz Anang dari Pondok Modern Tazakka. Sekitar pukul 13.00 kegiatan Workshop Membangun Karakter Pesantren Muhamamadiyah pun dimulai.
Dalam pembukaannya, Ustaz Ahmad Suharto, yang merupakan pengajar di Pondok Modern Darussalam Gontor menyampaikan, “nikmat itu bila semakin menjauhkan dari Allah, itu bukan nikmat, tetapi bencana. Nikmat itu mestinya semakin mendekatkan kita kepada Allah, SWT.”
Setiap manusia akan merasakan mati. Kematian itu ada rasanya,baik atau tidak, pahit getir sakit itu ada rasanya. wa innamā tuwaffauna ujụrakum yaumal-qiyāmah [Ali Imran 185], dan balasan setiap perbuatan kita akan disempurnakan di hari kiamat kelak. Itulah konsep kebahagiaan, tutur Ustaz Ahmad Suharto.
Kebahagiaan itu ketika ucapan kita setiap saat menjauhkan dari neraka, dan mendekatkan ke surga. Bukan orang yang menumpuk harta kekayaan, bukan orang yang meraih kekuasaan.
Dari iqra’ itulah lahir keberkahan. Dari itulah lahir pesantren. Di pesantren itulah ada keberkahan. Keberkahan adalah kebaikan yang terus-menerus bertambah. Kebaikan itu sejatinya bila dilakukan akan memanggil kebaikan-kebaikan yang lain.
Contohnya seperti di sini ini, santri yang dulu seberapa sekarang sudah bertambah banyak yang dananya menghabiskan milyatan. Para santri yatim duafa ini kita rawat, kita jaga kita didik sebaik-baiknya, untuk membina masyarakat kelak.
“Ini adalah tempat yang digunakan untuk menegakkan salat, diberkahi. Tidak hanya itu, di sini juga ditanamkan pendidikan. Menanam jagung bisa 3 kali panen, durian 3 tahun panen. Insha Allah di sini akan panen 20 tahun ke depan.”
Wa innaka laka ajran ghairumamnuun, teman-teman nanti akan mendapatkan kebaikan yang tidak pernah putus. Maka tempat ini harus kita besarkan, ini akan menjadi syajaratul tayyibah memberikan manfaat tiap musim. Berapa ribu alumni yang sudah lulus, yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Mungkin ada satu alumni yang membangun pondok dan mengamalkan ilmunya. Akan mengalir jariyahnya kepada kita.
Ustaz Ahmad Suharto juga berpesan, “tolong jangan ambil tempat ini sebagai perusahaan. Apa yang kita bisa berikan Insha Allah akan menjadi amal kebaikan kita. Jangan berpikir kita mengambil berapa dan mendapatkan apa, tapi berpikirlah memberi manfaat apa. Insha Allah pondok ini akan besar dan membesarkan Anda.”
fa ammā man a’ṭā wattaqā, fa sanuyassiruhụ lil-yusrā [Al lail, 5 dan7]. Inilah konsep Al-qur’an. Yang punya ilmu menyumbang ilmunya, yang memiliki harta menyumbang hartanya. ”Bekerja di sini adalah memberi manfaat. Hanya yang memberi manfaatlah yang akan bertahan, yang tidak akan tersingkir.”
Secara sederhana, bisa dilihat dari ilustrasi saat hujan. Mengapa saat hujan, buih hilang sedangkan air hujan masih. Itulah Sunnatullah. Kalau kita dimanapun tidak memberi manfaat, maka Insha Allah akan tersingkir. Insha Allah di sini akan menjadi keberkahan, keberkahan adalah menumbuhkan kebaikan terus-menerus.
Sementara itu , Kiai Anang dari Pondok Modern Tazakka menyampaikan bahwa “kita saat ini bukan sedang bekerja, kita sedang menabung keberkahan.” Anda semua yang mengajar, yang laundry, yang menyeterika, dan lain-lain. Kita sebenarnya yang membutuhkan itu. Membutuhkan kebaikan itu, kalau kita Ikhlas insha Allah, tetapi kalau tidak Ikhlas, semua hilang. Mari pegang konsep ini, Hal jazā`ul-iḥsāni illal-iḥsān, sesungguhnya tiada balasan kebaikan melainkan kebaikan.