Jadi seorang polisi memang menjadi cita-cita banyak orang. Namun, tidak semua lulusan dari SMA sederajat ingin menggantungkan impian mereka menjadi seorang pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat itu.

Berbeda dengan sosok Andi Ananda Herdian Azis, yang memilih mengabdi kepada negara di Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di Polsek Sebatik Barat subsektor Sebatik Tengah di perbatasan Indonesia – Malaysia setelah lulus dari pesantren. Pasalnya, di kalangan masyarakat tidak sedikit yang beranggapan bahwa masa depan santri setelah lulus paling hanya menjadi ustadz, kyai dan pemuka agama.

Tapi, saat ini asumsi itu telah terbantahkan dengan banyaknya alumni pesantren yang menjadi pengusaha, polisi, pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta profesi lainnya, bahkan ada yang menjadi presiden.

Nanda, alumni MBS Angkatan ke-7 tertarik untuk masuk polisi dikarenakan tugas kepolisian yang mulia yaitu melindungi mengayomi dan melayani masyarakat. Selain itu ia juga mendapatkan motivasi dan didukung langsung oleh orang tua dan orang-orang terdekat.

“Sejak kecil saya sudah tertarik untuk masuk polisi, dikarenakan tugas kepolisian yang mulia yaitu melindungi mengayomi dan melayani masyarakat. Juga dukungan dari orang tua dan orang-orang terdekat,” ungkap Nanda.

“Santri biasanya tidak memikirkan kelak akan jadi apa, yang penting bagi santri adalah belajar dan belajar serta ikhlas, menjaga akhlakul karimah dan patuh terhadap asatidz, dengan begitu ia akan mendapatkan ilmu dan juga keberkahan,” ujarnya.

Mengenai hal ini, pria kelahiran Tarakan, 10 Februari 2001 itu mengungkapkan perjalanan seorang alumni pesantren PPM MBS Yogyakarta, tahun 2013, menjadi seorang polisi penjaga perbatasan.

Selama menjalankan tugas, banyak suka dan duka yang dirasakan putra sulung pasangan Bapak Andi Azis dan Ibu Diana. Polisi berpangkat Bripda itu mengaku sempat jenuh dengan tugas yang baru ditekuninya selama satu bulan itu.
Namun, jenuh bisa diusir oleh suasana harmonis dari warga sekitar. “Kayak ada jenuh, tapi di sini ramai enggak kayak pos-pos yang lain. Masyarakat pun di sini kayak keluarga,” ujar mantan bagian sarpras IPM MBS Putra tersebut terharu.

Dibekali senjata laras panjang, Nanda dan beberapa rekannya menjadi salah satu pilar di perbatasan Indonesia. Setiap orang yang masuk ke wilayah Indonesia diperiksa dengan ketat. Tak jarang, Nanda mendapati warga Indonesia maupun Malaysia yang ingin melintas membawa narkoba.

Kisah Nanda menjadi bukti bahwa santri mampu berprestasi di berbagai bidang, termasuk di dunia militer dan dakwah. Menjadi  seorang aparatur negara tak menghalangi Nanda untuk terus menyebarkan nilai-nilai agama dan menjadi contoh bagi generasi muda lainnya.(ElMoedarries)