Gunungan dibabar, gending Jawa dimainkan. Ooooo…oooo… setelah gunungan selesai dimainkan, nampak siluet seorang anak sedang mendendangkan azan dengan langgam Jawa.

 

Itulah awal pertunjukan santri kelas XII angkatan-XI yang dipersembahkan dalam rangka ujian praktik Bahasa Jawa. Pertunjukan yang diberi lakon “Gambuh” ini disiarkan live melalui Channel Youtube PR IPM MBS Yogyakarta.  Gambuh digelar di Kompleks PPM MBS Yogyakarta pada Kamis (2/11/2023) ba’da Isya sampai selesai. Ujian praktik Bahasa Jawa kelas XII memang ada pagelaran atau pertunjukan. di kelas XII ada materi seni pertunjukan ada wayang, cerkak, macapat, sesorah ketua panitia, dan ada pranataadicara. Dalam ujian praktik kali ini, kelas XII menjadi peserta sekaligus penampil. Pagelaran ujian praktik ini diadakan atas inisiasi dan kerjasama MGMP Bahasa Jawa.

Setelah pagelaran “Gambuh” selesai, salah satu guru Bahasa Jawa, Ustaz Indra Oktora, S.Pd. menceritakan proses produksi pagelaran “Gambuh” ini. Ia menyampaikan, “Gambuh ini menceritakan tentang berdirinya Muhammadiyah. Waktu itu, Ustaz membaca cerpen berbahasa Jawa. Pertunjukan ini adalah tentang berdirinya Muhammadiyah gaya bahasa walikan Yogya. Nama Maetab kalau dalam bahasa Walian itu berarti Darwis. Kemudian nama Tangimah kalau kita balik menjadi Walidah. Kemudian kalau bungat kalau kita balik menjadi Sultan, yang dimaksud adalah Sultan Hamengku Buwono ketujuh. Salah satu Sultan yang memberi hadiah Muhammad Darwis ke tanah suci.”

Gunungan berlambang Muhammadiyah tampil dalam Pagelaran Wayang Orang bertajuk Gambuh (2/11/2023)

Ustaz Faqih, selaku Wadir II bidang Kema’hadan menyampaikan, “Setelah menyaksikan pagelaran ini, kita jadi memahami, jadi orang baik itu tidak mudah. Jadi orang baik itu sulit. Menjadi orang saleh itu banyak godaannya. Allah sudah memberi Sabda dalam Al-qur’an, yang sudah dipelajari di Ulumul Qur’an. Menjadi orang baik itu ada musuhnya, berupa manusia, atau jin. Pesan saya banyak-banyaklah mendekat pada Allah, jangan menyepelekan perintah-Nya.”

Ustaz Indra Oktora juga menyampaikan bahwa ada banyak petuah atau nasihat dalam pagelaran ini ; tentang adab seorang murid kepada guru, dan lain-lain. Dalam salah satu dialog dalam pagelaran “Gambuh” ada nasihat yang menarik perhatian, “pancen Gusti yen durung ngersakake kawulane sowan iku ana wae dalane” (Sungguh, Allah kalau belum menghendaki hamba mendekat kepada-Nya itu ada saja jalan-Nya).

Dalam pertunjukan selama satu jam lebih itu, santri maupun Ustaz- Ustazah menyimak dengan seksama. Gambuh sendiri dalam khazanah kebudayaan Jawa berasal dari Serat Wulangreh Pupuh III karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta. Serat itu memiliki makna sikap bijaksana, serta sikap siap untuk memasuki kehidupan berumah tangga. Para santri dan Ustaz-Ustazah pun berfoto bersama usai pertunjukan selesai digelar. [Arif Yudistira]