PERJALANAN umroh tidak pernah lepas dari peran Muthawwif dan ‘Tour Guide’ di negeri Arab. Mereka bukanlah orang biasa. Penguasaan bahasa arab, pengetahuan agama, sejarah dan siroh Nabi yang mumpuni. Ruang inilah yang diisi sejumlah mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di beberapa perguruan tinggi di Arab Saudi dan sekitarnya. Bahkan, di beberapa tempat strategis banyak dijumpai banyak mahasiswa yang diberi kepercayaan oleh pemerintah Arab Saudi.

Adalah Muhammad Rizal Arifin, mahasiswa Fakultas Dakwah semester IX, Universitas Islam Madinah, salah satunya. Ustadz Rizal pun mengungkapkan bahwa pengalaman tak terlupakan baginya adalah saat menjadi muthawwif orang nomor satu di Muhammadiyah. Meski terbilang sangat muda, baru menginjak usia 24 tahun, namun pengetahuannya sangat luas. Dialah yang menyertai perjalanan, membimbing, dan menuntun jamaah dalam menjalankan ibadah umroh sesuai syariat dari Jeddah-Madinah-Mekkah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ustadz Haedar Nashir.

Ustadz Rizal, demikian para jamaah menyapanya. Menceritakan cerita inspiratifnya bersama ustadz Haedar Nashir. Dia mengisahkan, berawal dari rapat internal PCIM Madinah untuk memberikan rekomendasi muthawwif yang tepat untuk mendampingi rombongan umroh ustadz Haedar. Pada saat itu dirinya sempat merasa tidak percaya lantaran hasil rapat memutuskan dirinya bersama dengan seorang rekannya untuk menjadi guide ustadz Haedar. “Hasil rapat memutuskan dua orang untuk menjadi muthawwif, saya bertugas di Mekkah, sementara rekan saya ustadz Hamka mendampingi di Madinah,” ujar Rizal.

Rizal, alumni MBS angkatan 4 belum bisa melupakan pengalamannya mendampingi ustadz Haedar saat beliau melakukan ibadah umroh. Awalnya deg-degan, grogi dan salah tingkah pastinya. Namun, fakta di lapangan tidak seperti yang dibayangkan. Rizal mengungkapkan, ustadz Haedar adalah sosok pemimpin yang hangat, menyenangkan, dan menunjukkan minat yang tulus dalam hidupnya.

“Beliau mengobrol dengan kami, dan saya yakin beliau melakukan percakapan seperti itu ribuan kali sehari. Tetapi ketika anda berbicara langsung dengannya, itu terasa tulus, ungkap Rizal, ketika mengingat kembali pertemuannya bersama sang ustadz, di Mekkah.

Satu pelajaran berharga lainnya juga dia dapatkan saat melakoni thawaf. Rizal menyebut, di usianya yang sudah tidak muda lagi, semangat beribadah ustadz Haedar sangat tinggi. “Beliau masih enerjik, padahal saya tahu beliau mengalami sedikit permasalahan di kakinya, luar biasa, ceritanya dengan senyum khasnya. Bagi Rizal, menjadi muthawwif mendampingi tamu-tamu Allah yang datang ke tanah suci untuk ber umroh adalah pengalaman yang tak terlupakan.

“Saya masih belajar juga. Jadi mutawif sangat berkesan dan penuh tantangan. Menghadapi banyak karakter yang berbeda-beda, memberi saya banyak pengalaman, pelajaran bagaimana bermasyarakat. Ini juga tantangan bagi saya, yang harus menyesuaikan diri dengan jamaah yang beda generasi.  Bagaimana agar saya memberi bimbingan tanpa terkesan menggurui,” tutur Rizal, yang kadang tetap menggunakan logat daerahnya, Klaten Jawa Tengah.

Tawaran muthawwif  diakui diterimanya karena bertepatan dengan libur kenaikan tingkat. “Liburnya dua pekan. Jadi kesempatan buat ngisi waktu luang,” cerita ustadz Rizal, yang merupakan mantan bagian amn (keamanan) IPM MBS dulu.

Begitulah sekelumit aktivitas ustadz Rizal saat menjadi muthawwif, mendampingi rombongan umroh ustadz Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama satu pekan sejak 28 Februari hingga 7 Maret 2023.(ElMoedarries)