Saya ingat saat pertama kali anak saya masuk pesantren, setelah masuk kemudian saya tinggal. Itu rasanya separuh jiwaku pergi. Padalah saya dulu lulusan pesantren 12 tahun, tapi meninggalkan anak di pesantren saja masih berat. Maka saya membayangkan bagi bapak ibu yang sebelumnya sama sekali belum pernah menitipkan anaknya di pondok pesantren. Lalu bapak ibu dengan kekuatan yang ekstra untuk menyerahkan di sini, ini saya yakin pahalanya lebih besar daripada pahala yang saya terima.
Itu yang disampaikan Drs. Miftahul Jinan, M. Pd.I, LCPC, Trainer Untukmu Indonesia, Direktur Griya Parenting dalam acara Serah Terima Santri Baru 2022/2023 Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta, Ahad (19/07/2022) lalu.
Dalam moment singkat tersebut, ustadz Jinan, Konsultan Pendidikan Sekolah dan Pesantren itu mengatakan pentingnya menjadi sosok walisantri yang bijak. Beliau menyebut ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama berangkat dari niat, kedua membuat anak betah di pesantren, dan ketiga bijak dalam berkunjung.
Berangkat dari Niat
Berangkat dari hadis berikut, Innamal a’malu binniyat yang artinya ‘sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya’. Beliau mengatakan, jika ada orangtua yang memasukkan anaknya pesantren, niatnya agar anak mendapatkan pendidikan yang baik, agar anak akhlaknya semakin baik, agar alquran anak lebih baik. Tapi ada yang lebih baik, daripada pusing anak di rumah pegang hp terus maka lebih baik memasukkan anak di MBS.
“Jika masih ada yang begitu, boleh, tapi mohon jadikan niat itu yang kesepuluh jangan niat utama karena hadisnya sudah jelas, kita hanya akan mendapatkan apa yang kita niatkan,” pesan Alumnus Pondok Pesantren Gontor itu.
Dihadapan sekitar 850 walisantri, beliau mengajak orangtua untuk memperbaiki niat dan memperkuat niat, jangan salah niat karena nanti ada ujian niatnya. Di perjalanan banyak mengeluh karena tidak betah kemudian dijemput orangtua.
Pun ketika anak curhat kepada orangtua, jangan baper dan cukup dengarkan saja. Beri kesempatan kepada anak untuk merasakan ujian kesulitan. Kalau orangtua lemas, anak di pesantren juga akan lemas.
Sebab, lanjut beliau menitipkan anak di pesantren sama dengan memberi kesempatan kepada anak agar memperdalam nilai-nilai agama dan mengamalkannya di masyarakat.
Sebagaimana hadis yang berbunyi, “Tidak sepatutnya bagi mukmin untuk pergi semua ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap dari golongan di antara mereka beberapa orang untuk pergi memperdalam ilmu agama, untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya.”
Membuat Anak Betah di Pesantren
Agar anak betah di pesantren, orangtua harus menyatukan visi misi untuk pendidikan anak di pesantren. Orangtua juga harus tega, ikhlas, tawakal dan percaya untuk menitipkan anak di pesantren, karena ini merupakan bagian dari perjuangan.
Bijak dalam Berkunjung
Orangtua, tegasnya, harus mengikuti peraturan pondok pesantren dalam berkunjung. Jangan minta dispensasi apa pun untuk anak selama berkunjung karena itu akan membuat anak semakin lemah.
Orangtua juga perlu menjaga komunikasi intens dengan musyrif atau musyrifahnya sebagai pengurus pondok sehingga tidak mengganggu proses belajar anak di pesantren.
Di akhir sesi, beliau juga mengingatkan bahwa orangtua santri harus mengajarkan anak agar tetap kuat, maka ketika melepas santri untuk mondok hendaknya jangan menangis di depan santri karena ini penting, pungkasnya. (ElMoedarries)