Pondok pesantren adalah salah satu sarana pendidikan yang menyediakan asrama sebagai tempat menghuni para santrinya. Semakin banyak penghuni yang menempati asrama semakin banyak pula limbah yang dihasilkan, salah satunya adalah limbah cair hasil dari kegiatan Mandi, Cuci, Kakus (MCK).
Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, dengan jumlah santri mendekati angka 3000 penghuni berpotensi menghasilkan air limbah yang cukup besar tiap harinya. Besarnya volume air limbah yang dihasilkan apabila tidak ditangani dengan benar, berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan, terutama pencemaran air. Apalagi isu lingkungan menjadi hal yang sensitif, terutama jika sudah bersentuhan dengan kepentingan masyarakat sekitar.
Sadar akan pentingnya upaya pengelolaan lingkungan, khususnya pengendalian pencemaran air. MBS kembali bangun instalasi pengolahan air limbah domestik dan beberapa sarana sanitasi yang layak dan memadai. Untuk menghasilkan yang terbaik, MBS menggandeng tenaga ahli dari Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air Limbah (PUSTEKLIM), Bapak Agus Haitami.
Dengan mempertimbangkan pemilihan teknologi pengolahan air limbah berdasarkan pada kebutuhan lahan, pembangunan, pengoperasian, perawatan, biaya investasi, dan efisiensi. Akhirnya, MBS mantap menggunakan IPAL sistem RBC.
“Reaktor biologis putar (Rotating Biological Contactor) disingkat RBC adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture)”, terang Pak Agus.
Lebih dalam Pak Agus menjelaskan, prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Dengan cara seperti ini, mikro-organisme misalnya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang, tambahnya.
Dikatakan Pak Agus, IPAL yang dibangun mampu mengolah air limbah sebesar 1500 meter kubik dan bisa menurunkan beban pencemar sekitar 90% untuk parameter Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended Solid (TSS).
Diharapkan IPAL tersebut mampu mengolah air limbah yang akan dibuang ke lingkungan sekurang-kurangnya telah memenuhi baku mutu air limbah sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. “Air limbah yang telah diolah di IPAL domestik tersebut ditampung di kolam penampung yang selanjutnya air tersebut dapat digunakan sebagai kolam ikan maupun air siram tanaman”, ujar Pak Agus.
Dipilihnya sistem RBC bukannya tanpa sebab, menurut Pak Agus beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara lain : • Pengoperasian alat serta perawatannya mudah. • Untuk kapasitas kecil atau paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah. • Dapat dipasang beberapa tahap, sehingga tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan. • Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih besar. • Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam). (ElMoedarries)