Sebuah cerita manis datang dari Mouhan Akhyar Kho’ad, alumni MBS yang tengah kuliah di Universitas Kairo, Mesir. Mengisi waktu liburan musim panas, pemuda yang menjatuhkan pilihan studinya di negeri piramid itu memilih untuk pulang ke tanah air. Menyempatkan diri berkunjung dan silaturahmi ke almamaternya, Mouhan berbagi cerita suka duka mengenyam pendidikan di Universitas tertua di dunia.

Mengawali ceritanya, Mouhan sapaan akrabnya kini tengah menjalani semester ke-3 bersama dengan ke tujuh rekannya yang juga dari MBS berbagi kisah. “Saya memilih Mesir karena Mesir merupakan negara impian saya sejak saya duduk di kelas 3 SMA. Saya juga banyak mendapatkan cerita oleh asatidz saya yang tamatan Mesir. Beliau menyarankan untuk meneruskan studi di Al-Azhar. Saya buktikan apa yang dikatakan oleh mereka itu benar sekali, kalau Mesir salah satu negara yang cocok untuk menuntut ilmu” .

Menurutnya ada banyak faktor kenapa Al Azhar menjadi rujukan bagi para penuntut ilmu. Salah satunya adalah faktor lingkungan yang sangat mendukung untuk belajar, karena mayoritas teman-teman yang merantau disini niatanya untuk menimba ilmu di Al-Azhar. Di samping itu, mahasiswa asing yang tersebar di belahan dunia semua berkumpul di Mesir. Jumlah WNI yang belajar di Mesir sendiri kurang lebih ada 6 ribu jiwa, tukas pemuda yang pernah merasakan atmosfer kompetisi Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) tingkat nasional di Jepara ini.

”Sejak berdiri, studi di Al-Azhar selalu terbuka untuk semua pelajar di seluruh dunia sampai sekarang. Al-Azhar saat ini memiliki lebih dari 50 fakultas dan memiliki cabang di berbagai propinsi di Mesir seperti di Thanta, Manshuro, Zaqaziq, Asyut, Dimyat, baik fakultas umum dan agama dengan jumlah mahasiswanya lebih dari 250 ribu mahasiswa”, lanjut Mouhan.

Mouhan, pemuda asal Pemalang yang pernah menyabet juara 1 khutbah jum’at MTQ Pelajar tingkat kabupaten Sleman ini menambahkan, “Biaya kuliah di Universitas Al-Azhar sangat murah dan terjangkau begitu juga dengan biaya hidupnya. Uang Rp 1.000.000 sudah sangat cukup sekali hidup di Negeri Kinanah ini. Dengan pengajar profesional yang mengenyam pendidikan S3, dan guru- guru besar yang menekuni di bidangnya masing-masing, masih ditambah belajar kitab klasik (turots) serta kesempatan bermulazamah dengan para masayikh, menjadikan Al Azhar layak menjadi rujukan bagi para tholabul ‘ilmi”.

Selain itu, yang menjadikan kita patut berbangga adalah, pemuda yang mengambil jurusan Syari’ah Islamiyah kini menduduki posisi sekretaris PCIM Mesir. Amanah yang membuatnya dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam berorganisasi. Khususnya manajemen diri, leadership dan manajemen waktu untuk berbagi antara belajar dan berorganisasi, wabilkhusus organisasi di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah.

Menduduki posisi strategis sebagai sekretaris Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir, tentunya tidak terlepas dari tempaan yang telah ia dapatkan ketika mengenyam pendidikan di almamaternya dahulu. MBS telah mengkadernya dan memberikan bekal kepemimpinan dan organisasi. “Alhamdulillah, IPM MBS telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman bagi saya. Saya baru bisa merasakan sekarang, betapa pentingnya berorganisasi. Tidak setiap ilmu bisa dipraktikkan dan diketahui manfaatnya pada saat itu”. Tak lupa Mouhan juga memberikan nasihat kepada adik-adiknya. “Bagi adik-adik yang sekarang masih di pondok, pengalaman menuntut ilmu di pesantren adalah masa yang tidak akan bisa terulang. Seperti dalam mahfudzot dikatakan lan tarji’a al ayyami allati madhot, untuk itu gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya, menjadi rakuslah akan ilmu, jemput bola dan kalian akan menjadi orang-orang berilmu yang dengannya bisa membedakan yang bathil dan yang haq”. Begitulah pesan akhi Mouhan kepada adik-adik kelasnya sekaligus mengakhiri percakapan pada kesempatan liburan kali ini. (ElMoedarries)